Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis (12/10/2023) seiring investor menantikan data utama inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi masukan bagi keputusan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) soal suku bunga pada saat pertemuan yang dimulai 31 Oktober 2023.
Dikutip dari CNBC, di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,31 persen. Di Jepang, indeks Nikkei dibuka menanjak 1 persen. Saham Fast Retailing milik Uniqlo naik hampir 1 persen menjelang laporan laba yang akan dirilis Kamis pekan ini.
Baca Juga
Di Korea Selatan, indeks Kospi bertambah 0,75 persen, dan bertahan di dekat level tertinggi dalam dua minggu. Indeks Hang Seng Hong Kong berada di posisi 18.137, dibandingkan penutupan terakhir di 17.893,1.
Advertisement
Di wall street, tiga indeks acuan kompak menghijau. Indeks Dow Jones bertambah 0,19 persen atau 65,57 poin ke posisi 33.804,87. Indeks S&P 500 menguat 0,43 persen ke posisi 4.376,95. Indeks Nasdaq bertambah 0,71 persen ke posisi 13.659,68.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan inflasi 0,3 persen month-over-month dan kenaikan 3,6 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, pejabat the Fed pada pertemuan September berbeda pendapat mengenai perlunya pengetatan kebijakan lebih lanjut. Namun, the Fed mengindikasikan suku bunga tetap tinggi hingga pembuat kebijakan yakin inflasi kembali menjadi 2 persen. Dalam risalah yang dirilis pada Rabu pekan ini, kemungkinan akan ada satu kenaikan lagi.
“Mayoritas peserta menilai satu kali kenaikan lagi dalam target suku bunga dana federal pada pertemuan mendatang mungkin akan tepat, sementara beberapa peserta menilai kemungkinan tidak ada kenaikan lebih lanjut yang diperlukan,” demikian rangkuman kebijakan the Fed.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 11 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, 11 Oktober 2023 dengan bursa saham Korea Selatan pimpin penguatan.
Indeks Kospi naik 1,98 persen ke posisi 24.50,08, dan sentuh level tertinggi dalam dua minggu. Saham Samsung Electronics bertambah 2,7 persen. Indeks Kosdaq menguat 2,78 persen ke posisi 817,12.Demikian dikutip dari CNBC, Rabu, 11 Oktober 2023.
Di Australia, indeks ASX 200 bertambah 0,63 persen ke posisi 7.085. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,6 persen ke posisi 31.936,51, dan sentuh level tertinggi dalam dua minggu. Indeks Hang Seng menguat 1,4 persen dan indeks CSI 300 di bursa saham China melambung 0,28 persen ke psisi 3.667,55.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 11 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali mendapatkan momentum pada perdagangan Rabu, 11 Oktober 2023. Investor menilai data inflasi lebih baik dari perkiraan dan bersiap untuk data lebih lanjut pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Selain itu, risalah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS juga menjadi perhatian terkait kebijakan suku bunga. Pada penutupan perdagangan wall street indeks Dow Jones naik 0,2 persen ke posisi 33.804,87. Indeks S&P 500 bertambah 0,43 persen ke posisi 4.376,95. Indeks Nasdaq melesat 0,71 persen ke posisi 13.659,68.
Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (12/10/2023), harga grosir AS naik pada laju tercepat sejak April dengan indeks harga produsen pada September 2023 bertambah 2,2 persen dari tahun sebelumnya dan perkiraan kenaikan 1,6 persen.
Pembacaan producer price index (PPI) menunjukkan tekanan inflasi masih ada meski the Fed kerek suku bunga secara agresif. Pembacaan inflasi berikutnya akan muncul pada laporan harga konsumen pada perdagangan Kamis pekan ini yang diperkirakan sedikit melambat dari bulan lalu.
Risalah Pertemuan the Fed
Risalah pertemuan terakhir bank sentral yang dirilis pada Rabu pekan ini mengkonfirmasi kalau anggota the Fed prediksi ada satu kenaikan lagi dalam dua pertemuan tersisa tahun ini. Namun, secara gambaran inflasi yang muncul pekan ini akan memicu harapan terhadap keputusan bank pada 1 November.
Sementara itu, imbal hasil obligasi terus turun dari level tertinggi dalam 16 tahun yang dicapai selama aksi jual obligasi setelah Israel meningkatkan pemboman di Gaza. Imbal hasil acuan obligasi bertenor 10 tahun turun dan diperdagangkan di bawah 4,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini dibandingkan dengan puncak pekan lalu di atas 4,88 persen.
Namun, obligasi mungkin masih belum dapat dihentikan, kata sejumlah analis mengingat kurangnya data ekonomi yang lemah atau alasan kuat mengapa imbal hasil terus turun.
Kini semakin banyak investor yang bertaruh the Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan November karena lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini dipandang secara efektif melakukan upaya pengetatan yang dilakukan bank sentral.
Advertisement