Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pasar modal Indonesia bakal dipengaruhi sejumlah faktor pada tahun depan. Misalnya kebijakan suku bunga hingga momentum pemilihan umum (pemilu).
Head of Investment Connoisseur Moduit Digital Manuel Adhy Purwanto menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi meningkat jika emiten-emiten berhasil mencetak pertumbuhan laba. Sebaliknya, jika tidak berhasil mencetak laba, IHSG akan menjadi lesu.
Baca Juga
Meski demikian, pertumbuhan IHSG ini akan ditopang oleh sentimen positif, seperti penurunan suku bunga. Dengan demikian, ia memproyeksikan IHSG berada di kisaran 7.700-8.000 pada 2024.
Advertisement
"Tahun depan kami punya target IHSG di kisaran 7.700-8.000. Proyek optimistis indeks tahun depan temanya pergerakan suku bunga yang lebih rendah," kata Manuel dalam acara Market Update Peluang Investasi Menjelang Pilpres 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Prediksi IHSG tersebut sejalan dengan pelemahan USD (dolar AS) seiring dengan ekspektasi dimulainya penurunan suku bunga AS. Alhasil, dengan adanya hal tersebut berpotensi mendorong aliran modal ke pasar negara berkembang.
Dengan demikian, ia mencermati pasar modal Tanah Air masih dipandang menarik saat tahun politik. Karena, terdapat beberapa sektor saham yang berpeluang bergairah pada tahun depan.
Ia melihat terdapat sejumlah saham prospektif di tahun politik. Misalnya, saham sektor keuangan, properti, dan telekomunikasi. Sebab, ketiga sektor tersebut mendapatkan sejumlah angin segar.
Pertama, sektor keuangan diyakini memiliki prospek yang cerah dikarenakan kinerja keuangannya tumbuh stabil. Kedua, sektor telekomunikasi juga bakal ikut terkerek oleh momentum pemilu atau pemilihan presiden (pilpres), karena aktivitas yang menggunakan alat telekomunikasi akan lebih baik pada momentum tersebut
Ketiga, sektor properti bakal diuntungkan oleh ekspektasi suku bunga yang lebih rendah pada tahun depan. Dengan begitu, Moduit menilai ketiga sektor tersebut menjadi sektor unggulan pada tahun depan.
Ada Potensi Window Dressing, IHSG Diprediksi di Atas 7.000 pada 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Moduit Digital memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 7.100 sampai dengan 7.300 pada 2023. Angka tersebut berasal dari optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi masih stabil.
Kemudian, apabila ekonomi Indonesia tumbuh di level 5 persen dinilai masih cukup bagus. Selain itu, kondisi pasar modal juga diliputi oleh sentimen positif dari potensi window dressing yang akan terjadi tahun ini meski peningkatannya tidak signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Head of Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto menuturkan, terdapat beberapa faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap kondisi pasar modal. Mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga tren suku bunga tinggi.
Meski pasar modal dihadapkan dengan suku bunga tinggi, Moduit masih melihat potensi pertumbuhan IHSG sebelum pemilu berlangsung.
"Valuasi Indeks Harga Saham Indonesia saat ini masih relatif lebih murah dalam 10 tahun terakhir," kata Manuel dalam acara Market Update Peluang Investasi Menjelang Pilpres 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Di samping itu, ia menyebutkan, tema renewable energi membuat beberapa saham IPO mencatatkan kenaikan saham yang signifikan dan berpengaruh ke pergerakan IHSG.
Sementara itu, sektor finansial (keuangan) yang memiliki bobot terbesar di IHSG mendapatkan tekanan jual dari investor asing akibat sentimen risk off pada Oktober.
"Secara fundamental kami menyukai saham sektor finansial, telekomunikasi, properti. IHSG diperdagangkan di valuasi yang murah dalam 10 tahun terakhir di mana PE 2024 ada di 12,5x, dari PE rata-rata 14,8x," kata dia.
Advertisement
Sederet Alasan Investor Pasar Modal Cemas dan Antusias Jelang Pemilu
Sebelumnya diberitakan, pada musim pemilu ada dua macam sudut pandang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan resiko ketidakstabilan politik.
Namun, ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai “pesta demokrasi”yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik.
Syailendra Capital menyebut dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif.
Namun, di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya, jangan hanya melihat faktor risikonya saja, sehingga dapat memanfaatkan momentum dan peluang yang ada. Secara historis, pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standar deviasinya.
Sementara itu, alasan umum dari dua macam respons menanggapi musim pemilu yakni cemas (anxiety) dan antusias (enthusiasm). Adapun alasan investor cemas, yakni ada risiko ketidakstabilan kondisi dalam proses pemilu, masyarakat terpecah opininya, ada kemungkinan perubahan kebijakan dan risiko jika hasil pemilu tidak dapat terima oleh pihak-pihak terkait.
Sedangkan alasan investor antusias, yakni menganggap pemilu adalah "pesta demokrasi", dana kampanye dalam pemilu akan sangat besar terserap di perekonomian, konsumsi diperkirakan meningkat pada tahun pemilu, dan pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh peningkatan konsumsi.
Volatilitas Pergerakan IHSG
Selain itu, Syailendra Capital mencatat ada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu 1999, 2004, dan 2009.
Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif.
Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp 170 triliun dari 5 jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan.
Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada dua kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakan permintaan sebelum pemilu berlangsung.
Advertisement