Sukses

Ada Potensi Window Dressing, IHSG Diprediksi di Atas 7.000 pada 2023

Head of Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto menuturkan, terdapat beberapa faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap kondisi pasar modal termasuk IHSG.

Liputan6.com, Jakarta - PT Moduit Digital prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 7.100-7.300 pada 2023. Angka tersebut berasal dari optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi masih stabil.

Kemudian, apabila ekonomi Indonesia tumbuh di level 5 persen dinilai masih cukup bagus. Selain itu, kondisi pasar modal juga diliputi oleh sentimen positif dari potensi window dressing yang akan terjadi tahun ini meski peningkatannya tidak signifikan  seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Head of Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto menuturkan, terdapat beberapa faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap kondisi pasar modal. Mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga tren suku bunga tinggi.

Meski pasar modal dihadapkan dengan suku bunga tinggi, Moduit masih melihat potensi pertumbuhan IHSG sebelum pemilu berlangsung. 

"Valuasi Indeks Harga Saham Indonesia saat ini masih relatif lebih murah dalam 10 tahun terakhir," kata Manuel dalam acara Market Update Peluang Investasi Menjelang  Pilpres 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023). 

Di samping itu, ia menyebutkan, tema renewable energi membuat beberapa saham IPO mencatatkan kenaikan saham yang signifikan dan berpengaruh ke pergerakan IHSG

Sementara itu, sektor finansial (keuangan) yang memiliki bobot terbesar di IHSG mendapatkan tekanan jual dari investor asing akibat sentimen risk off pada Oktober. 

"Secara fundamental kami menyukai saham sektor finansial, telekomunikasi, properti. IHSG diperdagangkan di valuasi yang murah dalam 10 tahun terakhir di mana  PE 2024 ada di 12,5x, dari PE rata-rata 14,8x," kata dia. 

2 dari 5 halaman

Menakar Arah IHSG pada 2024, Tembus di Atas 7.000?

Sebelumnya diberitakan, kinerja pasar modal Indonesia diperkirakan tetap solid pada 2024. Ini mengingat, sejumlah kondisi yang membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah banyak dilewati pada 2023. 

Direktur Utama Bahana Sekuritas Edward Lubis meyakini IHSG dapat menembus level di atas 7.000 pada akhir 2023. Hal ini menjadi sinyal bahwa pasar modal nasional akan tetap bergairah pada tahun depan. 

"Pada 2024 (IHSG berpotensi) tembus di atas 7.000 apalagi pemilu serentak, banyak kepastian yang lebih secara mekanisme dan waktunya lebih sederhana dari pemilu sebelumnya," kata Edward saat ditemui di BEI, Senin (13/11/2023).

Sayangnya, ia belum bisa menjabarkan proyeksi IHSG tahun depan berada di level berapa. Sebab, pihaknya masih menggodok proyeksi angka tersebut.

Akan tetapi, Bahana Sekuritas optimistis IHSG bisa menyentuh angka di atas 7.000 pada 2024. Karena, isu-isu negatif tahun depan diperkirakan lebih ringan dibandingkan 2023.

"Banyak news yang membebani, suku bunga, mata uang, arah global market lebih banyak sudah terjadi di tahun ini. Semester II (2024) akan lebih ringan," kata dia.

 

3 dari 5 halaman

Kondisi Pasar Modal Tetap Tangguh

Di sisi lain, ia mengatakan, tidak masalah jika tahun ini IHSG di bawah angka 7.000. Namun, yang terpenting kondisi pasar modal tetap tangguh.  "Kalau di bawah 7.000 aman saja yang penting strong," imbuhnya.

Hingga perdagangan Senin, 13 November 2023, IHSG melemah 0,18 persen ke posisi 6.838,31 year to date. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 16,30 triliun.

Pada 2023, mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham consumer nonsiklikal naik 3,67 persen, sektor saham infrastruktur melonjak 54,89 persen. Sementara itu, sektor saham teknologi catat koreksi terbesar. Sektor saham teknologi melemah 19,56 persen, sektor saham perawatan kesehatan susut 12,82 persen, sektor saham energi tergelincir 13,64 persen, sektor saham basic material terpangkas 0,86 persen.

Selanjutnya sektor saham industri 6,14 persen, sektor saham konsumer siklikal terpangkas 6,44 persen, sektor saham keuangan turun 3,14 persen. Selain itu, sektor saham properti melemah 1,08 persen, dan sektor saham transportasi dan logistic merosot 0,28 persen.

 

4 dari 5 halaman

Sederet Alasan Investor Pasar Modal Cemas dan Antusias Jelang Pemilu

Sebelumnya diberitakan, pada musim pemilu ada dua macam sudut pandang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan resiko ketidakstabilan politik.

Namun, ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai “pesta demokrasi”yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik.

Syailendra Capital menyebut dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif. 

Namun, di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya, jangan hanya melihat faktor risikonya saja, sehingga dapat memanfaatkan momentum dan peluang yang ada. Secara historis, pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standar deviasinya.

Sementara itu, alasan umum dari dua macam respons menanggapi musim pemilu yakni cemas (anxiety) dan antusias (enthusiasm). Adapun alasan investor cemas, yakni ada risiko ketidakstabilan kondisi dalam proses pemilu, masyarakat terpecah opininya, ada kemungkinan perubahan kebijakan dan risiko jika hasil pemilu tidak dapat terima oleh pihak-pihak terkait.

Sedangkan alasan investor antusias, yakni menganggap pemilu adalah "pesta demokrasi", dana kampanye dalam pemilu akan sangat besar terserap di perekonomian, konsumsi diperkirakan meningkat pada tahun pemilu, dan pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh peningkatan konsumsi.

5 dari 5 halaman

Volatilitas Pergerakan IHSG

Selain itu, Syailendra Capital mencatat ada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu 1999, 2004, dan 2009.

Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif.

Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp 170 triliun dari 5 jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan.

Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada dua kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakan permintaan sebelum pemilu berlangsung.

 

 

 

 

Video Terkini