Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terus mengalami lonjakan dalam beberapa waktu terakhir. Sentimen ini dapat mempengaruhi kinerja bisnis emiten pertambangan emas.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menuturkan, sejauh ini kenaikan harga emas belum berkorelasi secara langsung dengan harga saham emiten emas.
Baca Juga
“Paling tidak pelaku pasar atau investor menunggu hasil kinerja keuangan emiten, sedangkan aksi korporasi lainnya investor menanti komitmen dalam meningkatkan tingkat produksinya,” kata Nafan kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (4/11/2023).
Advertisement
Menurut ia, dengan produksi emas yang semakin tinggi, maka secara langsung akan membuat kinerja keuangan meningkat.
Dengan demikian, secara teknikal ia merekomendasikan saham MEDC dan BRMS untuk trading buy on weakness potential.
Artikel Harga Terus Melambung, Begini Efeknya bagi Emiten Tambang Emas menyita perhatian pembaca di saham pada Sabtu, 4 November 2023. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di saham? Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu (5/11/2023):
1.Harga Terus Melambung, Begini Efeknya bagi Emiten Tambang Emas
Harga emas terus mengalami lonjakan dalam beberapa waktu terakhir. Sentimen ini dapat mempengaruhi kinerja bisnis emiten pertambangan emas.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menuturkan, sejauh ini kenaikan harga emas belum berkorelasi secara langsung dengan harga saham emiten emas.
“Paling tidak pelaku pasar atau investor menunggu hasil kinerja keuangan emiten, sedangkan aksi korporasi lainnya investor menanti komitmen dalam meningkatkan tingkat produksinya,” kata Nafan kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (4/11/2023).
Menurut ia, dengan produksi emas yang semakin tinggi, maka secara langsung akan membuat kinerja keuangan meningkat.
Dengan demikian, secara teknikal ia merekomendasikan saham MEDC dan BRMS untuk trading buy on weakness potential.
Berita selengkapnya baca di sini
2.Meneropong Kondisi Pasar Modal Syariah di Tengah Momen Pemilu
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencermati terdapat relasi antara pasar modal dan pemilu. Namun, untuk pasar modal syariah sendiri pengaruhnya relatif minim.
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh menuturkan, pasar modal syariah tidak akan begitu terpengaruh oleh momentum pemilu. Ini mengingat, ukuran pasarnya masih kecil.
"Per September 2023 market size kita belum sampai Rp 10 triliun. Karena sizenya kecil maka impactnya enggak besar," ujar dia kepada awak media, ditulis Sabtu (4/11/2023).
Akan tetapi, dampak pemilu terhadap saham-saham syariah terbilang besar. Sebab, kapitalisasi pasar saham syariah cukup besar, lebih dari 50 persen. Artinya, ketika pasar terpengaruh maka otomatis kapitalisasi pasar saham-saham syariah akan terpengaruh.
Jadi, terdapat perbedaan antara kapitalisasi pasar saham syariah dan investor syariah. Ia menjelaskan, jumlah investor saham syariah baru sekitar 130 ribuan, kalau saham syariah sebagai produk jumlahnya terbilang banyak.
Advertisement
3. BEI Catat Dana Penghimpunan EBUS dan Right Issue Rp 146,2 Triliun
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan right issues mencapai Rp 146,2 triliun hingga Jumat, 3 November 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, telah diterbitkan 97 emisi dari 56 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 108,9 triliun hingga 3 November 2023.
Sampai dengan periode tersebut terdapat 14 emisi dari 11 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dari berbagai sektor.
Adapun yang dimaksud antara lain satu perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, dua perusahaan dari sektor energi, enam perusahaan dari sektor keuangan, dan satu properti dan real estate.
Sementara itu, untuk right issue, per 3 November 2023 telah terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp 37,3 triliun.
Berita selengkapnya baca di sini