Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bersiap menggelar pemilihan umum (pemilu) 2024. Banyak dilakukan kegiatan kampanye dari ketiga kandidat capres dan cawapres di mana-mana. Sesuai dengan pola musiman, jelang tahun politik merupakan waktu di mana para pelaku usaha menahan ekspansi.
Tentu, tidak sedikit perilaku bisnis yang 'wait and see' akan hasil pemilu nantinya sambil mencermati rencana masing-masing kandidat untuk menggerakkan ekonomi secara makro apabila terpilih.
Di sisi lain, pemilu mendorong perputaran uang di beberapa industri secara signifikan. Jelang masa pemilihan, permintaan kaos dan atribut kampanye sangat masif pada periode tersebut.
Advertisement
Selain itu, sektor perhotelan, restoran, dan transportasi akan cukup banyak mendapatkan limpahan rezeki dari kampanye.
Berbagai dinamika politik yang berkembang pada penghujung 2023 hingga hari pemilihan pada 14 Februari 2024 membuat market terlihat cukup volatile.
Meski demikian, pasar saham Indonesia dirasa masih memiliki potensi yang baik untuk bisa menghadapi gempuran ketidakpastian. Terlebih lagi secara historis, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mencatatkan kenaikan.
Melihat kinerja IHSG dikutip dari laman OCBC NISP.com, IHSG naik 1,7 persen pada 2019. Penguatan IHSG lebih besar pada pemilu 2014 dengan melonjak 22,29 persen. Sedangkan 2009, IHSG menguat 86,98 persen.
Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu memaparkan pemilihan umum atau tahun politik 2024, diharapkan pasar modal akan kembali bergairah.
“Hal tersebut dilatarbelakangi oleh data pada pemilu sebelumnya, di mana IHSG dan pasar obligasi mengalami pergerakan positif pada sebelum dan tahun pemilu. Meskipun begitu, kondisi dari global juga masih diselimuti berbagai tantangan mulai dari perkembangan suku bunga AS, perlambatan ekonomi China, dan kondisi geopolitik yang kembali memanas,” ujar dia saat Seminar Road to 2024: Market Outlook bertajuk "Menakar Peluang Pasar Saham di Tahun Pemilu".
Prediksi IHSG
SimInvest Research memproyeksikan IHSG berada di kisaran level 7.700 pada 2024. Dalam jangka pendek volatilitas pasar dalam negeri diperkirakan masih berlanjut seiring dengan volatilitas pasar global.
Namun, memasuki 2024, diperkirakan indeks akan mendapatkan ‘angin segar’ dari pemilihan presiden Indonesia. Berdasarkan data historis, indeks mengalami penguatan pasca pemilu disebabkan kondisi politik yang lebih stabil.
Di sisi lain, sejalan dengan katalis pemilu dan konsumsi yang membaik, diperkirakan sektor konsumsi dan telekomunikasi dapat menunjukkan performa yang solid pada 2024.
Advertisement
Sederet Alasan Investor Pasar Modal Cemas dan Antusias Jelang Pemilu
Sebelumnya diberitakan, pada musim pemilu ada dua macam sudut pandang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan resiko ketidakstabilan politik.
Namun, ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai “pesta demokrasi”yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik.
Syailendra Capital menyebut dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif.
Namun, di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya, jangan hanya melihat faktor risikonya saja, sehingga dapat memanfaatkan momentum dan peluang yang ada. Secara historis, pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standar deviasinya.
Sementara itu, alasan umum dari dua macam respons menanggapi musim pemilu yakni cemas (anxiety) dan antusias (enthusiasm). Adapun alasan investor cemas, yakni ada risiko ketidakstabilan kondisi dalam proses pemilu, masyarakat terpecah opininya, ada kemungkinan perubahan kebijakan dan risiko jika hasil pemilu tidak dapat terima oleh pihak-pihak terkait.
Sedangkan alasan investor antusias, yakni menganggap pemilu adalah "pesta demokrasi", dana kampanye dalam pemilu akan sangat besar terserap di perekonomian, konsumsi diperkirakan meningkat pada tahun pemilu, dan pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh peningkatan konsumsi.
Volatilitas Pergerakan IHSG
Selain itu, Syailendra Capital mencatat ada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu 1999, 2004, dan 2009.
Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif.
Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp 170 triliun dari 5 jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan.
Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada dua kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakan permintaan sebelum pemilu berlangsung.
Advertisement