Liputan6.co, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berupaya memperkuat penjualan ekspor. Perusahaan ini menggenjot ekspor produknya ke 12 negara.
Adapun 12 negara tersebut meliputi Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/ atau MENA) termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Yordania, Maroko, dan lain-lain.
Baca Juga
Direktur Kalbe Farma Sie Djohan mengatakan, pihaknya tengah memperluas ekspor ke Timur Tengah dan Afrika Utara usai melakukan kerja sama dengan 10 negara di ASEAN. Sebab, negara-negara tersebut diyakini sebagai wilayah potensial.
Advertisement
"Timur Tengah dan Afrika untuk Kalbe itu bukan daerah yang baru, karena kami mulai masuk juga ke sana. Kami melihat bahwa dengan produk-produk yang menggunakan molekul baru itu lebih memudahkan untuk meningkatkan present kami di Timur Tengah," ujar dia saat ditemui di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Dia menambahkan, Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang didukung oleh produk-produk yang memiliki sertifikasi halal. Hal ini bisa menjadi daya tarik bagi perusahaan untuk masuk ke pasar Timur Tengah dan Afrika.
Dengan demikian, Kalbe melalui anak perusahaan PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) bersama dengan Shangai Henlius Biotech, Inc (Henlius) menandatangani perjanjian kerja sama lisensi eksklusif untuk pengembangan dan komersialisasi produk injeksi serplulimabdi 12 negara tersebut.
Adapun yang dimaksud serplulimab (HANSIZHUANG) adalah produk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru dan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil (small cell lung cancer/SCLC).
"Khusus untuk produk yang hari ini kita tandatangani itu masih dalam proses di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kami harap tahun ini bisa diberikan approval oleh BPOM agar bisa kami pasarkan. Tapi produknya sendiri sudah dipasarkan di China," kata dia.
Untuk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru ini yang menarik adalah dari data-data yang sudah dimiliki dari uji klinis fase III, untuk small cell lung cancer untuk kanker paru yang small cell.
"Bisa dikatakan, data menunjukan antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru ini sebagai yang terbaik dikelasnya. Dan memang China sendiri sudah dapat approval soal indikasi small cell lung cancer. Seperti yang kita tau small cell lung cancer ini jenis cancer yang susah disembuhkan," imbuhnya.
Beri Harapan Baru kepada Pasien
Dengan ada obat ini, ia berharap akan memberikan harapan baru pada pasien small cell lung cancer.
"Jadi penderita small cell lung cancer umur harapan hidupnya cukup pendek, dalam hitungan bulan. Obat ini bisa memperpanjang harapan hidup cukup signifikan, bisa saya katakan bertambah harapan hidupnya beberapa bulan. Misalkan kalau tanpa obat ini 5 bulan, dengan obat ini bisa 8 hingga 9 bulan," ujarnya.
Dia bilang, small cell lung cancer ini jenis kanker paru yang memang sesuai namanya cell yang kecil, small cell lung cancer ini banyak terjadi pada perokok.
"Jadi dengan kerjasama ini kami mengharapkan bisa memberikan akses kepada pasien dan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau," ujar Sie.
Sie mencermati potensi produk ini begitu besar. Sebab, hingga saat ini produk sejenis belum terlalu banyak, harganya masih sangat mahal dan aksesnya sangat terbatas.
"Investasinya cukup besar, untuk satu uji klinik yang baik (sampai fase 3) mungkin nilainya Rp 100-200 miliar,” tambahnya.
Selain investasi tersebut, Perseroan telah investasi di bagian fasilitas produksi di Cikarang, Jawa Barat. Nantinya, produk kerja sama dengan Henlius akan diproduksi di tempat tersebut.
"Untuk fasilitas ini kami telah berinvestasi sekitar Rp 500 miliar, jika di jumlah dengan proses-proses di dalam fasilitas bisa mencapai Rp 700-800 miliar,” ujar dia.
