Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatat pendapatan dan laba bersih merosot hingga September 2023. Hal itu seiring harga acuan batu bara global yang cenderung menurun.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (16/11/2023), PT Indo Tambangraya Megah Tbk mencatat pendapatan USD 1,82 miliar hingga akhir kuartal III 2023. Pendapatan ITMG turun 30,18 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,61 miliar.
Baca Juga
Perseroan menyebutkan pendapatan tersebut diraih di tengah harga acuan batu bara global dan harga jual rata-rata batu bara yang cenderung menurun. Selain itu tekanan faktor ekonomi lainnya.
Advertisement
Hingga sembilan bulan pertama 2023, volume produksi ITMG mencapai 13,4 juta ton, naik 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. “Pencapaian ini melampaui target, didukung kondisi cuaca yang bersahabat dan manajemen operasional yang efektif,” tulis manajemen perseroan dalam keterangan tertulis.
Selain itu, Indo Tambangraya Megah membukukan volume penjualan sebanyak 15,3 juta ton hingga September 2023. Penjualan batu bara perseroan ke China sebesar 5,4 juta ton, Indonesia 3,6 juta ton, Jepang sebesar 1,9 juta ton, Filipina sebesar 1,2 juta ton, Thailand sebesar 0,8 juta ton dan negara lain di Asia Pasifik dan Eropa.
Perseroan mencatat beban pokok pendapatan naik 0,55 persen menjadi USD 1,21 miliar hingga September 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan mencatat beban pokok pendapatan USD 1,20 miliar.
Dengan demikian, laba kotor perseroan tercatat USD 610,19 juta hingga akhir kuartal III 2023. Laba kotor perseroan merosot 56,22 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,40 miliar.
Laba Perseroan
Melihat kondisi tersebut, perseroan mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas 54,59 persen menjadi USD 405,83 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD 893,81 juta.
Dengan demikian, perseroan membukukan laba bersih per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dasar dan dilusi USD 0,36 hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,80.
Ekuitas perseroan tercatat USD 1,69 miliar hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 1,95 miliar. Total liabilitas susut menjadi USD 458,73 juta hingga September 2023 dari akhir 2022 sebesar USD 689,89 juta. Aset perseroan tercatat USD 2,14 miliar hingga September 2023 dari periode akhir 2022 USD 2,64 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 871,54 juta hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 14,3 miliar.
Advertisement
Target Operasional 2023
Pada 2023, Perusahaan menargetkan volume produksi 16,9 juta ton dengan volume penjualan sebesar 21,1 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, 77% harga jualnya telah ditetapkan sedangkan 23% sisanya mengacu pada indeks harga batubara. ITM terus mengembangkan tambang-tambang baru yang dimiliki, salah satunya adalah PT Graha Panca Karsa (GPK).
Konsesi ini memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total area seluas 5.060 hektar. Sejak tahun lalu sampai dengan triwulan ketiga 2023, GPK telah melakukan beberapa persiapan guna memulai operasi tambang di tahun depan, di antaranya pembersihan lahan dan persiapan area pelabuhan dan jalan angkut, memulai kegiatan pengeboran untuk pengambilan sampel geoteknik, melakukan desain teknik, fabrikasi dan menentukan lokasi penambangan yang potensial.
Kegiatan persiapan akan terus dilakukan hingga GPK memulai produksi batubara pada 2024. Batubara dari GPK akan meningkatkan volume produksi ITM secara keseluruhan serta memperkaya kualitas batu bara yang dimiliki ITM, sehingga semakin dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam.
Bisnis Energi Terbarukan
ITM telah menetapkan arah strategis Perusahaan dalam bisnis energi terbarukan, yang terdiri dari pembangkitan energi dan teknologi energi.
Dalam hal pembangkitan energi, ITM berencana mengembangkan ladang panel surya serta sumber energi terbarukan lainnya. Dalam hal teknologi energi, ITM mengembangkan layanan pemasangan panel surya atap yang ditargetkan untuk sektor komersial dan industri.
Prakarsa ini diperkuat dengan peningkatan efisiensi energi melalui perbaikan proses, penggunaan peralatan yang lebih efisien, dan penerapan teknologi penghematan energi, sehingga berkontribusi pada pemanfaatan energi yang semakin efisien.
Selain itu, kerja sama strategis juga dijajaki guna mendorong inovasi dan memperkuat ekosistem energi terbarukan yang ada. ITM, melalui anak usaha yang bergerak di bidang energi terbarukan, PT ITM Bhinneka Power (IBP), baru mengakuisisi 65% saham PT Centra Multi Suryanesia Aset (Suryanesia) dengan tujuan untuk memperluas kapasitas bisnis atap surya melalui kemitraan bisnis serta sejalan dengan arah strategis perusahaan dalam bisnis energi terbarukan.
Suryanesia menerapkan model bisnis ”Solar[1]as-a-Service”, yaitu pendekatan layanan bagi pelanggan tanpa mengeluarkan investasi awal terhadap sistem atap surya yang akan digunakan pelanggan dan membayar biaya bulanan sesuai dengan listrik yang dihasilkan oleh sistem atap surya tersebut.
Advertisement