Sukses

Astra Buka-bukaan Soal Peluang Bisnis EBT

Direktur Astra International FXL Kesuma menuturkan, bisnis EBT merupakan kombinasi dari faktor risiko dan keuntungan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) angkat bicara soal potensi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) pada masa mendatang. 

Direktur Astra International FXL Kesuma menuturkan, bisnis EBT merupakan kombinasi dari faktor risiko dan keuntungan. 

Bagi Astra terdapat dua tipe EBT, pertama, EBT yang memiliki load factor yang rendah atau kurang dari 20 persen seperti turbin angin dan panel surya, sehingga memerlukan adanya storage atau battery. Kedua, EBT yang memiliki load factor yang tinggi lebih dari 70 persen, seperti pembangkit hidro (power hydro) dan panas bumi (geothermal).

"Geothermal memiliki risiko yang tinggi dan tidak mudah untuk didapatkan," kata dia dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).

Sementara itu, pembangkit hidro sendiri terbagi dua, run-of-river dan menggunakan reservoir. Untuk pembangkit hidro dengan kapasitas besar, yaitu dengan menggunakan reservoir, memiliki risiko isu deforestasi. 

Di sisi lain, pembangkit mini hidro memiliki kapasitas yang terbatas. Adapun salah satu kendala utamanya adalah masalah infrastruktur, di mana biasanya lokasi-lokasi yang berpotensi untuk EBT terletak jauh dari sistem kelistrikan dan pusat permintaan.

"Namun, kami tetap fokus untuk memasuki sektor renewable energy dan terus kami persiapkan. Renewable energy yang mungkin kami dapatkan terletak di lokasi dengan risiko tinggi namun sudah terbukti memiliki potensi dan hanya membutuhkan waktu untuk pengembangannya," kata dia. 

Misalnya, Astra International akan fokus terhadap panas bumi pada tahapan selesai eksplorasi dengan kapasitas yang sudah diketahui. EBT ini masih pada tahap greenfield belum menjadi pertimbangan Perseroan.

Kemudian, lokasi panas bumi biasanya di daerah pegunungan, di mana walaupun infrastrukturnya mahal, tetapi terdapat prospek yang baik ke depannya. Salah satu contoh untuk hal tersebut adalah Jepang, yang memiliki banyak EBT yang dikombinasikan dengan pariwisata, sehingga infrastrukturnya dapat dinikmati oleh industri pariwisata dan EBT. 

"Namun demikian, hal tersebut perlu kolaborasi dengan berbagai pihak sehingga mungkin dapat sharing investasi," ujar dia. 

 

 

2 dari 4 halaman

Melihat Arah Investasi Astra International

Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) mengungkapkan terkait arah investasi yang akan dilakukan ke depan di tengah penyusutan ekuitas dan kenaikan liabilitas September 2023. 

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan, ke depannya, Perseroan akan terus membidik investasi di sektor yang prospektif dan tidak hanya di sektor baru, tetapi juga yang sejalan dengan core bisnis dari Grup Astra.

Sebagaimana diketahui, ada tujuh lini bisnis Astra yang terdiri dari usaha otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti. 

"Pada prinsipnya seluruh investasi Astra itu selalu kami lakukan berdasarkan kajian-kajian yang komprehensif, melihat daripada prospek, daripada bisnis tersebut dan investasi itu juga kami lakukan tidak hanya untuk sektor baru, tetapi juga sektor-sektor yang berdekatan, yang berkaitan dengan bisnis inti kami. Jadi core daripada Astra saat ini adalah tujuh lini bisnis dan investasi yang kami lakukan itu tidak hanya di sektor baru," kata Djony dalam paparan publik, Selasa (14/11/2023). 

Dia bilang, Perseroan pun akan selalu melakukan kajian yang komprehensif sebelum terjun ke investasi baru dan melihat prospek dari bisnis tersebut serta strategic values apa yang bisa dibawa daripada investasi baru itu sendiri. 

"Tentunya semua kami kaji berdasarkan seluruh parameter investasi yang kami pegang dan kami jalankan secara disiplin dan tentunya ini membutuhkan dana, memang terjadi penurunan kas atau peningkatan utang, tetapi saya kira itu satu hal yang biasa," kata dia. 

 

3 dari 4 halaman

Ekspansi Perseroan

Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) mengungkapkan terkait arah investasi yang akan dilakukan ke depan di tengah penyusutan ekuitas dan kenaikan liabilitas September 2023. 

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan, ke depannya, Perseroan akan terus membidik investasi di sektor yang prospektif dan tidak hanya di sektor baru, tetapi juga yang sejalan dengan core bisnis dari Grup Astra.

Sebagaimana diketahui, ada tujuh lini bisnis Astra yang terdiri dari usaha otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti. 

"Pada prinsipnya seluruh investasi Astra itu selalu kami lakukan berdasarkan kajian-kajian yang komprehensif, melihat daripada prospek, daripada bisnis tersebut dan investasi itu juga kami lakukan tidak hanya untuk sektor baru, tetapi juga sektor-sektor yang berdekatan, yang berkaitan dengan bisnis inti kami. Jadi core daripada Astra saat ini adalah tujuh lini bisnis dan investasi yang kami lakukan itu tidak hanya di sektor baru," kata Djony dalam paparan publik, Selasa (14/11/2023). 

Dia bilang, Perseroan pun akan selalu melakukan kajian yang komprehensif sebelum terjun ke investasi baru dan melihat prospek dari bisnis tersebut serta strategic values apa yang bisa dibawa daripada investasi baru itu sendiri. 

"Tentunya semua kami kaji berdasarkan seluruh parameter investasi yang kami pegang dan kami jalankan secara disiplin dan tentunya ini membutuhkan dana, memang terjadi penurunan kas atau peningkatan utang, tetapi saya kira itu satu hal yang biasa," kata dia. 

 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal III 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga September 2023.

PT Astra International Tbk (ASII) meraih pendapatan bersih Rp 240,91 triliun hingga September 2023. Pendapatan bersih tumbuh 9 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 221,35 triliun.

Pertumbuhan pendapatan itu mendorong laba bersih naik 10 persen menjadi Rp 25,69 triliun hingga akhir kuartal III 2023.  Pada periode sama tahun lalu, laba bersih tercatat Rp 23,33 triliun.

Sedangkan laba bersih sebelum penyesuaian nilai wajar atas investasi pada GoTo dan Hermina naik 17 persen menjadi Rp 26,06 triliun hingga akhir September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 22,24 triliun. Perseroan menyebutkan peningkatan ini mencerminkan peningkatan kinerja dari hampir seluruh divisi bisnis terutama divisi otomotif dan jasa keuangan.

Seiring hasil kinerja keuangan itu, PT Astra International Tbk mencatat laba bersih per saham naik 10 persen menjadi Rp 635 triliun hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 576 triliun.

Sementara itu, nilai aset bersih per saham pada 30 September 2023 sebesar Rp 4.713, turun 1 persen dibandingkan 31 Desember 2022.

Kas bersih tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup sebesar Rp 14,6 triliun pada 30 September 2023 dibandingkan Rp 35,1 triliun pada akhir 2022. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan grup sebesar Rp 50,4 triliun pada 30 September 2023 dibandingkan dengan Rp 44,5 triliun pada akhir 2022.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro menuturkan, kinerja grup sepanjang sembilan bulan pertama 2023 cukup baik, mencerminkan pemulihan paskapandemi yang terus berlanjut.

"Kami melihat grup akan dapat tetap resilient di tengah ketidakpastian perekonomian global dan membukukan kinerja yang baik hingga akhir tahun dengan pertumbuhan yang moderat pada kuartal terakhir,” tutur dia dalam keterangan resmi perseroan.