Liputan6.com, Jakarta - PT Cowell Development Tbk (COWL) menjual gedung Plaza Atrium Segitiga Senin pada 16 Agustus 2023.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (27/9/2023), eksekusi terhadap hak pengelolaan gedung Plaza Atrium Segitiga Senin atau dikenal Plaza Atrium Senen oleh Euro Tanada selaku pemegang jaminan atas fasilitas yang diberikan oleh PT Bank QNB Indonesia Tbk dan Qatar National Bank (Q.S.C) Singapore Branch berdasarkan akta perjanjian penyerahan piutang (Cessie) antara QNB Indonesia Tbk, Qatar National Bank Singapore Branc dengan PT Euro Tanada,” demikian bunyi pengumuman tersebut.
Baca Juga
Adapun akta perjanjian itu terjadi pada 27 Maret 2023. Sekretaris Perusahaan PT Cowell Development Tbk Pikoli Sinaga menyampaikan, dampak hal tersebut membuat pendapatan dari Cowell Development berkurang secara signifikan. Namun, perseroan belum menyampaikan kinerja keuangan terbaru.
Advertisement
Di tengah penjualan Plaza Atrium itu, saham PT Cowell Development Tbk juga berpotensi delisting atau terhapus dari BEI. Hal ini seiring masa suspensi saham perseroan telah mencapai 36 bulan pada 13 Juli 2023.
Adapun pemegang saham COWL per 11 September 2023, berdasarkan data RTI antara lain PT Gama Nusapala sebesar 71,12 persen, Feral investment Inc sebesar 14,35 persen, Earvin Limited sebesar 8,12 persen, masyarakat sebesar 6,41 persen.
Mengutip laman Cowell Development, perseroan salah satu pengembang properti di Indonesia yang fokus pada bidang pengembangan properti kelas menengah atas. Perseroan didirikan pada 25 Maret 1982 dan awalnya berdiri sebagai PT Internusa Artacipta. Perseroan alami perubahan nama pada 2005 menjadi Karya Cipta Putra Indonesia. Pada 2006, perseroan akhirnya mengubah identitasnya menjadi Cowell Development.
Perseroan memulai proyek pertama pada 1984 dengan mengembangkan Villa Melati Mas, kawasan perumahan di Serpong. Kemudian perseroan memperluas kegiatan di proyek pengembangan apartemen dan bangunan komersial.
Adapun portolio perseroan antara lain Melati Mas Residence, Serpong Park, Serpong Terrace, Laverde, dan Borneo Paradiso. Selain itu bangunan bertingkat Westmark, The Oasis dan Lexington Residence.
Penutupan IHSG pada 26 September 2023
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan Selasa (26/9/2023). Koreksi IHSG terjadi di tengah aksi jual saham oleh investor asing dan mayoritas sektor saham tertekan.
Dikutip dari data RTI, IHSG anjlok 1,07 persen ke posisi 6.923,80.Indeks LQ45 melemah 1,06 persen ke posisi 952,39. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.019,55 dan terendah 6.913,81. Sebanyak 410 saham melemah sehingga menekan IHSG. 136 saham menguat dan 212 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.421.450 kali dengan volume perdagangan 25,8 miliar saham. Nilai transaksi Rp 12,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 15.410.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 658,75 miliar. Sepanjang 2023, investor asing menjual saham Rp 4,24 triliun.
Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham non siklikal naik 0,60 persen dan sektor saham teknologi menanjak 0,32 persen.
Sementara itu, sektor saham energi anjlok 2,79 persen, sektor saham basic merosot 2,83 persen, sektor saham industri susut 0,90 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,64 persen.
Advertisement
Sektor Saham
Selain itu, sektor saham kesehatan melemah 0,06 persen, sektor saham keuangan terpangkas 0,94 persen, sektor saham properti susut 1,29 persen, sektor saham infrastruktur turun 1,32 persen dan sektor saham transportasi susut 0,65 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG melemah yang didorong sektor saham energi dan bahan baku. Masing-masing sektor saham itu turun 2,5 persen.
"Kami perkirakan hal ini dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan ekonomi China yang juga cenderung stagnan. Dari sisi teknikal, kami perkirakan juga adanya aksi ambil untung dalam IHSG,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Herditya mengatakan, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi karena indeks dolar Amerika Serikat masih cenderung menguat yang diperkirakan karena inflasi AS yang masih cenderung naik ditambah adanya kekhawatiran investor akan sikap hawkish the Federal Reserve (the Fed).