Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah dinilai akan terus mendorong ketidakpastian harga di seluruh dunia.
Dikutip dari laman Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Senin (16/10/2023),konflik Israel dan Hamas berlanjut dengan serangan yang terjadi pekan lalu membuat pasar global khawatir harga energi akan naik karena aliran minyak dari wilayah itu terganggu sehingga menimbulkan efek terbatas terhadap harga barang secara keseluruhan dan layanan.
Baca Juga
Pada pekan lalu, harga minyak Brent naik dari USD 84,5 per barel menjadi USD 88,3 per barel setelah hal yang tidak terduga seperti konflik Israel-Hamas.
Advertisement
Sentimen itu dikombinasikan dengan data inflasi dari berbagai negara yang menunjukkan inflasi masih tinggi di Amerika Serikat dan negara besar di Eropa. Namun, perlu diperhatikan consumer price index (CPI) inti Amerika Serikat (AS) tetap berada dalam tren turun sejak puncaknya sebesar 6,6 persen pada September 2022 menjadi 4,1 persen year on year (YoY). Namun, CPI China 0 persen YoY pada September, lebih rendah dari perkiraan meski CPI inti tetap di 0,8 persen YoY.
Sentimen terhadap China masih lemah karena pasar belum melihat faktor-faktor meyakinkan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, indeks kepercayaan konsumen Indonesia beriring dengan angka penjualan ritel yang menurun meski sisi positifnya bertahan.
Adapun akhir tahun ini, inflasi AS diprediksi menjadi 4,15 persen YoY. Dengan demikian, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan melakukan hal sama menghadapi lebih banyak tantangan sebelum dapat memenangkan pertempuran melawan inflasi.
Strategi Diversifikasi
Di Indonesia, harga beras terus meningkat pesat 20 persen YoY memaksa pemerintah mengambil tindakan untuk melindungi masyarakat menengah bawah.
Pemerintah akan memperpanjang program bantuan beras hingga Maret 2024 dan meningkatkan kuota impor beras dari 2 juta ton menjadi 3,5 juta ton yang hanya akan sedikit berdampak pada neraca transaksi berjalan sekitar 0,05 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Pada pekan lalu, IHSG menguat 0,5 persen ke posisi 6.927. Hal ini didorong kenaikan sektor saham infrastruktur, transportasi dan logistic yang masing-masing sumbang 23,34 persen dan 7,25 persen.
Dengan melihat kondisi tersebut, Ashmore merekomendasikan untuk diversifikasi dan diprediksi ada volatilitas jangka pendek di instrumen pendapatan tetap. Sedangkan di saham, pihaknya fokus melihat sektor siklikal yang berpotensi menguat di tengah sentimen politik.
"Kami merekomendasikan untuk membagi antara saham dan obligasi yaitu (produk-red) ASDN dan ADPN untuk saham. Untuk obligasi yaitu ADON dan ADOUN,”
Advertisement
Kinerja IHSG pada 9-13 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat pada 9-13 Oktober 2023 di tengah sentimen yang kurang baik antara lain rupiah yang melemah dan kondisi geopolitik di Timur Tengah.
Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/10/2023), IHSG naik 0,56 persen ke posisi 6.926,78. Pada pekan lalu, IHSG tergelincir 0,74 persen ke posisi 6.888,51.
Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa meningkat 2,99 persen menjadi Rp 10.562 triliun dari pekan lalu sebesar Rp 10.255 triliun. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian meningkat 7,66 persen menajdi 19,51 miliar saham dari 18,12 miliar pada pekan lalu.
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian merosot 2,04 persen menjadi Rp 10,11 triliun dari Rp 10,32 triliun pada pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 3,04 persen menjadi 1.197.523 kali transaksi dari 1.235.080 pada pekan lalu.
Investor asing mencatatkan aksi beli saham Rp 149,44 miliar pada Jumat, 13 Oktober 2023. Selama sepekan, aksi beli saham oleh investor asing mencapai Rp 49,03 miliar. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 5,2 triliun.
Pada pekan ini, mayoritas sektor saham (IDX-IC) melemah. Sektor saham teknologi memimpin koreksi dengan turun 5,74 persen. Selain itu, sektor saham basic turun 0,51 persen, sektor saham nonsiklikal terpangkas 2,13 persen, dan sektor saham kesehatan merosot 3,4 persen.
Selanjutnya sektor saham keuangan turun 0,56 persen, sektor saham properti melemah 0,31 persen dan sektor saham transportasi terpangkas 1,15 persen.
Sementara itu, sektor saham infrastruktur melambung 18,32 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Selain itu, sektor saham energi naik 2,94 persen, sektor saham industri naik tipis 0,10 persen, sektor saham siklikal bertambah 1,29 persen.
Sentimen Pekan Depan
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan, IHSG menguat di tengah sentimen yang cenderung kurang baik.
Hal ini seiring pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah. Dari sentimen global, ada kondisi geopolitik di Timur Tengah yang tengah memanas dan inflasi Amerika Serikat yang bergerak mendatar. "Serta nampaknya the Fed akan cenderung dovish untuk pertemuan FOMC berikutnya,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Untuk pekan depan, sentimen yang akan bayangi IHSG, menurut Herditya akan ada rilis neraca dagang Indonesia dan rapat dewan gubernur (RDG). “Kemudian akan ada rilis data penjualan ritel dari AS dan China,” ujar dia.
Advertisement