Liputan6.com, Jakarta - Di dunia pasar modal, terdapat istilah bull market dan bear market. Istilah ini umumnya digunakan sebagai acuan dalam menentukan keputusan investasi.
Kali ini, Liputan6.com akan mengulas istilah bull dan bear market dari berbagai sumber. Bull market merupakan situasi pasar saham ketika harga meningkat cukup signifikan.Â
Baca Juga
Alhasil, situasi di atas kertas sangat menguntungkan bagi para investor. Sebab, mereka bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk berinvestasi dan juga mengambil cuan.Â
Advertisement
Ada juga definisi lainnya terkait bull market, yakni kondisi di pasar saham saat terjadi kenaikan harga berkelanjutan, dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.Â
Hal ini umumnya terjadi pada saat ekonomi sedang meningkat, angka pengangguran rendah, tingkat konsumsi tinggi, dan investor optimistis.
Secara teknis, bull market juga dapat didefinisikan sebagai naiknya indeks pasar saham dan keamanan individu sebanyak 20 persen atau lebih. Hal ini berbeda dengan bear market, yang merupakan penurunan sebesar 20 persen atau lebih dalam pasar dan keamanan tertentu.
Ciri-Ciri Bull Market:
1. Perusahaan Fokus Mengembangkan Masa Depan
Adapun salah satu ciri utama terjadinya bull market, yakni saat perusahaan-perusahaan lebih fokus terhadap pengembangan dan pertumbuhan jangka panjang.Â
Pada saat itulah, perusahaan cenderung melakukan investasi besar-besaran dalam riset, pengembangan produk, dan ekspansi pasar. Hal ini disebabkan oleh keyakinan kondisi pasar yang baik akan memberikan kesempatan lebih bagus untuk pertumbuhan perusahaan di masa depan.
2. Investor Borong SahamÂ
Bull market merupakan kondisi yang ditandai oleh peningkatan minat investor untuk membeli saham alias borong saham.Investor merasa optimistis terhadap prospek pasar dan meyakini harga saham akan terus meningkat. Dalam kondisiini, investor memiliki kecenderungan untuk membeli lebih banyak saham, harapan nya investor dapat memperoleh keuntungan secara signifikan pada masa mendatang.
Â
Masyarakat Lebih Mudah Pakai Uang
3. Masyarakat Lebih Mudah Pakai Uang
Saat kondisi bull market, mayoritas masyarakat umum lebih mudah menggunakan uang mereka untuk melakukan investasi.Â
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian meningkat, dan mereka merasa lebih percaya diri untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatan ke dalam investasi. Hal ini juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
4. Berkurangnya Tingkat PengangguranÂ
Dalam kondisi bull market tercermin juga dari rendahnya tingkat pengangguran dan lapangan kerja mengalami perkembangan.
Saat kondisi pasar saham sedang bullish, perusahaan cenderung mengalami pertumbuhan dan membutuhkan lebih banyak karyawan. Sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran dan memberikan kesempatan kerja baru bagi masyarakat.
5. Risiko Inflasi
Salah satu risiko yang perlu diperhatikan saat berada di dalam bull market, yakni risiko inflasi. Saat permintaan dan aktivitas ekonomi meningkat, harga barang atau jasa cenderung naik.Â
Alhasil, hal itu dapat memicu inflasi, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap nilai uang dan daya beli masyarakat.
Â
Advertisement
Fase Bear Market
Bear market biasanya memiliki empat fase:
Fase pertama ditandai dengan harga tinggi dan sentimen investor yang tinggi. Menjelang akhir fase ini, investor mulai keluar dari pasar dan mengambil keuntungan.
Pada fase kedua, harga saham mulai turun tajam, aktivitas perdagangan dan keuntungan perusahaan mulai turun, dan indikator ekonomi yang dulunya positif mulai di bawah rata-rata. Beberapa investor mulai panik karena sentimen mulai turun. Ini disebut sebagai kapitulasi.
Fase ketiga menunjukkan spekulan mulai memasuki pasar, akibatnya menaikkan beberapa harga dan volume perdagangan.
Pada fase terakhir, atau keempat, harga saham terus turun, tetapi perlahan. Saat harga rendah dan kabar baik mulai menarik investor lagi, pasar bearish mulai mengarah ke pasar bull.