Sukses

Kolaborasi Indocement dan Krakatau Posco Produksi Semen Ramah Lingkungan

Indocement Tunggal Prakarsa dan Krakatau Posco menyetujui untuk melanjutkan pemanfaatan produk sampingan baja sebagai bahan baku alternatif semen ramah lingkungan

Liputan6.com, Jakarta - Emiten produsen semen Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) atau Indocement meneken nota kesepahaman bersama (MoU) dengan Krakatau Posco.

Nota kesepahaman ini mengenai kerja sama strategis pemanfaatan produk sampingan baja berupa granulated blast furnace slag (GBFS), slag baja, sludge, dan dust sebagai bahan baku alternatif semen ramah lingkungan pada 11 September 2023.

Kedua belah pihak menyetujui untuk melanjutkan pemanfaatan produk sampingan baja dalam cakupan yang lebih luas sebagai bahan baku alternatif semen ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pasar serta membantu upaya pengurangan emisi karbon dari sektor konstruksi.

Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya mengatakan, Perseroan juga terus berupaya untuk memberikan solusi masa depan dengan memproduksi menyediakan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui penggunaan sumber bahan bakar dan bahan baku alternatif, langkah dan upaya efisiensi energi, serta praktik berkelanjutan lainnya. 

“Indocement berupaya mengurangi dampak lingkungan serta membuka jalan untuk masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar dia dalam keterangan resminya, Rabu  (13/9/2023).

Sementara itu, Presiden Direktur Krakatau Posco Kim Kwang-Moo mengatakan, pihaknya akan terus berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan semen di Indonesia untuk memanfaatkan by-product baja yang ramah lingkungan sebagai material multifungsi dalam bentuk kontribusi terhadap perkembangan Indonesia dan pelestarian alam. 

“Di seluruh dunia, by-product baja dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, seperti bahan baku semen dan agregat, namun Indonesia masih berada pada tahap awal penerapan hal ini sehingga pengetahuan mengenai sistem daur ulang dan kesadaran pasar pun masih perlu untuk lebih ditumbuhkan,” kata Kim Kwang-Moo.

 

2 dari 3 halaman

Upaya Mitigasi

Kerja sama ini merupakan upaya Indocement dalam melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim, sebelumnya Indocement telah menggunakan beragam bahan bakar alternatif seperti sekam padi, oil sludge, sampah perkotaan, ban bekas, serbuk gergaji, bekas kemasan dan refused derived fuel (RDF) untuk menggantikan batu bara.

Sementara itu, Indocement telah berinvestasi lebih dari Rp1 triliun selama 5–6 tahun terakhir untuk membangun beragam fasilitas untuk mengkonsumsi bahan bakar dan bahan baku alternatif, investasi yang dilakukan seperti pembangunan fasilitas feeding, shredder, dan mixing untuk refused-derived fuel serta investasi yang terbaru berupa hot-disc facility.

 

3 dari 3 halaman

Kurangi CO2, Indocement Pakai Bahan Bakar Hasil Pengolahan Sampah Bantargebang

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) menggunakan bahan bakar alternatif Refuse-Derived Fuel (RDF) dari pengolahan sampah TPST Bantargebang untuk proses produksi semen di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor.

Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya, mengatakan kerja sama ini merupakan langkah awal dalam mengatasi permasalahan sampah DKI Jakarta dan berharap akan membantu mengurangi jumlah sampah yang tertimbun di TPST Bantargebang.

"Penggunaan RDF yang diproduksi oleh TPST Bantar Gebang sebanyak 625 ton setiap harinya sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara," ujar Christian, Minggu (6/8/2023).

Bagi Indocement, kata dia, pemanfaatan bahan bakar alternatif sejalan dengan visi dan misi perusahaan untuk mengurangi CO2 dari pemakaian bahan bakar fosil (batu bara).

"Dalam proses produksi semen serta penggunaan berbagai bahan bakar fosil dan bahan baku alternatif lainnya, sejalan dengan our new purpose yaitu Material to Build Our Future," ucapnya.

Christian juga berharap kerja sama antara Indocement dan Pemprov DKI Jakarta bisa menjadi contoh best practice kerja sama penangganan sampah antara pihak swasta (pabrikan semen) dan pemerintah daerah.

Indocement sendiri telah menggunakan bahan bakar alternatif sebesar lebih dari 18% sampai dengan tahun 2022 yang lalu dan mentargetkan konsumsi bahan bakar alternatif mencapai lebih dari 40% di tahun 2030.

"Salah satunya telah memulai proyek pemasangan solar panel di Citeureup dan Tarjun," kata dia.