Advertisement
Kalbe Farma Optimistis Capai Target Pendapatan Rp 33 Triliun pada 2023
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) optimistis bisa mencapai target pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 33 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat, pemulihan pasca pandemi telah terjadi.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mencermati permintaan obat-obatan akan tetap ada meskipun bukan dari penyakit Covid-19. Akan tetapi, dari kebutuhan penyakit lainnya.
“Pasti ada penyakit lain yang muncul, (permintaan obat-obatan mungkin berasal) dari obat bebas, obat resep dan obat nutrisi itu pasti muncul,” ujar dia saat ditemui di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Dengan demikian, Perseroan terus berupaya untuk mencapai target 2023 sesuai dengan harapan. Bahkan, Vidjongtius juga berharap kinerja keuangan 2024 bisa lebih baik dibandingkan 2023.
“Mudah-mudahan (mencapai target pendapatan Rp 33 triliun) namanya juga target, kami berharap yang terbaik mudah-mudahan tidak ada hal di luar perkiraan,” kata dia.
Dalam rangka mencapai target tersebut, Kalbe Farma pun terus menggenjot seluruh lini bisnis baik dari produksi farmasi hingga layanan kesehatan.
“Semua lagi dikerjakan aktivitas yang namanya organik dan anorganik kami kerjakan semuanya,” imbuhnya.
Vidjongtius menilai kesadaran masyarakat akan kesehatan diyakini bakal meningkat seiring dengan banyaknya orang yang ingin melakukan hidup sehat.
“Semua lini bisnis jalan, karena semua orang butuh sehat, orang cari sehat banyak. Orang sehat lebih banyak daripada orang sakit,” katanya.
Strategi Perseroan
Salah satu strategi dalam rangka memperkuat bisnisnya, Kalbe melalui anak perusahaan PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) bersama dengan Shangai Henlius Biotech, Inc (Henlius) menandatangani perjanjian kerja sama lisensi eksklusif untuk pengembangan dan komersialisasi produk injeksi serplulimabdi 12 negara Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/ atau MENA) termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Yordania, Maroko, dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud serplulimab (HANSIZHUANG) adalah produk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru dan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil (small cell lung cancer/SCLC).
Vidjongtius menuturkan, pihaknya percaya peluang untuk menyediakan akses produk dan pelayanan bukan hanya untuk Indonesia, tetapi luar negeri. Kalbe juga terbuka untuk kolaborasi dengan sejumlah pihak yang berada di dalam negeri maupun luar negeri.
Presiden Direktur KGbio Sie Djohan mengatakan, pihaknya menyambut baik kolaborasi antara KGbio dengan Henlius.
Dengan jaringan dan dan kemampuan operasional KGbio di Timur Tengah dan Afrika Utara, kolaborasi ini menjadi upaya kedua perusahaan untuk mengembangkan produk-produknya khususnya untuk produk-produk biologi yang inovatif.
"Sejak 2019, KGbio telah mendapatkan lisensi eksklusif untuk mengembangkan dan mengkomersialisasikan produk yang sama di 10 negara di Asia Tenggara," kata Sie.
Advertisement
Perkuat Penetrasi Pasar
Kalbe meyakini, kerja sama strategis ini menjadi kesempatan untuk memperkuat penetrasi pasar ke wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Sebagai pionir obat-obatan biologis di Indonesia, dengan adanya ekosistem kesehatan yang terintegrasi serta inovasi produk baru, Kalbe dapat memberikan akses obat-obatan yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri dengan kualitas obat berstandar internasional.
Meski demikian, produk tersebut masih menunggu izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Alhasil, jika produk tersebut sudah mendapatkan izin edar maka akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan Perseroan.
"Produk harus dapat izin edar, tahun ini mudah-mudahan dapat. Berarti dapat sales kan? Kalau belum ada izin edar enggak bisa," kata Vidjongtius.