Liputan6.com, Jakarta - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengungkapkan secara nasional ada sekitar Rp 45,8 triliun penerbitan surat utang di Indonesia hingga kuartal tiga 2023. Dari jumlah tersebut, PEFINDO, telah menangani penerbitan surat utang sebesar Rp 37,67 triliun.
Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan PEFINDO, Niken Indriasih mengatakan sebagian besar penerbitan surat utang dilakukan oleh perusahaan non BUMN.
"Jumlah penerbitan surat utang perusahaan non BUMN Rp 30,2 triliun dan Rp 7,4 triliun untuk perusahaan BUMN,” kata Niken dalam konferensi pers Pefindo, Rabu (25/10/2023).
Advertisement
Niken menambahkan pangsa pasar PEFINDO dalam pemeringkatan penerbitan surat utang hingga kuartal tiga 2023 sebesar 74,9 persen. Tujuan penggunaan dana sebagian besar adalah untuk modal kerja (62,7 persen) dan refinancing (31,9 persen).
Selain itu, PEFINDO juga telah mengantongi mandat pemeringkatan surat utang korporasi sebesar Rp 49,54 triliun hingga kuartal tiga 2023. Perusahaan dari sektor perbankan sebagai sektor dengan penerbitan terbesar mencapai Rp 12,9 triliun, ini berasal dari 3 perusahaan.
Adapun, Niken mengatakan total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal tiga 2023 mencapai Rp 91,8 triliun. Penerbitan obligasi korporasi & sukuk tercatat sebesar Rp 89,3 triliun, turun dibandingkan Rp 127,4 triliun per kuartal tiga 2022.
“Penerbitan efek utang lainnya yaitu sekuritisasi menunjukkan tren peningkatan. Namun, penerbitan MTN hingga kuartal tiga 2023 masih menunjukkan penurunan yaitu mencapai Rp 1,7 triliun dibandingkan Rp 4,7 triliun per kuartal tiga 2022.” pungkas Niken.
Pefindo Kantongi Mandat Penerbitan Surat Utang BUMN Rp 24,67 Triliun Masuk Semester II 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mencatat nilai mandat penerbitan surat utang hingga paruh pertama 2023 sebesar Rp 61,3 triliun per 30 Juni 2023. Jumlah surat utang tersebut terdiri dari 41 perusahaan.
Rinciannya, 18 perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaan dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sisanya 23 perusahaan non-BUMN.
"Non BUMN masih mendominasi, total sekitar 23 perusahaan dengan rencana penerbitan mencapai Rp 36,6 triliun. BUMN dan anak perusahaan termasuk BUMD ada 18 perusahaan dengan rencana nilai penerbitan surat utang sebesar 24,7 triliun," ungkap Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan I Pefindo, Niken Indriarsih dalam konferensi pers, Selasa (18/7/2023).
Hingga paruh pertama tahun ini, penerbitan surat utang nasional mencapai Rp 45,98 triliun. Dari angka tersebut, Pefindo menangani penerbitan surat utang senilai Rp 31,12 triliun atau setara 67,85 persen dari total penerbitan surat utang nasional. Angka tersebut didominasi oleh perusahaan non BUMN yang nilainya mencapai Rp 17,98 triliun.
Terdiri dari obligasi senilai Rp 16,05 triliun dan sukuk Rp 1,93 triliun. Sementara total penerbitan surat utang perusahaan BUMN Grup tercatat sebesar Rp 13,14 triliun. Terdiri dari bond senilai Rp 9,5 triliun, MTN Rp 600 miliar, sekuritisasi Rp 297,7 miliar, dan sukuk Rp 2,74 triliun.
"Secara issuers masih non BUMN yang paling banyak terbitkan surat utang pada semester I yang diperingkat oleh Pefindo, yaitu sekitar hampir Rp 18 triliun. Ini sekitar hampir 58 persen dari total penerbitan surat utang yang diperingkat oleh Pefindo," imbuh Niken.
Advertisement
BEI dan PEFINDO Luncurkan Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank
Sebelumnya diberitakan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) meluncurkan indeks sektor perbankan baru yang dinamakan Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank pada Rabu, 4 Oktober 2023.
Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank mengukur kinerja harga dari 10 saham perbankan yang memiliki peringkat investment grade dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
Indeks ini mencakup sub-sektor bank yang tercatat di BEI selain indeks Infobank15 yang sebelumnya telah diluncurkan pada 7 November 2012.
Selama lima tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa industri perbankan di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Meskipun, pandemi Covid-19 sempat menekan aktivitas ekonomi negara, industri perbankan di Indonesia masih tangguh menopang pemulihan ekonomi nasional.
"Perbankan memiliki peran kunci dalam membantu meningkatkan iklim investasi serta menunjang pertumbuhan pasar modal Indonesia," tulis Manajemen BEI dalam keterangan resminya, Rabu (4/10/2023).
Sementara itu, saham perbankan yang tercatat di BEI menguasai 33 persen kapitalisasi pasar modal di Indonesia. Saham perbankan juga dominan di antara saham-saham yang likuid dan kapitalisasi pasar besar.
Hal ini ditunjukkan dari kapitalisasi pasar pada indeks IDX80, LQ45, dan IDX30 dengan porsi saham perbankan lebih dari 45 persen untuk indeks LQ45 dan IDX30.
Kemudian, penentuan konstituen indeks IDX-PEFINDO Prime Bank dilakukan dengan memilih 10 saham sektor perbankan yang memiliki peringkat tertinggi berdasarkan faktor investment rating, likuiditas, total asset, kapitalisasi pasar, valuasi, dan legal.
Metode penghitungan indeks IDX-PEFINDO Prime Bank menggunakan Adjusted Market Capitalization Weighted yang disesuaikan berdasarkan rasio free float dengan menerapkan pembatasan bobot saham (cap) paling tinggi sebesar 35 persen yang disesuaikan pada saat evaluasi. Indeks ini telah dihitung sejak hari dasarnya pada 3 Januari 2017 dengan nilai awal 100.
Evaluasi Berkala
Evaluasi berkala atas Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank terdiri dari evaluasi mayor dan evaluasi minor. Adapun valuasi mayor bertujuan untuk melakukan pemilihan dan pembobotan ulang atas konstituen indeks, akan dilakukan pada akhir bulan Juni dan Desember.
Sedangkan evaluasi minor bertujuan untuk memperbarui faktor free float serta melakukan pembatasan ulang atas bobot saham, akan dilakukan pada akhir bulan Maret dan September. Hasil evaluasi indeks akan berlaku efektif di Hari Bursa pertama pada bulan berikutnya.
BEI berharap peluncuran Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank dapat menjadi alternatif panduan baru untuk berinvestasi pada saham-saham di sektor perbankan.
Di masa mendatang, Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank dapat dijadikan acuan bagi penciptaan produk investasi berbasis indeks, seperti reksa dana indeks maupun Exchange Traded Fund (ETF).
Sehingga investor dapat lebih mudah berinvestasi pada saham-saham sub-sektor bank yang memiliki peringkat investment grade dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
Advertisement