Sukses

Melihat Kinerja Keuangan Emiten Farmasi hingga Kuartal III 2023

Sejumlah emiten farmasi ini mencatatkan kinerja keuangan yang bervariasi hingga kuartal III 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten yang bergerak di bidang farmasi telah merilis laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 30 September 2023. Dalam periode tersebut, sejumlah emiten farmasi ini mencatatkan kinerja keuangan yang bervariasi. 

Salah satu emiten farmasi yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan penjualan neto senilai Rp 22,56 triliun per kuartal III 2023 atau tumbuh 6,51 persen year on year (YoY) dibandingkan penjualan neto perusahaan per kuartal III 2022 yakni senilai Rp 21,18 triliun.

Di sisi lain, KLBF mengalami penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 16,93 persen YoY dari Rp 2,48 triliun per kuartal III 2022 menjadi Rp 2,06 triliun per kuartal III 2023.

Berikutnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatatkan kenaikan penjualan neto 8,13 persen YoY menjadi Rp 7,71 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan hasil pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 7,13 triliun.

Hingga kuartal III 2023, KAEF masih menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 177,36 miliar, tetapi rugi ini berkurang 1,97 persen YoY dibandingkan rugi bersih perusahaan per kuartal III 2023 yakni Rp 180,93 miliar.

Sementara itu, anak usaha KAEF yakni PT Phapros Tbk (PEHA) mengalami penurunan penjualan bersih 11,01 persen YoY menjadi Rp 779,91 miliar per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 876,43 miliar per kuartal III 2022. PEHA pun menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 15,15 miliar hingga kuartal III 2023. Padahal, PEHA masih bisa meraih laba bersih senilai Rp 17,12 miliar per kuartal III 2022.

 

2 dari 4 halaman

Kinerja Indofarma hingga Tempo Scan Pacific

Emiten pelat merah lainnya, PT Indofarma Tbk (INAF) membukukan penjualan bersih senilai Rp 445,70 miliar per kuartal III 2023 atau turun 50,74 persen YoY dibandingkan penjualan bersih per kuartal III 2022 sebanyak Rp 904,89 miliar.

INAF pun mengalami peningkatan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 4,68 persen YoY dari Rp 183,11 miliar per kuartal III 2022 menjadi Rp 191,69 miliar per kuartal III 2023.

PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) ikut mengalami penurunan penjualan bersih 5,52 persen YoY menjadi Rp 520,47 miliar per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 550,92 miliar per kuartal III 2022. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PYFA juga berkurang 84,24 persen YoY dari Rp 288,75 miliar per kuartal III 2022 menjadi Rp 45,49 miliar per kuartal III 2023.

Adapun PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) meraih kenaikan penjualan bersih 7,48 persen YoY menjadi Rp 9,76 triliun per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 9,08 triliun per kuartal III 2022.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TSPC juga tumbuh 76,13 persen YoY menjadi Rp 952,18 miliar per kuartal III 2023, dari sebelumnya Rp 540,59 miliar per kuartal III 2022.

3 dari 4 halaman

Melihat Prospek Emiten Sektor Farmasi dan Kesehatan

Sebelumnya diberitakan, industri farmasi dipandang masih memiliki prospek yang menarik. Ini mengingat industri tersebut mendapatkan angin segar dari sejumlah faktor. 

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menuturkan, sejak semester I 2023, pihaknya memberikan rating overweight untuk sektor kesehatan. Sebab, kondisi ekonomi Indonesia yang relatif stabil memberikan keuntungan di berbagai sektor termasuk kesehatan. 

"Untuk rekomendasi saham, kami memilih HEAL dan MIKA," kata Roger kepada Liputan6.com, Senin (20/11/2023). 

Dia bilang, saham HEAL direkomendasikan bagi para investor dikarenakan memiliki kinerja yang tumbuh positif pada kuartal III 2023. Sedangkan, untuk saham MIKA, ia melihat margin keuntungannya tinggi dan memiliki kas yang tebal. 

Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi mengatakan, pihaknya melihat ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap prospek emiten farmasi hingga akhir tahun ini. Pertama regulasi perkembangan industri, RPP turunan UU Kesehatan dapat mempengaruhi regulasi di industri farmasi secara positif. 

"Karena proses pengembangan dan ketahanan industri farmasi menjadi fokus utama," ujar dia. 

Kedua, tata kelola rantai pasokan terus di perbaiki, peningkatan tata kelola rantai pasokan farmasi dan alat kesehatan terintegrasi dapat mempengaruhi efesiensi dan ketersediaan produk.

Ketiga, saran untuk mendukung komite nasional yang melibatkan unsur swasta, seperti GP Farmasi, dapat memberikan indikasi bahwa keterlibatan swasta dianggap penting. 

Keempat, RPP mengatur percepatan pengembangan dan ketahanan industri sediaan farmasi dan alat kesehatan. Ini mencerminkan dorongan untuk mengembangkan industri tersebut secara lebih mandiri dan inovatif.

Bagi para investor, ia merekomendasikan saham KLBF dengan target harga secara fundamental rata-rata di level Rp 1.800 per saham.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

4 dari 4 halaman

Penutupan IHSG pada 20 November 2023

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagagan saham Senin (20/11/2023). Penguatan IHSG terjadi di tengah rupiah yang menguat dan sektor saham infrastruktur pimpin penguatan.

Dikutip dari RTI, IHSG menguat tipis 0,25 persen ke posisi 6.994. Indeks saham LQ45 menguat 0,14 persen. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Pada awal pekan ini, IHSG kembali sentuh posisi 7.000. Level tertinggi IHSG di 7.011,05 dan terendah 6.964,70.

Sebanyak 238 saham menguat dan 281 saham melemah. 238 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.072.531 kali dengan volume perdagangan 17 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.414.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) menguat kecuali sektor saham basic merosot 1,19 persen, sektor saham nonsiklikal tergelincir 0,25 persen dan sektor saham properti terpangkas 0,39 persen.

Sementara itu, sektor saham energi mendaki 0,45 persen, sektor saham industri bertambah 0,50 persen, dan sektor saham siklikal naik 0,91 persen.

Selain itu, sektor saham kesehatan menguat 0,06 persen, sektor saham keuangan melesat 0,09 persen, dan sektor saham teknologi melejit 0,89 persen. Sektor saham infrastruktur bertambah 3,3 persen, dan catat penguatan terbesar, serta sektor saham transportasi naik 0,15 persen.