Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin (16/10/2023) seiring investor menantikan data ekonomi dari China dan Jepang pada pekan ini.
Dikutip dari CNBC, investor juga menanti data ekonomi China. China akan merilis produk domestik bruto (PDB) pada Rabu pekan ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi PBD year on year sebesar 4,4 persen. Prediksi ini turun dari kuartal sebelumnya 6,3 persen.
Baca Juga
The Peope’s Bank of China mempertahankan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun tetap 2,5 persen seperti yang diprediksi.
Advertisement
Data inflasi Jepang pada September akan dirilis Jumat pekan ini.Rilis data inflasi ini dirilis menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral China pada 30 dan 31 Oktober 2023.
Bank sentral Korea Selatan juga akan mengumumkan keputusan suku bunga pada Kamis, 19 Oktober 2023. Bank of Korea telah mempertahankan suku bunga selama lima pertemuan berturut-turut 3,5 persen sejak Februari 2023.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,24 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 susut 1,67 persen dan indeks Topix merosot 1,32 persen. Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,58 persen.
Sementara itu, indeks Hang Seng susut 0,05 persen. Sedangkan bursa saham China melemah. Indeks CSI 300 turun 0,19 persen.
Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan di wall street bervariasi di tengah kenaikan harga minyak dan inflasi. Indeks S&P 500 melemah 0,50 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 1,23 persen dan indeks Dow Jones naik 0,12 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 13 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Hong Kong anjlok dua persen, dan memimpin koreksi di Asia Pasifik. Hal ini seiring investor mencerna data inflasi dan neraca perdagangan China pada September.
Dikutip dari CNBC, indeks harga konsumen pada September di China mendatar, dan lebih rendah 0,2 persen dari survei analis. Selain itu, indeks harga produsen China tercatat 2,5 persen, dan perkiraan Reuters 2,4 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 2,45 persen. Koreksi saham indeks Hang Seng didorong sektor saham consumer.
Saham yang memimpin koreksi antara lain saham JD.com, Chow Tai Fook Jewelry, Haidilao dan Zhongseng Group. Indeks CSI 300 turun 1,05 persen ke posisi 3.663,41. Di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 0,55 persen ke posisi 32.315,99. Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,95 persen ke posisi 2.456,15.
Di Australia, indeks saham ASX 200 merosot 0,56 persen ke posisi 7.051. Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan melemah seiring inflasi lebih kuat dari harapan. Di wall street, indeks Dow Jones melemah 0,51 persen atau 173,73 poin menjadi 33.631,14. Indeks S&P 500 turun 0,62 persen ke posisi 4.349,61. Indeks Nasdaq terpangkas 0,63 persen ke posisi 13.574.
Indeks harga konsumen di Amerika Serikat menguat 0,4 persen pada September, dan dari periode sama tahun lalu 3,7 persen.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 13 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada Jumat, 13 Oktober 2023 tertekan oleh lonjakan harga minyak dan meningkatnya harapan inflasi sehingga wall street akhiri pekan yang bergejolak.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (14/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,50 persen ke posisi 4.327,78. Indeks Nasdaq anjlok 1,23 persen ke posisi 13.407,23. Indeks Dow Jones naik tipis 0,12 persen atau 39,15 poin ke posisi 33.670,29.
Selama sepekan, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat penguatan. Indeks S&P 500 naik 0,45 persen. Indeks Dow Jones bertambah 0,79 persen. Sedangkan indeks Nasdaq tergelincir 0,18 persen.
Wall street turun dari level tertinggi setelah data sentimen konsumen yang rilis pada Jumat pagi ini. Menurut survei, Universitas Michigan yang diawasi ketat, data awal sentimen konsumen merosot pada Oktober, sedangkan harapan inflasi melonjak.
Indeks S&P 500 mencapai titik terendah pada perdagangan Jumat pekan ini seiring kenaikan harga minyak di tengah kekhawatiran perang Israel-Hamas dapat meningkatkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) dan Brent masing-masing naik lebih dari 5 persen membukukan kinerja terbaik sejak 3 April.
Harga emas berjangka yang ditutup lebih tinggi sebesar 3,11 persen, mengalami hari terbaik pada tahun ini, sejak 1 Desember 2022.
Investor juga mengawasi imbal hasil treasury. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun turun 9 basis poin menjadi 4,62 persen. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun turun 1 basis poin menjadi 5,05 persen. Imbal hasil dan harga cenderung berlawanan arah.
“Suku bunga masih memegang kendali, dan itu adalah rebound yang kami lihat sejak Jumat lalu,” ujar Chief Technical LPL Financial Adam Turnquist.
Investor Hati-Hati terhadap Saham
“Ada tanda-tanda awal secara teknis melihat adanya kapitulasi, tetapi kami masih berjuang melawan tren naik pada imbal hasil obligasi bertenor panjang,” ia menambahkan.
Investor tetap sedikit berhati-hati terhadap saham, tetapi optimistis saham dapat menguat pada kuartal IV jika imbal hasil kembali turun dan suku bunga bergerak lebih rendah.
“Obligasi sekarang menawarkan persaingan yang kuat untuk saham mengingat imbal hasil yang ada. Jadi pandangan kami saat ini netral terhadap saham,” ujar Chief Equity Strategist LPL Jeff Buchbinder.
Ia menambahkan, jika imbal hasil stabil seperti yang diperkirakan, kondisi tersebut masih cukup baik untuk saham. Selain itu, risiko kenaikan suku bunga tergantung pada percepatan kembali inflasi.
Sejumlah laporan positif dari perusahaan keuangan besar pada Jumat pekan ini mengawali musim laporan laba kuartal III. Saham JPMorgan Chase bertambah 1,5 persen. Saham Wells Fargo menguat di atas 3 persen. Sedangkan saham Citigroup melemah 0,2 persen. Selain itu, saham BlackRock turun 1,3 persen. Di sisi lain, saham UnitedWealth Group naik 2,6 persen.
Advertisement