Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat (17/11/2023) seiring reli pada pertengahan minggu yang dipicu oleh harapan inflasi Amerika Serikat (AS) yang mereda mulai melemah. Data ekonomi di Asia Pasifik akan rilis jelang akhir pekan.
Dikutip dari CNBC, bursa saham Hong Kong memimpin penurunan di kawasan Asia Pasifik pada sesi perdagangan sebelum. Hal ini seiring investor mencerna diskusi tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan China.
Baca Juga
Wall street juga mengambil jeda dari reli yang terlihat bulan ini. Jelang akhir pekan ini, setelah indeks Nikkei 225 melemah pada awal sesi perdagangan, indeks kembali berbalik arah menghijau. Indeks Nikkei 225 naik 0,01 persen ke posisi 33.426,82.
Advertisement
Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 1,27 persen ke posisi 17.606. Indeks Strait Times Singapura melemah 0,69 persen ke posisi 3.111. Indeks saham Australia stabil dan indeks saham Korea Selatan Kospi melemah, demikian dikutip dari Yahoo Finance.
Sementara itu, indeks Golden Dragon, pengukur saham perusahaan China yang terdaftar di Amerika Serikat melemah 3,1 persen pada Kamis, 16 November 2023 setelah saham Alibaba Group Holding turun 9 persen. Hal ini setelah Alibaba membatalkan spin-off dari bisnis cloudnya.
Di sisi lain, harga minyak melemah pada minggu keempat karena tanda-tanda pasokan yang sehat dan peningkatan stok mengimbangi upaya pemimpin OPEC+ Arab Saudi dan Rusia untuk mengendalikan penurunan. Harga minyak stabik di kisaran USD 73 per barel di pasar Asia setelah merosot pada perdagangan Kamis, 16 November 2023.
“Minyak mentah yang memasuki wilayah pasar bearish dalam semalam meski ketidakstabilan sedang berlangsung di Timur Tengah memberikan gambaran yang jelas mengenai di mana pasar melihat risikonya,” ujar Analis IG Group Tony Sycamore.
Sentimen the Fed
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi stabil setelah turun pada Kamis, 16 November 2023 karena investor terus mencermati kumpulan data ekonomi lainnya dengan berlanjutnya permohonan tunjangan pengangguran AS yang meningkat ke level tertinggi dalam hampir dua tahun. Produksi pabrik turun lebih dari perkiraan dan sentimen pembangunan rumah mencapai titik terendah pada 2023.
Di sisi lain, Chris Larkin dari E* Trade Morgan Stanley menuturkan meski masih terlalu dini bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menyatakan kemenangan atas inflasi dan penurunan suku bunga masih jauh. Angka-angka seperti yang terjadi baru-baru ini akan mengurangi kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga tambahan.
“Pertanyaannya sekarang adalah apakah data ramah the Fed ini akan terus memberikan momentum bullish bagi pasar saham,” ujar dia.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis setelah reli dari level jenuh jual yang didorong spekulasi kalau bank sentral sudah selesai dengan kenaikan suku bunga. Chief Investment Officer Main Street Research, James Demmert menuturkan, keuntungan baru-baru ini yang dihasilkan dari investor yang menyadari the Fed mungkin telah selesai dengan pengetatan kebijakan moneter.
“Penutupan jangka pendek (short-covering) lebih lanjut,seiring dengan berkurangnya investor institusi dan ritel pada saham-saham. Kemungkinan akan terus mendorong pasar lebih tinggi hingga akhir tahun,” ujar dia.
Advertisement
Indeks Hang Seng Pimpin Koreksi di Asia
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Hong Kong memimpin penurunan di kawasan Asia-Pasifik pada perdagangan Kamis, 16 November 20230. Saham Xpeng memimpin penurunan saham kendaraan listrik.
Selain itu, investor mencerna diskusi tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan China. Demikian dikutip dari CNBC, Kamis pekan ini.
Indeks Hang Seng turun 1,05 persen setelah naik 3,92 persen sesi perdagangan sebelumnya. Saham Xpeng yang tercatat di Bursa Hong Kong terpangkas 4,2 persen setelah perusahaan kendaraan listrik China melaporkan kerugian kuartalan yang lebih luas.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada perdagangan Rabu pekan ini di luar San Francisco dalam pertemuan tatap muka pertama dalam setahun.
Pembicaraan tersebut dilakukan di sela-sela konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik dan merupakan bagian dari upaya antara Amerika Serikat dan China untuk meningkatkan komunikasi tingkat tinggi di tengah ketegangan yang terus berlanjut.
Secara terpisah, indeks Korea Selatan Kospi mendatar. Indeks Kosdaq menguat 0,39 persen. Indeks Nikkei 225 merosot 0,20 persen dan indeks Topix terpangkas 0,08 persen. Sedangkan bursa saham China CSI 300 merosot 0,72 persen. Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,67 persen ke posisi 7.058,4.
Penutupan Wall Street pada 16 November 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 16 November 2023. Indeks Dow Jones melemah seiring investor mengambil jeda dari reli yang terlihat pada November 2023.
Dikutip dari CNBC, Jumat (17/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 45,74 poin atau 0,13 persen ke posisi 34.945,47. Indeks Dow Jones menghentikan kenaikan selama empat hari.
Indeks S&P 500 menguat tipis 0,12 persen ke posisi 4.508,24. Indeks Nasdaq naik tipis 0,07 persen ke posisi 14.113,67.
Saham Cisco Systems melemah hampir 10 persen setelah produsen perangkat keras jaringan tersebut menawarkan panduan yang lemah pada kuartal saat ini dan tahun fiskal penuh.
Saham Walmart merosot 8 persen setelah produsen terbesar di dunia ini mengeluarkan perkiraan lebih rendah pada 2023. Dua saham tersebut alami penurunan terbesar di indeks Dow Jones.
Saham Chevron tergelincir 1,6 persen di tengah harga minyak mentah AS turun sekitar 5 persen. Bahkan saat reli November terhenti, saham sedang menuju kinerja mingguan yang positif. Tiga indeks saham acuan masing-masing naik 2 persen. Dua laporan inflasi membantu mengangka saham pada awal pekan ini.
Indeks harga produsen pada Oktober 2023 yang mengukur harga grosir turun 0,5 persen. Hal ini menandai penurunan bulanan terbesar sejak April 2020.
Sementara itu, indeks harga konsumen mendatar pada Oktober 2023 yang merupakan tanda positif lainnya bagi investor yang berharap the Federal Reserve (the Fed) akan puas tren inflasi yang mereda.
“Data perekonomian sejauh ini mengonfirmasi untuk saat ini kita berada dalam perlambatan, kembali ke arah inflasi yang lebih rendah tanpa ada bukti kontraksi yang parah. Ini seperti skenario Goldilocks mengenai perlambatan inflasi, tetapi tidak terlalu cepat,” ujar Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management, Tom Hainlin.
Advertisement