Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com (BUKA) angkat bicara perkembangan kolaborasi dengan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). Sejauh ini, integrasi keduanya berjalan dengan lancar.Â
Head of Investor Relations Bukalapak Carl Reading menilai integrasi dengan Allo Bank berjalan dengan baik. Namun, perkembangannya sedikit terlambat dari yang dibayangkan.Â
Baca Juga
Menurut ia, pasar mungkin belum siap untuk menikmati pengalaman digital sepenuhnya. Artinya, masih dibutuhkan bagi para pelaku usaha bank digital untuk mengembangkan ekosistemnya sehingga masyarakat bisa lebih tertarik bertransaksi di platform tersebut.Â
Advertisement
"Jadi, Allo Bank menurut kami adalah proyek jangka panjang yang mengesankan dan sangat menarik dan Indonesia akan beralih ke perbankan digital suatu saat nanti," ujar dia dalam paparan publik, Jumat (13/10/2023).Â
Dengan demikian, Bukalapak dan Allo Bank siap menangkap peluang jika ekosistem digital di Indonesia sudah tumbuh lebih baik. Jika momentum tersebut telah tiba, Bukalapak dan Allo Bank siap memberikan layanan yang terbaik.Â
"Kami ingin memastikan bahwa kami siap dalam hal merek dan layanan kami, serta kepercayaan kami, sehingga ketika momen itu akhirnya tiba, kami berada di sana untuk merebut pasar," ujar dia.
Sebelumnya diberitakan, Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) adalah bank digital besutan CT Corp. Bank berawal dan dikenal dengan nama PT Bank Arta Griya pada 1992. Kemudian berubah nama pada 1993 menjadi PT Bank Harda Griya yang dikenal dengan sebutan Bank Harda.
Bank Harda awalnya dimiliki oleh Tamara Group, yang juga memiliki Bank Tamara bersama dengan Rachman Hakim, pengusaha pemilik tambang kaolin dan agen sepeda motor) yang berfokus di sektor industri. Namun, belakangan Hakim menguasai seluruh saham di bank ini lewat PT Hakim Putra Perkasa. Pada 1996, perseroan kembali melakukan perubahan nama menjadi PT Bank Harda Internasional (BHI).
Â
Berganti Nama
Pada 2015, BHI melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) kepada masyarakat. Pada aksi tersebut, perseroan melepas 800 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per lembar. Harga penawaran yang dipatok yakni sebesar Rp 125 per lembar. Sehingga perseroan berhasil menghimpun dana Rp 100 miliar dari IPO. Pada Kamis, 6 April 2023, kapitalisasi pasar saham Allo Bank tercatat Rp 32,60 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham Allo Bank saat ini mayoritas dimiliki oleh PT Mega Corpora dengan porsi 60,88 persen. Kemudian PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) tercatat engempit 11,49 persen saham BBHI, PT Indolife Investama Perkasa 6 persen dan Abadi Investment Pte Ltd 7 persen. Sisanya 14,63 persen merupakan kepemilikan publik.
Pada 2021, BHI resmi diakuisisi oleh PT Mega Corpora dan mendapatkan persetujuan OJK pada Maret. Mega Corp berkomitmen untuk menaikkan permodalan Bank Harda Internasional menjadi bank BUKU I dengan modal inti di atas Rp 1 triliun, di mana saat diakuisisi modal inti Bank Harda Internasional baru Rp 300 miliar.
Pada Juni 2021 PT Bank Harda Internasional Tbk resmi berganti nama menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk. Allo merupakan singkatan dari all in one (semua dalam satu). Allo Bank merupakan bank digital yang peluncuran aplikasinya dilakukan pada 20 Mei 2022 dalam acara "Allo Bank Festival".
Â
Advertisement
Bukalapak Intip Peluang Investasi
Sebelumnya diberitakan, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memberi sinyal untuk terus berinvestasi dan fokus pada bisnis inti perseroan.Â
Head of Investor Relations Bukalapak Carl Reading menyebut peluang investasi oleh Bukalapak cukup terbuka. Dalam hal ini Bukalapak akan fokus dengan bisnis inti perusahaan.Â
Sayangnya, ia tidak menjelaskan secara rinci terkait rencana investasi perusahaan ke depannya. Terlepas dari itu, Bukalapak memiliki banyak pertimbangan ketika hendak investasi untuk pengembangan bisnis perusahaan.Â
"Kami selalu bekerja sama dengan erat dan sangat fokus pada bisnis inti kami," ujar dia dalam paparan publik, Jumat (13/10/2023).Â
Pada dasarnya, Bukalapak selalu berusaha mencari keuntungan dalam setiap investasi yang dilakukannya. Dengan demikian, Bukalapak tidak bisa sembarangan mengucurkan uangnya ke berbagai sektor bisnis tertentu.Â
"Kami tidak pernah melakukan ekspansi berlebihan ke bidang non inti," kata dia.