Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis, (21/9/2023) setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga acuan. Namun, the Fed juga beri isyarat akan dongkrak suku bunga sekali lagi pada 2023.
Dikutip dari CNBC, Kamis (21/9/2023), proyeksi menunjukkan bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,6 persen pada akhir 2023. Saat ini, suku bunga berada di kisaran 5,25 persen dan 5,5 persen.
Baca Juga
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga prediksi dua kali penurunan suku bunga pada 2024, dua kali lebih sedikit dari perkiraan pada Juni. Hal itu akan menempatkan tingkat suku bunga 5,1 persen.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,21 persen ke posisi level terendah pada September 2023. Indeks Nikkei 22 tergelincir 0,44 persen setelah pertemuan dua hari Bank of Japan, sedangkan indeks Topix terpangkas 0,21 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,5 persen, dan indeks Kosdaq susut 0,37 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di posisi 17.958 sehingga pembukaan akan lebih tinggi dari penutupan perdagangan sebelumnya 17.885,60.
Di wall street, tiga indeks acuan tertekan seiring investor mencerna langkah the Fed. Indeks Nasdaq merosot 1,5 persen, seiring koreksi saham Microsoft, Nvidia dan Alphabet.
Selain itu, indeks S&P 500 tergelincir 0,94 persen, dan indeks Dow Jones turun 0,22 persen.
Saham HYBE Merosot
Sementara itu, saham agensi K-pop Hybe turun lebih dari 4 persen pada awal perdagangan bahkan saat perseroan melaporkan semua anggota BTS telah memperbarui kontrak dengan Bighit Music, anak usaha Hybe.
Penurunan harga saham hybe sebagian besar sejalan dengan penurunan indeks Kospi. Indeks Kospi merosot 1,07 persen pada perdagangan Kamis, 21 September 2023.
Adapun BTS yang beranggotakan tujuh orang ini memulai debut pada 2013, dan semuanya memperbarui kontrak mereka pada Oktober 2018. Meski label itu tidak mengumumkan kapan kontrak baru akan berakhir, media Korea Selatan mengutip pernyataan Hybe akan BTS akan bersama setelah 2025.
Bursa Saham Asia Pasifik pada 20 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 20 September 2023. Bursa saham Asia Pasifik lesu setelah China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman tenor satu tahun dan lima tahun. Selain itu, pelaku pasar bersiap hadapi keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Suku bunga pinjaman China tenor satu tahun dan lima tahun bertahan di 3,45 persen dan 4,2 persen. Data ekonomi lainnya datang dari neraca perdagangan Jepang pada Agustus 2023, dan inflasi Korea Selatan yang melompat untuk pertama kali sejak Juli 2022.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,46 persen ke posisi 7.163,3. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,02 persen ke posisi 2.559,77. Indeks Kosdaq terpangkas 0,13 persen ke posisi 882,72.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng merosot 0,62 persen setelah pengumuman suku bunga pinjaman. Sedangkan bursa saham China turun 0,4 persen ke posisi 3.705,69.
China mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun masing-masing 3,45 persen dan 4,2 persen pada September 2023.
Bank Sentral China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun pada Agustus turun menjadi 3,45 persen dari 3,55 persen. Sedangkan suku bunga pinjaman lima tahun turun menjadi 4,2 persen dari Juni 4,3 persen.
Analis IG International menuturkan, Hebe Chen menuturkan, bank sentral menyelamatkan ekonomi atau menyelamatkan yuan. Ia menilai, inkonsistensi bank sentral akan terus berlanjut. “Karena kurangnya komitmen prioritas,” ujar dia.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 20 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 20 September 2023. Koreksi wall street terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga tetapi indikasikan kenaikan lagi dalam waktu dekat.
Mengutip CNBC, Kamis (21/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,94 persen menjadi 4.402,20. Indeks Nasdaq tergelincir 1,53 persen ke posisi 13.469,13. Koreksi indeks Nasdaq itu seiring saham Microsoft yang merosot lebih dari 2 persen. Selain itu, saham Nvidia dan induk usaha Google Alphabet merosot 3 persen.
Di sisi lain, indeks Dow Jones tergelincir 76,85 poin atau 0,22 persen ke posisi 34.440,88. Tiga indeks saham acuan merosot.
The Fed mempertahankan suku bunga yang telah diantisipasi secara luas. Namun, bank sentral mengindikasikan kenaikan suku bunga satu kali lagi sebelum akhir tahun ini.
Selain itu, bank sentral juga mengisyaratkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga dan mulai menurunkan suku bunga tahun depan. Hal ini di tengah suku bunga tetap bertahan dengan tingkat lebih tinggi pada 2023 dibandingkan yang diisyaratkan pada Juni.
Prediksi Suku Bunga
Adapun saham bergejolak seiring pelaku pasar mendengarkan ketua the Fed Jerome Powell memberikan pandangannya mengenai suku bunga. Powell menuturkan, bank sentral akan melakukan tindakan dengan hati-hati dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut. Namun, ketua the Fed juga mencatat masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meredam inflasi.
Powell juga berkomentar kalau soft landing terhadap perekonomian masih mungkin terjadi dan merupakan tujuan utamanya, tetapi bukan skenario dasarnya.
Tiga indeks acuan di wall street turun saat Powell berbicara dan terus tertekan selama 30 menit terakhir perdagangan.
“Perekonomian AS terlalu kuat dan siklus kenaikan suku bunga ini akan berlangsung lebih lama dari yang diinginkan wall street,” ujar Analis Oanda, Edward Moya.
Di sisi lain, saham-saham teknologi terseret dalam sesi perdagangan dengan teknologi informasi dan layanan komunikasi merupakan dua sektor dengan kinerja terburuk di S&P 500. Investor telah membeli saham-saham teknologi dan growth stock dengan harapan the Fed sudah memperketat kebijakan moneternya.
Sementara itu, obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun mencatat kenaikan imbal hasil ke level tertinggi sejak Juli 2006, sedangkan imbal hasil bertenor 10 tahun mencapai angka tertinggi yang belum pernah terjadi sejak November 2007.
Pergerakan tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak kenaikan suku bunga dan kemungkinan memberikan tekanan pada saham-saham teknologi.
Advertisement