Sukses

BCA Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh 2 Digit pada 2023

Manajemen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA prediksi pertumbuhan penyaluran kredit di kisaran 10-11 persen pada akhir 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA optimistis penyaluran kredit hingga akhir 2023 bakal tumbuh dua digit secara year on year (yoy).

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menuturkan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan penyaluran kredit di kisaran 10-11 persen pada akhir 2023.

"Sampai akhir tahun kredit saya pikir kita tumbuh di kisaran 10-11 persen pada tahun ini,” ujar dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (10/10/2023). 

Sementara itu, ia mencermati kredit di sektor konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan UMKM masih positif. 

“Sektor konsumsi naik, KPR dan KKB juga naik, UMKM malah kita tumbuh lebih cepat dari industri 15 persen, yang melambat sedikit itu sektor korporasi,” kata dia. 

Dia bilang, melambatnya kredit korporasi dikarenakan beberapa perusahaan sudah mulai melakukan akses pendanaan dari pasar modal. Akan tetapi, ia melihat penyaluran kredit secara keseluruhan ini masih solid.

“Overall pertumbuhannya bagus. Mudah-mudahan tumbuh di atas industri,” imbuhnya. 

BCA berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 735,9 triliun hingga Juni 2023. Penyaluran kredit tersebut naik 9 persen secara tahunan (year on year/yoy). 

Pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen, baik kredit untuk bisnis maupun konsumsi. Segmen kredit konsumer terus mencatatkan pertumbuhan, ditopang oleh hasil pelaksanaan BCA Expoversary 2023 yang ditutup pada akhir April lalu. Di samping itu, BCA melihat momentum permintaan kredit yang kuat dari sektor UMKM, sejalan dengan peningkatan aktivitas bisnis di segmen tersebut. 

"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah dan regulator dalam menjaga fundamental perekonomian domestik, di tengah tantangan dinamika perekonomian global. Kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah, khususnya dalam menciptakan multiplier effect dan stabilitas bagi perekonomian nasional,” kata Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja beberapa waktu lalu. 

 

2 dari 5 halaman

Kredit Konsumer

Hingga Juni 2023, kredit konsumer menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, diikuti oleh kredit komersial dan UKM. Peningkatan kredit konsumer ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0 persen yoy menjadi Rp114,6 triliun, serta KKB yang naik 19,2 persen yoy menjadi Rp51,4 triliun. 

Saldo outstanding kartu kredit BCA juga tumbuh 15,4 persen yoy menjadi Rp14,6 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 13,9 persen yoy menjadi Rp183,9 triliun. 

Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 10,9 persen yoy mencapai Rp219,2 trilliun. Kredit korporasi juga naik 5,1 persen yoy mencapai Rp326,0 triliun. 

Penyaluran kredit BCA ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9 persen yoy mencapai Rp181,2 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3 persen terhadap total portofolio pembiayaan BCA.

Konsisten mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik, BCA telah menyalurkan pembiayaan konsumsi untuk kendaraan bermotor listrik sebesar Rp751 miliar per Juni 2023, atau tumbuh 44 kali lipat secara yoy. 

 

3 dari 5 halaman

Dukungan untuk Ekonomi Sirkular

Dukungan untuk ekonomi sirkular juga terus diperluas dengan inisiatif baru berupa daur ulang limbah elektronik, sehingga total limbah operasional yang dikelola BCA mencapai 266 ton di semester I 2023.

Seiring dengan pemulihan bisnis debitur, portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mencatat perbaikan, yang tercermin pada menurunnya rasio loan at risk (LAR) ke 8,7 persen di semester I 2023 dibandingkan 12,3 persen di tahun sebelumnya. 

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 1,9 persen di semester I 2023, turun dari 2,2 persen di tahun sebelumnya. BCA senantiasa memiliki pencadangan yang memadai, dengan rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang kokoh, masing-masing sebesar 257,1 persen dan 61,6 persen.

4 dari 5 halaman

BCA Optimistis Dana Kelolaan Bisnis Wealth Management Tembus di Atas Rp 180 Triliun pada 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA mencatatkan dana kelolaan di bisnis pengelolaan kekayaan (wealth management) Rp 170 triliun hingga Juli 2023. Hal tersebut didorong oleh kepercayaan nasabah terhadap BCA.

Dengan demikian, BCA optimistis angka tersebut bisa bertumbuh lebih dari Rp 180 triliun atau meningkat 30 persen hingga akhir tahun ini. 

EVP Wealth Management BCA Ugahary Yovvy Chandra menambahkan, pihaknya membidik dana kelolaan investasi di luar Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 30 persen pada 2023. 

"Proyeksi kami ingin mencapai lebih dari Rp 180 triliun dengan dengan demikian kita naik year on year 30 persen secara dana kelolaan," kata Yovvy dalam konferensi pers, Rabu (23/8/2023).

Dalam rangka mencapai target tersebut, BCA menyelenggarakan acara BCA Wealth Summit 2023 dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan keuangan dan memperkenalkan ragam serta karakteristik produk investasi dan proteksi.

Dia bilang, acara tersebut tidak hanya untuk meningkatkan jumlah nasabah yang investasi maupun dana kelolaan. Akan tetapi, Bank Central Asia ingin menggencarkan edukasi dan juga literasi terkait investasi yang tepat. 

 

 

5 dari 5 halaman

Harapan Perseroan

Harapannya, para nasabah tersebut mengerti soal investasi. Selain itu, ia juga berharap jumlah nasabah baru yang melakukan investasi bertambah 25 persen dari jumlah investor tahun lalu dalam acara BCA Wealth Summit 2022 sebanyak 4.000 investor yang investasi melalui wealth management (Welma).

Direktur BCA Haryanto T Budiman mencermati investasi yang dilakukan dengan baik dan benar bisa menghasilkan keuntungan. Alhasil, uang yang digelontorkan untuk investasi akan memberikan arus kas bagi investor. 

Menurut ia, jika ingin memulai investasi sebaiknya mencermati apakah produk itu bisa menghasilkan arus kas positif bagi investor atau tidak. Dengan begitu, investor akan mendapatkan keuntungan dari produk investasi yang dipilihnya. Selain itu, ia menyebut, perlu juga melakukan diversifikasi dalam melakukan investasi. 

"Karena investasi ini penting dan perlu dilakukan sedini mungkin," kata Haryanto.