Sukses

Wall Street Tergelincir, Imbal Hasil Obligasi Kembali Melonjak Usai Pidato The Fed

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat sentuh level tertinggi dalam 16 tahun menjadi 5 persen menekan wall street. Indeks Nasdaq catat koreksi terbesar.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan saham Kamis, 19 Oktober 2023. Wall street kembali lesu seiring imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat kembali naik dan investor mencerna pidato ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.

Dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (20/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,75 persen ke posisi 33.414,17. Indeks S&P 500 tergelincir 0,85 persen ke posisi 4.278. Indeks Nasdaq turun 0,96 persen ke posisi 13.168,18.

Imbal hasil obligasi AS naik selama empat hari berturut-turut sehingga menekan saham karena investor terus mewaspada perkembangan konflik Timur Tengah.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun ditutup mencapai 5 persen untuk pertama kali dalam 16 tahun. Sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun mencapai 5,1 persen. Imbal hasil obligasi telah meningkat selama empat hari berturut-turut.

Di sisi lain, Jerome Powell menuturkan, inflasi masih terlalu tinggi menandakan the Fed bermaksud untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lama karena pertumbuhan ekonomi tetap kuat.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah pengamat termasuk Mohamed El-Erian mempertanyakan apakah sudah waktunya bagi bank sentral untuk menaikkan target inflasi.

Investor juga mencermati potensi dampak kenaikan suku bunga terhadap kinerja perusahaan seiring dengan bergulirnya musim laporan keuangan kuartal III 2023.

CEO Tesla Elon Musk khawatir biaya pinjaman lebih tinggi akan halangi pelanggan untuk membeli kendaraan listrik perusahaan. Hal ini setelah laba Tesla meleset dari perkiraan. Saham Tesla turun hampir 10 persen.

Sementara itu, saham Netflix melonjak lebih dari 16 persen setelah layanan streaming itu membukukan lonjakan jumlah pelanggan dan akan menaikkan harga di Amerika Serikat.

Dari data ekonomi, klaim pengangguran mingguan mencapai level terendah sejak Januari seiring pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan kekuatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penutupan Wall Street pada 18 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 18 Oktober 2023. Wall street yang lesu seiring musim laporan laba dan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat naik ke level tertinggi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/10/2023) pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 332,57 poin atau 0,98 persen ke posisi 33.665,08. Indeks S&P 500 melemah 1,34 persen ke posisi 4.314,60. Indeks Nasdaq tergelincir 1,62 persen ke posisi 13.314,30.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik menembus di atas 4,9 persen pada Rabu, 18 Oktober 2023. Untuk pertama kali, imbal hasil obligasi menembus di atas 4,9 persen sejak 2007.

Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, level tertinggi sejak 2000.

“Pasar sedang mencoba mencari tahu di mana suku bunga akan mencapai puncaknya. Pasar ingin melihat apa yang terjadi ketika suku bunga mencapai 5 persen,” ujar Managing Partners Harris Financial, Jamie Cox.

Saham JB Hunt tergelincir 8,9 persen karena laba yang lebih buruk dari perkiraan, sedangkan saham United Airlines turun 9,7 persen setelah menyampaikan panduan yang lembut terkait kinerja. Saham Morgan Stanley merosot 6,8 persen dan mencatat hari terburuk sejak 2020 karena lemahnya kinerja divisi wealth management menutupi kinerja kedua lini.

Di sisi lain, saham Procter & Gamble naik 2,6 persen setelah mengalahkan harapan analis pada kuartal tersebut. Investor kini melirik kinerja laba Netflix dan Tesla yang dirilis setelah perdagangan Rabu pekan ini.

Lebih dari 10 persen di S&P 500 telah melaporkan kinerjanya, menurut FactSet. Dari laporan itu, sekitar 78 persen telah melampaui harapan analis.

 

 

 

 

3 dari 5 halaman

Pasar Beralih Melihat Pertumbuhan Pendapatan

Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon menuturkan, fokus pasar beralih ke pertumbuhan pendapatan pada musim laporan laba ini. Ia menambahkan, investor sedang mencoba untuk menguraikan perusahaan mana yang mengalami peningkatan permintaan dan perusahaan mana yang meningkatkan laba melalui langkah-langkah pemotongan biaya saja.

“Saat ini kita berada pada titik siklus di mana perusahaan benar-benar harus mulai menunjukkan permintaan actual yang kembali online. Jika bukan itu masalahnya, Anda mungkin tidak akan mendapatkan peningkatan sebanyak yang diharapkan orang,” kata dia.

Saham chip yakni Nvidia dan Advanced Micro Devices berjuang pada perdagangan sesi kedua karena investor melakukan aksi jual. Langkah ini dilakukan setelah Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk memperketat pembatasan penjualan chip kecerdasan buatan canggih ke China pada Selasa pekan ini.

Wall street juga terus menilai dampak perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung. Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel pada Rabu pekan ini sebagai bagian dari perjalanan yang bertujuan menunjukkan solidaritas terhadap negara tersebut.

 

4 dari 5 halaman

Dampak Perang Israel-Hamas

Sementara itu, Chief Investment Officer of Harris Associates, David Herro menuturkan, Perang Israel-Hamas baru-baru ini telah membuat investor bergegas mencari peluang baru di luar negeri.

“Ketika Anda mengalami reaksi harga yang ekstrem, yang telah kita lihat secara kebetulan dalam tiga atau empat bulan terakhir, khususnya di Eropa. Ini sebenarnya menjadi peluang untuk membeli barang berkualitas dengan harga rendah yang merupakan inti dari value investing,” ujar dia kepada CNBC.

Ia melihat hal ini sebagai sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan mengingat jangka waktu investasi dalam tiga hingga lima tahun.

Herro menuturkan, investor secara perlahan dan terus menerus melakukan diversifikasi dengan meningkatkan eksposur internasional ke wilayah yang lebih bersahabat dengan Amerika Serikat, Eropa dibandingkan Rusia dan China.

“Kami fokus pada tempat perusahaan menjalankan bisnis, dan bukan pada lokasi basisnya. Jika kita bisa mendapatkan bisnis berkualitas baik dengan harga murah dan harga itu sangat dipengaruhi oleh kode pos, ini adalah peluang investasi yang bagus,” ia menambahkan.

 

5 dari 5 halaman

Hadapi Ketidakpastian

Sementara itu, Analis Citi Scott Chronert menuturkan, saham berada dalam mode yang tidak pasti karena ketegangan geopolitik masih berlangsung di Timur Tengah. Akan tetapi, pasar tetap dalam kondisi baik selama konflik dapat diatasi.

“Cara saya berpikir mengenai hal ini adalah terkendali versus meningkat. Selama hal itu masih terkendali, saya pikir pandangan kita terhadap saham berada dalam kondisi yang cukup baik,” ujar dia.

Ia menambahkan fundamental pasar saham juga tampak bagus. Hal ini ditunjukkan dari laporan laba kuartal III 2023.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini