Sukses

Melihat Kinerja Keuangan Emiten Produsen Semen hingga Kuartal III 2023

Kinerja keuangan emiten-emiten semen bervariasi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih hingga September 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten produsen semen telah mengumumkan kinerja keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2023. Jika dilihat, kinerja keuangan emiten-emiten semen bervariasi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

Salah satunya adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR). Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan SMGR tumbuh 3,98 persen year on year (YoY) menjadi Rp 27,66 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan dengan pendapatan perusahaan pada kuartal yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp 26,60 triliun.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SMGR naik 1,78 persen YoY menjadi Rp 1,71 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan realisasi laba bersih per kuartal III 2022 senilai Rp 1,68 triliun.

Berikutnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turut membukukan kenaikan pendapatan neto sebesar 10,80 persen YoY menjadi Rp 12,92 triliun hingga kuartal III 2023, sedangkan pendapatan neto INTP pada kuartal yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 11,66 triliun.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INTP juga tumbuh 33,84 persen YoY dari Rp 946,85 miliar per kuartal III 2022 menjadi Rp 1,26 triliun per kuartal III 2023.

PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) ikut mengalami kenaikan pendapatan 10 persen YoY menjadi Rp 1,44 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 1,31 triliun. Laba bersih SMBR juga melesat 25 persen YoY menjadi Rp 53,95 miliar per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 43,16 miliar per kuartal III 2022.

Di sisi lain, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) mengalami penurunan pendapatan 1,43 persen YoY menjadi Rp 8,96 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan realisasi pendapatan perusahaan per kuartal III 2022 sebesar Rp 9,09 triliun. Laba bersih periode berjalan SMCB per kuartal III 2023 juga terkoreksi 6,83 persen YoY menjadi Rp 553,55 miliar, dari sebelumnya Rp 594,13 miliar per kuartal III 2022. 

PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) juga mencatatkan penurunan penjualan 0,72 persen YoY menjadi Rp 6,86 triliun per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 6,91 triliun per kuartal III 2022. Walau begitu, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk CMNT melonjak 3.632 persen YoY dari Rp 5,61 miliar per kuartal III 2022 menjadi Rp 209,71 miliar per kuartal III 2023.

 

 

2 dari 3 halaman

Kinerja Keuangan Emiten Semen Beragam pada Semester I 2023, Bagaimana Prospeknya hingga Akhir Tahun?

Sebelumnya diberitakan, sejumlah emiten semen mengumumkan kinerja keuangan beragam paruh pertama tahun ini. Beberapa mencatatkan pertumbuhan baik dari sisi pendapatan maupun laba. Ada yang labanya naik meski pendapatan turun. Sebaliknya, ada pula yang labanya merosot meski penjualan naik.

Meski begitu, analis memandang optimis pada prospek emiten semen untuk paruh kedua tahun ini. Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan, penjualan semen diperkirakan tumbuh baik seiring makin bergairahnya sektor perumahan, infrastruktur, dan perekonomian nasional tahun ini.

"Rumah adalah kebutuhan primer yg terus tumbuh seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi kita. PDB kita terakhir mantap, tumbuh 5,17 persen pada kuartal II 2023," kata Wahyu kepada Liputan6.com, Senin (14/8/2023).

Dalam catatannya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,9 persen pada tahun ini dengan laju inflasi yang relatif rendah, yakni 3,3 persen. Sedangkan tingkat suku bunga juga menurun, diperkirakan 4,25 persen. Merujuk pada perkiraan tersebut, dan didukung sektor perbankan yang masih terjaga, Wahyu cukup optimistis sektor properti masih bangkit.

"Sektor properti masih bangkit, didukung perbankan yang mantap. Emiten semen masih potensial tahun ini. Walaupun tidak besar, pertumbuhan penjualan semen kemungkinan kurang dari 4 persen. Bagaimanapun skenario terburuknya, penjualan 1 persen sekalipun masih cukup baik," imbuh Wahyu.

Wahyu merekomendasikan strategi buy on weakness pada saham emiten semen, dengan rincian sebagai berikut:

SMBR - PT Semen Baturaja Tbk

Buy: 360, 350, 340

Target: 380, 400, 480, 530

SMGR - PT Semen Indonesia Tbk

Buy: 6.400, 6.000, 5.900

Target: 7.200, 7.350, 7.600

INTP - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Buy: 10.500, 10.200, 10.000, 9.800, 9.600

Target: 11.300, 11.500, 11.600, 12.000

SMCB - PT Solusi Bangun Indonesia Tbk

Buy: 1.380, 1.300, 1.200, 1.160

Target: 1.600, 1.700, 1.800

CMNT - PT Cemindo Gemilang Tbk

Buy: 850, 800, 760

Target: 960, 1.000, 1.060, 1.190

 

3 dari 3 halaman

Koreksi Harga Batu Bara Jadi Angin Segar Emiten Semen

Sebelumnya diberitakan, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat prospek emiten semen masih cerah ke depan. Ini mengingat, harga batu bara yang cenderung terkoreksi.

Selain itu, kompetisi juga mulai kondusif usai rampungnya akuisisi yang dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) terhadap unit usahanya PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB).

Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Emma Almira Fauni mengatakan, masih ada dua faktor lainnya yang mendorong industri semen lebih baik dari tahun lalu, yakni utilisasi kapasitas mungkin telah mencapai titik terendah dan potensi penurunan suku bunga untuk mendorong permintaan terhadap semen.

"Tapi yang perlu diantisipasi misalnya pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk akan terdampak pada permintaan semen," kata Emma dalam Media Day, Kamis (8/6/2023).

Emma memprediksi akan adanya pertumbuhan di industri semen pada 2023 dibandingkan tahun lalu. Meski masih terjadi oversupply akibat banyaknya pemain baru di industri tersebut, Emma melihat kondisi ini akan menjadi lebih baik ke depannya.

Menurut ia, pendapatan akan bertumbuh karena terdapat penurunan dari sisi biaya. Sejalan dengan normalisasi harga batu bara saat ini.

Di samping itu, perusahaan semen di Indonesia seperti SMGR maupun PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah berupaya menerapkan cara produksi yang ramah lingkungan seiring memenuhi prinsip environmental, social and governance (ESG).

Dengan demikian, ia melihat akan ada pertumbuhan kinerja dari emiten produsen semen. Sehingga, saham SMGR dan INTP dinilai prospektif di masa mendatang. 

Bagi para investor, Emma merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 8.500 per saham dan INTP dengan target harga Rp 14.000 per saham.