Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada penutupan perdagangan saham Kamis (19/12/2023). Tekanan IHSG terjadi usai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Dikutip dari data RTI, IHSG jatuh 1,18 persen ke posisi 6.846,42. Indeks LQ45 merosot 1,66 persen ke posisi 910,08.Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Baca Juga
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.927,98 dan terendah 6.840,36.Sebanyak 404 saham melemah sehingga menekan IHSG. 147 saham menguat dan 207 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.547.963 kali dengan volume perdagangan 24,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.856.
Advertisement
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 1,05 triliun. Sepanjang 2023, investor asing lepas saham Rp 8,2 triliun.
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan. Sektor saham transportasi memimpin koreksi dengan turun 3,04 persen. Sektor saham energi tergelincir 1,04 persen, sektor saham basic turun 1,98 persen, dan sektor saham industri merosot 1,14 persen.
Selain itu, sektor saham nonsiklikal terpangkas 1,09 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,71 persen, sektor saham keuangan susut 1,57 persen, dan sektor saham properti melemah 1,63 persen. Selanjutnya sektor saham teknologi turun 0,62 persen. Adapun sektor saham kesehatan naik 0,60 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 1,34 persen.
Top Gainers-Losers pada 19 Oktober 2023
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham PAMG melambung 34,55 persen
- Saham NICL melambung 34,09 persen
- Saham ASMI melambung 34 persen
- Saham SWAT melambung 25,49 persen
- Saham TRIS melambung 24,55 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham ASPI merosot 25 persen
- Saham HUMI merosot 24,76 persen
- Saham GLVA merosot 24,71 persen
- Saham PEGE merosot 18,92 persen
- Saham BAJA merosot 15,88 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBRI senilai Rp 990,9 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 919,9 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 787,2 miliar
- Saham BREN senilai Rp 602,7 miliar
- Saham BBNI senilai Rp 479,7 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham MARI tercatat 92.130 kali
- Saham GTRA tercatat 51.207 kali
- Saham BREN tercatat 46.517 kali
- Saham HUMI tercatat 42.415 kali
- Saham BBCA tercatat 39.231 kali
Advertisement
Bursa Saham Asia Pasifik pada 19 Oktober 2023
Bursa saham Asia Pasifik alami aksi jual pada perdagangan saham Kamis, 19 Oktober 2023. Di bursa saham Korea Selatan, Hong Kong dan China masing-masing turun sekitar 2 persen.
Dikutip dari CNBC, hal ini juga mencerminkan pergerakan di wall street saat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi dengan menembus 4,9 persen, untuk pertama kalinya sejak 2007.
Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, tertinggi sejak 2000.
Jepang mencatat surplus perdagangan lebih tinggi dari perkiraan yang mencapai 62,4 miliar yen (USD 416,6 juta) pada September. Sedangkan data dari Australia menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,6 persen pada bulan lalu.
Di Australia, indeks ASX 200 anjlok 1,36 persen ke posisi 6.981,6. Indeks Hang Seng merosot 2,43 persen, dan memimpin koreksi di Asia.
Sementara itu, indeks CSI 300 turun 2,13 persen, dan ditutup ke posisi 3.533,54, dan mendekati level terendah dalam 12 bulan.
Indeks Jepang Nikkei 225 merosot 1,91 persen ke posisi 31.430,62. Indeks Topix tergelincir 1,36 persen ke posisi 2.264,16 setelah rilis data perdagangan.
Indeks Kospi Korea Selatan merosot 1,9 persen ke posisi 2.415,8. Namun, indeks Kosdaq merosot 3,07 persen ke posisi 784,04, yang merupakan level terendah dalam tujuh bulan.
Di sisi lain, bank sentral Korea Selatan tetap pertahankan suku bunga acuan 3,5 persen.
Sentimen yang Pengaruhi IHSG
Dikutip dari Antara, dalam kajian Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, bursa saham Asia kompak melemah di tengah semakin tingginya kekhawatiran atas konflik di Timur Tengah.
“Aksi jual obligasi juga meningkat, membawa imbal hasil (yield) Treasury ke level tertinggi baru dalam 16 tahun menjelang pidato yang sangat ditunggu dari Presiden The Fed Jerome Powell,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.
Selain itu, kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat, setelah berlakunya larangan ekspor chip AS membayangi saham-saham di China.
Krisis properti China juga masih menghantui negara tersebut setelah Country Garden ditetapkan gagal bayar meskipun rilis data perekonomian China beberapa hari lalu menunjukkan pemulihan.
Dari dalam negeri, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) meningkat menjadi 6 persen setelah pada bulan sebelumnya sebesar 5,75 persen. Bank Indonesia menyebutkan, kenaikan suku bunga acuan untuk melindungi nilai tukar rupiah dan agar inflasi tetap terkendali.
Advertisement