Liputan6.com, Jakarta Pasar saham Asia-Pasifik melemah setelah mencatatkan beberapa keuntungan terimbas kenaikan imbal hasil Treasury dan harga minyak mengurangi sentimen investor di Wall Street.
Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun mencapai level tertinggi sejak 2007 dan minyak mentah berjangka AS melonjak lebih dari 3% ke posisi USD 93,68 per barel.
Baca Juga
Melansir laman CNBC, Kamis (28/9/2023), indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,57%, setelah bursa mengumumkan bahwa saham perusahaan real estate Tiongkok Evergrande telah ditangguhkan.
Advertisement
Sedangkan Saham Tiongkok Daratan sedikit naik pada hari Kamis, dengan CSI 300 naik 0,21%. Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,82%, sedangkan Topix mengalami kerugian lebih kecil sebesar 0,75%.
Indeks S&P/ASX 200 Australia rebound dari kerugian hari Rabu dan naik 0,26%. Sementara Pasar Korea Selatan tutup karena hari libur umum.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 27 September 2023. Indeks Dow Jones melemah di tengah lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga minyak mengurangi sentimen investor.
Indeks Dow Jones melemah 68,61 poin atau 0,20 persen ke posisi 33.550,27. Indeks S&P 500 naik 0,02 persen ke posisi 4.274,51. Indeks Nasdaq bertambah 0,22 persen ke posisi 13.092,85.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menjadi acuan mencapai level tertinggi sejak 2007. Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun juga menguat. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS melonjak lebih dari 3 persen menjadi USD 93,68 per barel.
Sektor saham energi mencatat sebagai sektor dengan kinerja terbaik. Sektor saham energi bertambah 2,5 persen. Saham Notable mencatat keuntungan terbesar, termasuk Marathon Oil dan Devon Energy yang naik lebih dari 4 persen.
Turun ke Level Penting
Pergerakan wall street terjadi setelah S&P 500 pada Selasa, 26 September 2023 turun di bawal level penting 4.300 untuk pertama kalinya sejak Juni 2023.
Indeks Dow Jones juga mencatat kerugian terbesar sejak Maret, turun lebih dari 300 poin hingga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak Mei 2023.
Saham mendapatkan tekanan baru-baru ini akibat kenaikan suku bunga dan data ekonomi yang mengecewakan. “Inflasi masih menjadi perhatian utama. Investor sangat cemas tidak hanya mengenai kenaikan suku bunga, tetapi juga bagaimana hal itu berdampak pada perusahaan dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi,” ujar CEO AXS Investments, Greg Bassuk.
September menjadi bulan yang lemah secara musiman untuk saham. Indeks S&P 500 turun 5 persen pada bulan ini, sedangkan indeks Dow Jones susut lebih dari 3 persen. Indeks Nasdaq adalah paling lambat di antara ketiganya, merosot lebih dari 6 persen pada September 2023.
Advertisement