Liputan6.com, Jakarta - Investor asing mencatat aksi jual saham sepanjang 2023. Analis menilai, aksi jual saham oleh investor asing didorong pengalihan dana ke obligasi atau surat utang.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 4,1 triliun hingga perdagangan Jumat, 15 September 2023. Pada Jumat, 15 September 2023, investor asing melepas saham Rp 1,3 triliun.
Baca Juga
Kondisi ini berbeda dari 2022. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investor asing membukukan aksi beli saham sekitar Rp 60,58 triliun.
Advertisement
Berdasarkan data RTI, saham-saham yang dilepas investor asing secara year to date (ytd) antara lain saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 2,2 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar Rp 1,1 triliun, PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 888,6 miliar, PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) sebesar Rp 804,7 miliar dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar Rp 777,5 miliar.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, investor asing masih mencatat aksi jual secara year to date (ytd) di pasar saham karena investor asing masuk ke pasar obligasi yang dinilai lebih menarik ketimbang saham.
Herditya menuturkan, investor asing beralih ke pasar obligasi seiring masih ada pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
"Ditambah dengan harga komoditas dunia yang masih cenderung fluktuatif serta ekonomi China yang cenderung stagnan membuat ketidakpastian. Hal tersebut membuat kecenderungan investor beralih ke instrumen yang memiliki tingkat risiko yang rendha,” ujar dia.
Sementara itu, pengamat pasar modal Desmond Wira mengatakan, di mata investor asing, saat ini kurang menarik investasi di Indonesia. Hal ini karena perbedaan antara suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan Fed Rate tidak terlalu lebar.
“Sehingga kalau diekspektasikan the Fed masih akan menaikkan suku bunga, lebih baik uangnya diinvestasikan di negara paman Sam tersebut,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Investor Asing Wait and See
Selain itu, ia menilai pasar saham Indonesia juga stagnan sepanjang 2023. “Investor asing juga masih wait and see perkembangan politik di Indonesia mendekati Pemilu 2024,” ujar dia.
Adapun secara ytd, kinerja IHSG naik 1,9 persen menjadi 6.982. Sementara itu, indeks LQ45 menguat 2,56 persen ke posisi 961,20.
Sektor saham yang menopang IHSG antara lain sektor saham transportasi dan logistic naik 10,5 persen, disusul sektor saham bahan baku melonjak 9,55 persen, dan sektor saham infrastruktur tumbuh 5,6 persen. Sedangkan sektor saham yang beban IHSG antara lain sektor saham teknologi anjlok 14,6 persen, sektor saham perawatan kesehatan turun 6,67 persen dan sektor saham energi terpangkas 5,55 persen.
Kinerja IHSG pada 11-15 September 2023
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat pada periode 11-15 September 2023. Analis menilai, penguatan IHSG tersebut didorong sentimen global terutama dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed).
Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (16/9/2023), IHSG menguat 0,84 persen ke posisi 6.982,79 selama sepekan. Pada pekan lalu, IHSG susut 0,76 persen ke posisi 6.924,78. Kapitalisasi pasar bursa melonjak 1,03 persen menjadi Rp 10.339 triliun. Kapitalisasi pasar itu bertambah Rp 106 triliun dari pekan lalu Rp 10.233 triliun.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa melambung 34,90 persen menjadi Rp 13,44 triliun dari pekan lalu Rp 9,96 triliun. Selanjutnya rata-rata frekuensi transaksi harian bursa naik 5,46 persen menjadi 1.182.973 kali transaksi dari 1.121.707 kali transaksi pada pekan lalu.
Selain itu, rata-rata volume transaksi melonjak 56,84 persen menjadi 29,18 miliar saham dari pekan lalu 18,61 milar saham.
Namun, selama sepekan, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 1,8 triliun. Sepanjang 2023, investor asing telah mencatatkan nilai jual bersih Rp 4,1 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG banyak dipengaruhi sentimen global selama sepekan ini. Pergerakan bursa global juga menguat seiring kebijakan the Fed dalam waktu dekat, menurut dia masih pertahankan suku bunga.
“Ditambah dari harga komoditas minyak dunia yang bergerak menguat karena adanya pembatasan supply dari Arab Saudi dan Rusia hingga akhir tahun,” kata Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Terkait investor asing yang melakukan aksi jual saham secara year to date sudah mencapai Rp 4 triliun, Herditya menuturkan, aliran dana investor asing yang keluar itu masuk ke pasar obligasi karena lebih atraktif ketimbang saham.
Advertisement
Total Emisi Obligasi
Selama sepekan, terdapat satu pencatatan perdana saham di BEI, yaitu PT Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk (AEGS). Pada Senin, 11 September 2023, AEGS resmi mencatatkan sahamnya di Papan Akselerasi BEI dan menjadi perusahaan tercatat ke-66 di BEI pada 2023. AEGS bergerak pada sektor Consumer Cyclicals dan subsektor Automobiles & Components. Industri AEGS adalah Auto Components dengan subindustri Auto Parts & Equipment.
Pada hari yang sama, obligasi berkelanjutan II Bussan Auto Finance (BAFI02CN4) Tahap IV Tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT Bussan Auto Finance (BAFI) resmi dicatatkan di BEI. Obligasi ini dicatatkan dengan nilai nominal Rp 458 miliar dengan hasil pemeringkatan dari PT Fitch Rating Indonesia dan PT Pemeringkat Efek Indonesia masing-masing adalah idAAA (Triple A) dan AAA(idn) (Triple A). PT Bank Mandiri (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat untuk obligasi tersebut.
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2023 adalah 76 emisi dari 51 emiten senilai Rp86,56 triliun. Dengan pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 530 emisi dari 127 emiten dengan outstanding sebesar Rp455,85 triliun dan USD47,5 juta. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan senilai Rp5.536,74 triliun dan USD486,11 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 9 emisi senilai Rp3,07 triliun.