Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,0 persen.
Menanggapi ini, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menyebut ini langkah tepat untuk menjaga nilai rupiah.
Baca Juga
"Kalau kita lihat rupiah sempat menguat ke 14.600 kemudian kembali melemah ke 15.600. Bahkan tadi pagi mencapai 15.800, mungkin itu yang menyebabkan BI menaikan suku bunga,” kata Jahja dalam konferensi pers, paparan kinerja kuartal ketiga 2023, Bank BCA, Kamis (19/10/2023).
Advertisement
Namun Jahja mengungkapkan BI tidak bisa terus menerus melakukan kebijakan intervensi karena dapat mengurangi devisa. Selain itu, the Fed juga masih terus menaikan suku bunga sampai 2024 karena target inflasi AS 2 persen belum tercapai.
Terkait Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Jahja menuturkan BCA secara Dana Pihak Ketiga (DPK) terbesar dari rekening giro dan tabungan. Giro tabungan ini relatif tidak terlalu banyak diubah khususnya untuk tabungan. Namun, sisi layanan yang akan terus BCA tingkatkan.
"Untuk SBDK sendiri saya pikir akan mengikuti perhitungan average. Karena kita punya CASA yang terbesar dan deposito yang biasanya ada peningkatan BI Rate itu diikuti dengan peningkatan dari deposito kalau dibutuhkan dana dan kalau LPS sudah menyesuaikan limit daripada yang di zaman yang di bawah Rp 2 miliar, tentu kita akan perhitungkan ke situ," tutur Jahja.
Jahja menambahkan, sebelum ada perubahan-perubahan tersebut dan suku bunga deposito masih menarik , SBDK tidak akan diubah. Jadi semuanya tergantung hasil perhitungan karena kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia baru diumumkan hari ini.
Bank Indonesia Kerek Suku Bunga Acuan
Dikutip dari Antara, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin ke posisi 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.
Suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility naik masing-masing 0,25 basis poin menjadi 5,25 persen dan 6,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, kenaikan ini untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global, serta langkah pre emptive dan untuk memitigasi dampaknya terhadap imported inflation
“Sehingga inflasi akan tetap dalam sasaran tiga plus minus satu persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 plus minus satu persen pada tahun 2024," tutur Perry.
Advertisement
BCA Cetak Laba Bersih Rp 36,4 Triliun hingga Kuartal III 2023, Tumbuh 25,8%
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA dan entitas anak berhasil membukukan peningkatan laba bersih 25,8 persen YoY mencapai Rp 36,4 triliun hingga kuartal III 2023. Selain itu total kredit juga meningkat 12,3 persen secara tahunan (YoY) per September 2023.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan volume kredit di semua segmen, perbaikan kualitas pinjaman secara konsisten, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan solidnya peningkatan kredit salah satunya didorong oleh pelaksanaan BCA Expo 2023 pada kuartal III 2023, melanjutkan kesuksesan BCA Expoversary 2023 pada Februari lalu.
"Kami melihat permintaan kredit konsumer yang masih solid, tercermin dari pelaksanaan dua kali expo di tahun ini yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp 46 triliun, atau meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan capaian pada 2022,” kata Jahja dalam paparan kinerja kuartal tiga 2023 secara virtual, Kamis (19/10/2023).
Tak hanya itu, kredit BCA tumbuh dua digit hampir di seluruh segmen. Kredit UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, yaitu naik 16,4 persen YoY menjadi Rp 104,8 triliun.
NPL hingga Dana Pihak Ketiga
Penurunan LAR dan NPL
Seiring dengan pemulihan bisnis debitur, portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mencatat perbaikan, yang tercermin dari menurunnya rasio loan at risk (LAR) ke 7,6 persen di sembilan bulan pertama 2023, dibandingkan 11,7 persen pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 2,0 persen di sembilan bulan pertama 2023, turun dari 2,2 persen di tahun sebelumnya.
“BCA senantiasa memiliki pencadangan yang memadai, dengan rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang kokoh, masing-masing sebesar 226,9 persen dan 66,6 persen,” jelas Jahja.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Di sisi pendanaan, CASA BCA naik 4,7 persen YoY mencapai Rp 869,8 triliun per September 2023, berkontribusi hingga sekitar 80 persen dari total dana pihak ketiga. Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 6,2 persen YoY menjadi Rp 1.089 triliun, sehingga mendorong total aset BCA naik 7,2 persen YoY menjadi Rp 1.381 triliun.
Advertisement