Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada Jumat (3/11/2023). Penguatan bursa saham Asia ini terjadi di tengah investor menanti data baru untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai kesehatan aktivitas jasa di wilayah tersebut.
Dikutip dari CNBC, data indeks services purchasing managers dari negara-negara besar termasuk China, India dan Hong Kong akan dirilis jelang akhir pekan ini.
Baca Juga
Indeks Hang Seng berjangka Hong Kong berada di posisi 17.455, dan lebih tinggi dari penutupan perdagangan terakhir 17.230,59. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,78 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Kosdaq naik 0,13 persen.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,9 persen. Sedangkan bursa saham Jepang libur.
Di Amerika Serikat, wall street kompak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini di tengah imbal hasil obligasi AS yang turun. Investor bertaruh the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga pada 2023.
Indeks Dow Jones menguat 1,7 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak Juni 2023. Indeks S&P 500 mendaki 1,89 persen. Untuk pertama kali, indeks S&P 500 mencatat kenaikan berturut-turut lebih dari 1 persen sejak Februari. Indeks Nasdaq melesat 1,78 persen, dan membukukan kinerja terbaik sejak Juli.
Di sisi lain, pelaku pasar menemukan cukup banyak informasi dalam pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan ini yang menunjukkan hanya ada kemungkinan kecil kenaikan suku bunga tambahan.
Peluang kenaikan suku bunga pada Desember turun pada perdagangan Kamis pagi menjadi 14,6 persen menurut FedWatch Tool dari CME Group yang memakai penetapan fed funds futures pricing untuk mengukur probabilitas. Sebulan lalu, peluang pergerakan pada Desember berada di posisi 39 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 2 November 2023
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 348,20 poin atau 1,10 persen ke 31.949,90, indeks Hang Seng menguat 128,81 poin atau 0,75 persen ke 17.230,59, indeks Shanghai melemah 13,67 poin atau 0,45 persen ke 3.009,41, dan indeks Strait Times menguat 5,76 poin atau 0,19 persen ke 3.082,53.
Penutupan Wall Street
Sebelumnya diberitakan, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 2 November 2023. Hal ini seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS yang merosot dan investor bertaruh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dapat menaikkan suku bunga pada 2023.
Dikutip dari CNBC, Jumat (3/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 564,5 poin atau 1,7 persen ke posisi 33.839,08. Indeks Dow Jones mencatat kinerja terbaik sejak Juni 2023.
Indeks S&P 500 menguat 1,89 persen dan ditutup ke posisi 4.317,78, serta membukukan kinerja terbaik sejak April 2023. Indeks S&P 500 mencatat kenaikan berturut-turut lebih dari 1 persen sejak Februari untuk pertama kali.
Indeks Nasdaq melesat 1,78 persen dan ditutup ke posisi 13.294,19. Indeks Nasdaq membukukan kenaikan terbaik sejak Juli 2023.
Selama sepekan, indeks S&P 500 mendaki 4,9 persen. Indeks Dow Jones bertambah 4,4 persen. Indeks Nasdaq melesat lebih dari 5 persen.
Advertisement
11 Sektor Saham Menguat di Indeks S&P
Reli bursa saham AS terjadi dengan 11 sektor saham S&P 500 berada di wilayah positif. Kenaikan dipimpin sektor energi dan real estat yang masing-masing mendaki 3,1 persen.
Imbal hasil obligasi menurun. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun sekitar 12 basis poin menjadi 4,66 persen. Hal ini terjadi setelah imbal hasil acuan mencapai 5 persen bulan lalu.
Data yang dirilis pada Kamis pagi menunjukkkan inflasi yang merosot dan melambatnya pasar tenaga kerja, menambah kepercayaan investor the Federal Reserve dapat selesai menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, biaya tenaga kerja secara tak terduga turun pada kuartal III 2023. Klaim pengangguan mingguan meningkat menjadi 217.000, demikian disampaikan Departemen Tenaga Kerja AS.
Pada Rabu pekan ini, the Fed mempertahankan suku bunga untuk kedua kali berturut-turut mendorong kenaikan indeks Dow Jones lebih dari 200 poin. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik lebih dari 1 persen.
“Ini adalah refleksi dari beberapa bulan yang sangat buruk di pasar saham, penjualan besar-besaran pada pendapatan tetap. Pertemuan the Fed sudah berlalu, kita sekarang dapat menantikan beberapa data ekonomi dan melihat apakah hal itu menegaskan, the Fed dapat mempertahankan kebijakannya tanpa batas waktu,” ujar Chief Investment Officer Verdence Capital Advisors, Megan Horneman.
Kinerja Saham Apple
Horneman khawatir investor mungkin terlalu optimistis karena ketua the Fed Jerome Powell menuturkan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember 2023.
“Saya pikir masih ada volatilitas yang akan kita lihat pada inflasi. Satu hal yang menjadi perhatian kami adalah inflasi sangat mudah untuk kembali dipicu,” ujar Horneman.
Sementara itu, saham Apple naik 2 persen sebelum laporan keuangan pada penutupan perdagangan. Akan tetapi, saham Apple susut 3 persen setelah perdagangan saham. Saham Apple menguat 36,6 persen pada 2023. Namun, saham Apple turun 11 persen dari level tertinggi pada Juli.
Apple melaporkan pendapatan USD 89,5 miliar untuk tahun fiskal. Pendapatan tersebut lebih tinggi dari yang diprediksi USD 89,28 miliar. Laba bersih Apple tercatat USD 22,96 miliar atau USD 1,46 per saham. Laba bersih ini lebih tinggi dari awal tahun USD 20,72 miliar atau USD 1,29 per saham.
Advertisement