Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 77 emiten yang melantai di pasar modal melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, alasan tahun ini menjadi IPO terbanyak karena sejumlah perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya tahun lalu bergeser pada tahun ini. Selain itu, ada juga perusahaan yang berencana IPO tahun depan beralih ke tahun ini.Â
Baca Juga
Berdasarkan analisis BEI, momentum pemilihan umum (pemilu) 2024 menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah IPO tahun ini.Â
Advertisement
"Menurut saya yang tahun lalu geser ke tahun ini, yang tahun depan geser ke tahun ini akhirnya pipeline jadi besar," kata Iman saat ditemui di Jakarta, Senin (13/11/2023).Â
Meski demikian, Iman mengaku hingga akhir tahun ini jumlah perusahaan IPO tidak akan mencapai 100 emiten. Sebab, bisa saja perusahaan yang antre di pipeline ingin melangsungkan prosesi IPO pada 2024.Â
Sedangkan, untuk IPO, BEI menargetkan ada 62 perusahaan yang bakal mencatatkan saham di bursa pada tahun depan.Â
"Tahun lalu gede-gede (penggalangan dananya) sekarang belum ada yang besar, kami terus saja kerja sama," kata Iman.Â
Â
11 Perusahaan Aset Jumbo Antre IPO di BEI
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 10 November 2023, terdapat 77 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 77 emiten itu mencapai Rp 53,84 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi.Â
"Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (11/11/2023).Â
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 11 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 16 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan satu perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.Â
Sementara, rincian sektor perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
- 3 Perusahaan dari sektor basic materials
- 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 2 Perusahaan dari sektor energy0 Perusahaan dari sektor financials
- 1 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 4 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- 3 Perusahaan dari sektor technology
- 1 Perusahaan dari sektor transportation & logisticÂ
Â
Advertisement
Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 204,14 Triliun, Lampaui Target 2023
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal menyentuh Rp 204,14 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 68 emiten hingga 27 Oktober 2023.Â
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi. Bahkan, penghimpunan dana per Oktober ini telah memenuhi capaian target pada 2023, yakni Rp 200 triliun.Â
"Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 97 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 54,48 triliun yang diantaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan," kata Inarno dalam dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).
Terkait rinciannya, terdapat 65 perusahaan antre IPO di pasar modal dengan nilai sebesar Rp 11,34 triliun. Kemudian, PUT sebanyak 14 penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 23,93 triliun.Â
Adapun penerbitan EBUS sebanyak 12 dengan nilai sebesar Rp 16,01 triliun dan sisanya penerbitan PUB EBUS sebanyak 6 perusahaan dengan nilai sebesar Rp 3,20 triliun.Â
Sedangkan, untuk penghimpunan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 27 Oktober 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 467 Penerbit, 164.210 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,01 triliun.
Aliran Dana Investor Asing yang Keluar dari Pasar Modal
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan outflow atau modal investor asing yang keluar sebesar Rp 6,37 triliun hingga 27 Oktober 2023. Angka itu meningkat dari akhir September 2023 sebesar Rp 4,06 triliun.Â
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, seiring pelemahan pasar saham global, pasar saham Indonesia sampai dengan 27 Oktober 2023 melemah sebesar 2,61 persen month to date (mtd) ke level 6.758,79 di mana September 2023 6.939,89.Â
"Non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp 6,37 triliun month to date," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).Â
Sejalan dengan aksi keluarnya dana asing, Indeks Harga Saham Gabungan pun tertekan. Secara year to date (ytd), IHSG melemah sebesar 1,34 persen dengan non-residen membukukan net sell sebesar Rp 11,61 triliun dibandingkan September 2023 net sell sebesar Rp 5,24 triliun ytd.
Di sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Oktober 2023 turun menjadi Rp 10,32 triliun secara mtd dan secara ytd  sebesar Rp 10,47 triliun dibandingkan September 2023 sebesar 2023 sebesar Rp 11,36 triliun dan juga Rp 11,49 triliun secara ytd.
Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN hingga akhir Oktober 2023 membukukan outflow investor asing sebesar Rp 13,63 triliun secara mtd dibandingkan dengan September 2023 outflow sebesar Rp 23,3 triliun. Adapun pasar obligasi melemah 1,38 persen secara mtd, namun secara ytd masih menguat 4,45 persen.Â
Advertisement