Sukses

IHSG Tersungkur 1,6% ke Posisi 6.642, 450 Saham Memerah

Investor asing melakukan aksi jual saham sebesar Rp 1,3 triliun dan sektor saham kompak tertekan sehingga menyeret laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona merah.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin tertekan pada perdagangan saham Rabu (1/11/2023). Bahkan IHSG keluar dari level 6.700.

Dikutip dari data RTI, pada penutupan perdagangan, IHSG merosot 1,63 persen ke posisi 6.642,41. Indeks LQ45 terpangkas 1,51 persen. Seluruh indeks saham acuan merosot.

Pada perdagangan awal November 2023, IHSG berada di level tertinggi 6.773,98 dan terendah 6.639,82. Sebanyak 450 saham melemah sehingga menekan IHSG. 135 saham menguat dan 165 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.368.342 kali dengan volume perdagangan 25,2 miliar saham. Nilai transaksi Rp 11,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.947.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 1,36 triliun. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 13,34 triliun.

Seluruh sektor saham tertekan. Sektor saham energi turun 3,87 persen, sektor saham basic merosot 2,80 persen, sektor saham industri turun 1,7 persen, sektor saham nonsiklikal terpangkas 2,35 persen, dan sektor saham siklikal turun 3,6 persen.

Selain itu, sektor saham kesehatan terpangkas 4,12 persen, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham keuangan tergelincir 1,05 persen, sektor saham properti melemah 1,39 persen, sektor saham teknologi melemah 0,57 persen, sektor saham infrastruktur susut 3,54 persen dan sektor saham transportasi merosot 2,8 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pelemahan IHSG terjadi di tengah penguatan bursa saham global dan regional Asia. Namun demikian, ia prediksi, pelemahan IHSG disebabkan beberapa hal.

Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang dikarenakan sinyal hawkish dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS). Kedua, rilis data perekonomian China yang menunjukkan ada perlambatan setelah rilis data PMI Manufaktur yang terkontraksi ke level 49.

“Investor masih cenderung wait and see akan adanya FOMC Meeting pekan ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

2 dari 3 halaman

Top Gainers-Losers pada 1 November 2023

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

Saham TFAS melonjak 24,75 persen

Saham MPRO melonjak 24,74 persen

Saham FWCT melonjak 18,52 persen

Saham IFSH melonjak 12,50 persen

Saham TAMU melonjak 12,50 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

Saham CARE merosot 25 persen

Saham NATO merosot 25 persen

Saham DIVA merosot 24,57 persen

Saham LEAD merosot 21,62 persen

Saham PMMP merosot 20,34 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

Saham BBRI senilai Rp 932,8 miliar

Saham BBCA senilai Rp 579,3 miliar

Saham TLKM senilai Rp 560,2 miliar

Saham ASII senilai Rp 539 miliar

Saham BMRI senilai Rp 420,8 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

Saham GTRA tercatat 96.729 kali

Saham BBRI tercatat 42.488 kali

Saham BBCA tercatat 31.900 kali

Saham BRPT tercatat 28.572 kali

Saham DEWA tercatat 24.056 kali

3 dari 3 halaman

Bursa Saham Asia Pasifik pada 1 November 2023

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Rabu, 1 November 2023. Bursa saham Jepang memimpin kenaikan di kawasan Asia Pasifik setelah bank sentral Jepang meningkatkan fleksibilitas dalam kebijakan pengendalian kurva imbal hasil sementara investor mengamati kebijakan dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari CNBC, the Fed akan mengakhiri pertemuan kebijakan moneter dua harinya pada Rabu, 1 November 2023 dengan pasar mengharapkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga.

Data menunjukkan ekspor Korea Selatan pada Oktober naik 5,1 persen tahun ke tahun, pertama kalinya dalam 13 bulan. Sementara itu, aktivitas pabriknya mengalami kontraksi yang sedikit lebih dalam.

Secara terpisah, PMI manufaktur global Caixin/S&P China turun menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,6 pada September, menandai kontraksi pertama sejak Juli dan meleset dari perkiraan analis sebesar 50,8 dengan selisih yang besar.

Angka itu mencerminkan angka yang resmi yang dirilis oleh biro statisik nasional pada Selasa, 31 Oktober 2023.

Indeks Nikkei 225 menguat 2,41 persen ke posisi 31.601,65. Indeks Topix bertambah 2,53 persen ke posisi 2.310,68, mencapai level tertinggi dalam hampir tiga minggu.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,03 persen ke posisi 2.301,56. Indeks Kosdaq menguat 0,43 persen ke posisi 739,23. Indeks Hang Seng Hong Kong membalikkan kenaikan sebelumnya dan turun sedikit. Indeks CSI 300 sedikit tergelincir dan ditutup ke posisi 3.571,03. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,85 persen ke posisi 6.838,30.

Video Terkini