Liputan6.com, Jakarta - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) telah menandatangani perjanjian definitif dengan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh GEM Co., Ltd (GEM) untuk membangun pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL). Pabrik tersebut berkapasitas sebesar 30.000 ton per tahun yang mengandung nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) (HPAL JV).
"JV HPAL akan dibangun di dalam Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), bersebelahan dengan pabrik pengolahan HPAL PT QMB New Energy Materials (QMB) yang sudah ada," tulis Manajemen Merdeka Battery Materials dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (27/9/2023).
Baca Juga
QMB adalah perusahaan patungan yang dikendalikan oleh GEM dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 30.000 ton nikel yang terkandung dalam PLTMH per tahun. Di bawah kepemimpinan GEM, pabrik pengolahan HPAL QMB direkayasa, dibangun, dan berhasil dioperasikan pada pertengahan 2022.
Advertisement
Adapun HPAL JV akan dibangun dan dioperasikan di bawah PT ESG New Energy Material (HPAL JV Co). Kepemilikan Merdeka Battery Materials atas HPAL JV Co adalah 55 persen, dan 45 persen dimiliki oleh GEM.
Berdasarkan ketentuan perjanjian JV HPAL, GEM akan memandu desain, konstruksi, dan pengoperasian pabrik pengolahan HPAL, dan MBMA akan memimpin dalam memperoleh izin, persetujuan dan insentif pemerintah Indonesia yang relevan, dan mengatur pembiayaan proyek, dengan dukungan dari Permata.
GEM akan membangun dan menugaskan pabrik pengolahan HPAL dalam dua tahap secara turn-key. Tahap pertama akan memiliki kapasitas papan nama sebesar 20.000 ton nikel terkandung dalam MHP per tahun, dan tahap kedua akan meningkatkan kapasitas papan nama menjadi 30.000 ton nikel terkandung dalam MHP per tahun.
Pengolahan Bijih Nikel
"Tanggal komisioning tahap satu dan tahap dua masing-masing adalah akhir tahun 2024 dan pertengahan tahun 2025. Total investasi konstruksi gabungan untuk kedua tahap dibatasi hingga USD 600 juta, dengan jaminan biaya konstruksi disediakan oleh GEM," tulisnya.
HPAL JV Co akan melakukan pengadaan dan pengolahan bijih nikel laterit secara komersial dari tambang SCM milik MBMA berdasarkan perjanjian pasokan bijih untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal komisioning. Pabrik penyiapan bijih akan dibangun di tambang SCM untuk memfasilitasi transportasi bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan HPAL JV di IMIP.
Selain JV HPAL, MBMA memiliki opsi untuk berpartisipasi dalam rencana ekspansi HPAL GEM berupa tambahan 20.000 ton nikel terkandung per tahun di MHP, dengan kepemilikan saham tidak kurang dari 20 persen.
Advertisement
Merdeka Battery Materials Suntik Rp 3,06 Triliun untuk Proyek Smelter di Morowali
Sebelumnya, emiten milik Boy Thohir, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menyuntik dana sebesar USD 200 juta atau Rp 3,06 triliun (asumsi kurs Rp 15.324 per dolar AS) kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Transaksi afiliasi ini akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal MTI.
Berdasarkan perjanjian, Perseroan sebagai kreditur yang juga sebagai sebagai perusahaan pengendali MTI, sepakat untuk memberikan dana pembiayaan sampai dengan USD 200 juta kepada MTI dengan secured overnight funding rate (SOFR) dan margin 5,26 per tahun.
Sehingga, setelah efektifnya perjanjian, MTI dapat menggunakan dana pembiayaan yang diberikan oleh Merdeka Battery Materialsuntuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal MTI yang timbul dari pembangunan Proyek AIM I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua 2023.
Adapun Proyek AIM I yang dimaksud adalah Proyek Acid Iron Metal, yang merupakan proyek patungan antara grup Perseroan dan grup Tsingshan yang berlokasi di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang memproses bijih pirit kadar tinggi (besi sulfida) dari Tambang Tembaga Wetar menghasilkan logam, seperti pellet besi, tembaga, emas dan perak serta asam sulfat dan uap.
Prosedur Internal
Sekretaris Perusahaan Merdeka Battery Materials Deny Greviartana Wijaya menuturkan, dengan terlaksananya transaksi, diharapkan anak perusahaan Perseroan yang dimaksud di atas dapat menjalankan kegiatan usaha bisnisnya secara lebih efisien.
"Sehingga, secara tidak langsung juga meningkatkan kinerja keuangan Perseroan, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan nilai tambah bagi Pemegang Saham Perseroan," Sekretaris Perusahaan Merdeka Battery Materials Deny Greviartana Wijaya, dikutip Senin (21/8/2023).
Selanjutnya, sebelum transaksi terlaksana, Perseroan telah melakukan penilaian menggunakan prosedur internal apabila transaksi serupa dilakukan dengan pihak tidak terafiliasi dengan menggunakan syarat dan ketentuan yang sama dengan transaksi, yang hasilnya adalah syarat dan ketentuan atas transaksi tersebut telah dilakukan sesuai dengan praktik bisnis yang berlaku umum.
Advertisement
Merdeka Battery Materials Bidik Produksi NPI 50 Ribu Ton per Tahun
Sebelumnya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) optimistis kinerja akan bertumbuh positif pada 2023. Ini mengingat, pabrik smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN akan beroperasi dengan kapasitas 50.000 ton Ni dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Peningkatan pendapatan diproyeksikan akan berasal dari beroperasinya pabrik smelter RKEF ZHN yang memiliki target kapasitas terpasang 50.000 ton Ni dalam bentuk NPI per tahun, proyek AIM dan PT Huaneng Metal Industry (HNMI), fasilitas konversi high-grade nickel matte (HGNM), yang 60 persen saham baru saja diakuisisi oleh perseroan.
Presiden Direktur Merdeka Battery Materials, Devin Ridwan mengatakan, smelter RKEF ZHN dan proyek AIM diharapkan akan berproduksi setelah proses pembangunannya rampung semester II 2023.
Adapun HNMI akan menghasilkan HGNM yang mengandung lebih dari 70 persen nikel dengan memproses low-grade nickel matte yang di produksi smelter RKEF.
"Nikel matte merupakan bahan baku utama untuk prekursor baterai dan Nikel Kelas 1. HNMI saat ini telah beroperasi komersial dan diharapkan akan mulai memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan MBMA di semester II 2023," kata Devin dalam keterangan resminya, Jumat (30/6/2023)
Pada 2022, sumber pendapatan utama MBMA berasal dari penjualan NPI ke pasar luar negeri serta domestik, masing-masing sebesar USD 270,33 juta dan USD 185,4 juta.
Produksi NPI
Produksi NPI tersebut berasal dari smelter RKEF milik PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang 19.000 ton Ni dalam bentuk NPI per tahun. Sehingga dengan beroperasinya smelter RKEF ZHN, maka total kapasitas terpasang yang dimiliki MBMA akan mencapai 88.000 ton Ni per tahun.
Dia mengklaim berbagai rencana bisnis telah berhasil dijalankan dengan baik, terutama akuisisi atas proyek ekspansi hilir dan proses pembangunan smelter RKEF baru, sehingga akan meningkatkan potensi pendapatan Merdeka Battery Materialstahun ini.
"Dengan dukungan cadangan bahan baku nikel yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia, MBMA akan terus fokus untuk mengoptimalkan setiap peluang dalam bisnis hilirisasi dan rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik yang juga menjadi komitmen Pemerintah Indonesia,” tutup dia.
Advertisement