Sukses

Bank DBS Sebut IHSG Berpeluang Sentuh 7.500 pada 2023, Ini Pendorongnya

Bank DBS memaparkan sejumlah bursa saham yang prospektif antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks Hang Seng.

Liputan6.com, Jakarta - Bank DBS prediksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang sentuh 7.500 pada akhir 2023. Hal ini didukung pertumbuhan ekonomi dan valuasi.

Selain itu, Bank DBS menilai Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi pasar saham dengan performasi paling prospektif di Asia Tenggara. Head of Research DBS Group Maynard Arif menuturkan, kinerja IHSG yang kini berada di level 6.961,46 menunjukkan pasar yang positif berdasarkan perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan valuasi indeks saham. Oleh karena itu, Maynard menilai, pasar saham Indonesia masih prospektif hngga akhir 2023.

"IHSG sendiri walaupun volatil, dibandingkan dengan market-market di ASEAN, market Indonesia masih yang paling prospektif sampai akhir 2023 dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan dibandingkan dengan valuasi daripada indeks saham kita,” kata Maynard seperti dikutip dari Antara, Senin (2/10/2030.

Maynar prediksi IHSG dapat menyentuh level 7.500 seiring kinerja yang terus bertumbuh. Di kawasan Asia, pasar saham yang juga menunjukkan kinerja prospektif yakni Indeks Hang Seng.

Saat ini tercatat 18.890 dengan target capaian 22.000 pada akhir tahun. Performa IHSG di tengah lambatnya perekonomian global mengungguli sejumlah bursa saham lain seperti Strait Times Index yang tercatat 3.191, SET Index yang sebesar 1.505, serta PSE Index sebesar 6.393.

"Secara ranking mungkin agak kecil, kita melihat bahwa itu lebih positif terhadap Hong Kong China market, lalu Indonesia, sementara negara-negara lain cenderung netral ataupun negatif. Untuk Indonesia sendiri, market kita sampai saat ini masih cenderung positif jadi performanya terbaik di ASEAN,” kata Maynard.

2 dari 3 halaman

3 Negara Ini Ungguli Kinerja Indeks di Indonesia

Ia menyampaikan, sejauh ini ada tiga negara yang mengungguli kinerja pasar saham Indonesia, yaitu Korea Selatan, Taiwan dan India. Hal tersebut dikarenakan pasar di ketiga negara itu mempunyai eksposur lebih terhadap sektor industri teknologi dibandingkan Indonesia.

Contohnya Korea Selatan dan Taiwan yang saat ini mempunyai industri pembuat mesin konduktor yang dapat digunakan untuk mesin manufaktur dan kecerdasan buatan (AI).

"Ada tiga negara Korea Selatan, Taiwan dan India. Karena mereka mempunyai eksposur ke industri tech yang kita mungkin tidak punya banyak. Kalau kita lihat Korea dan Taiwan, mereka membuat mesin konduktor yang digunakan oleh mesin manufaktur dan Artificial Intellegence. Demikian pula dengan India yang jadi pusat pembuatan software," pungkasnya.

Adapun IHSG BEI pada Senin sore, ditutup menguat dipimpin oleh saham sektor properti. IHSG ditutup menguat 21,57 poin atau 0,31 persen ke posisi 6.961,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,39 poin atau 0,46 persen ke posisi 957,08.

3 dari 3 halaman

Sektor Saham

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) menguat. Sektor saham properti memimpin penguatan dengan naik 1,09 persen. Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 0,92 persen, sektor saham siklikal bertambah 0,91 persen, sektor saham kesehatan menanjak 0,56 persen, sektor saham transportasi melesat 0,48 persen dan sektor saham nonsiklikal melambung 0,16 persen.

Sementara itu, sektor saham energi merosot 1,05 persen, sektor saham basic tergelincir 0,44 persen, sektor saham industri turun 0,15 persen, sektor saham keuangan merosot 0,13 persen dan sektor saham teknologi tergelincir 0,22 persen.

Dikutip dari Antara, Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan menuturkan, sentimen positif eksternal berasal dari tercapainya kesepakatan temporasi government funding di Amerika Serikat (AS) yang mencegah terjadinya government shutdown di Amerika Serikat.

“Kembalinya  indeks manufaktur China (NBS) ke atas 50 pada September 2023 telah membangun ekspektasi pemulihan ekonomi dari China,” ujar dia kepada Antara.

Selain dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi September 2023 turun ke level 2,28 persen year on year (yoy) dibandingkan sebelumnya di level 3,27 persen yoy pada Agustus 2023.