Sukses

Krakatau Steel Hadapi Tren Permintaan Baja Global yang Alami Pergeseran

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menuturkan, setelah pandemi COVID-19, permintaan baja global diprediksi akan tumbuh sampai 2,1 miliar ton pada 2035.

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengungkapkan terjadi pergeseran terhadap permintaan baja global. Lantas, bagaimana dampaknya bagi kelangsungan bisnis KRAS? 

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menuturkan, setelah pandemi COVID-19, permintaan baja global diprediksi akan tumbuh sampai 2,1 miliar ton pada 2035 (CAGR 1,3 persen), meskipun pertumbuhannya moderat dengan menurunnya intensitas baja dikarenakan tren dekarbonisasi. 

"Permintaan baja meningkat, namun intensitas baja turun dikarenakan material mobil yang lebih ringan dan kuat," kata dia dalam paparan publik, Rabu (22/11/2023). 

Selain itu, di sektor perkapalan terdapat penurunan permintaan baja untuk kapal kontainer, kapal curah batu bara dan kapal tanker minyak. Di sisi lain, permintaan baja untuk kapal untuk NG dan smart ships meningkat dan akan mendominasi pasar.

Menurut ia, terjadi banyak permintaan baja global karena adanya investasi pada sektor konstruksi. Dalam hal ini banyak proyek konstruksi yang membutuhkan baja yang bersifat high-strength.

Tidak ketinggalan, kebutuhan baja untuk proyek energi turun meningkat, sebab  investasi pada sektor energi mengalami pertumbuhan seiring dengan era transisi global menuju energi baru dan terbarukan. 

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 22 November 2023, saham KRAS turun 5,36 persen ke posisi Rp 159 per saham. Saham KRAS dibuka stagnan Rp 168 per saham. Saham KRAS berada di level tertinggi Rp 168 dan terendah Rp 159 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.077 kali dengan volume perdagangan 165.598 saham. Nilai transaksi Rp 2,7 miliar.

2 dari 4 halaman

Prediksi Ada Perlambatan Pertumbuhan Kinerja Keuangan

Sebelumnya diberitakan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memprediksi kinerja keuangan perusahaan masih mengalami tren perlambatan hingga akhir tahun ini. 

Sebagaimana diketahui, KRAS membukukan pendapatan usaha turun 31 persen menjadi USD 1,26 miliar hingga kuartal III 2023. Selain itu, KRAS juga mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 61,40 juta, padahal sebelumnya mencetak laba bersih senilai USD 80,15 juta pada kuartal III 2022. 

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menuturkan, penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh permintaan pasar baja domestik pada kuartal III 2023 mengalami penurunan 14 persen. Hal ini menekan harga jual komposit Perseroan yang turun 17 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Dari sisi internal, keterbatasan pasokan produksi baja pasca insiden di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) 1 juga memengaruhi capaian volume penjualan Perseroan menjadi sebesar 1,2 juta ton atau turun 24 persen year on year (YOY) per September 2023. Sehingga, pabrik tersebut belum bisa beroperasi secara optimal dikarenakan masih proses pemulihan. 

"Penurunan dari sisi volume maupun harga jual produk baja tersebut berdampak pada capaian pendapatan Perseroan menjadi sebesar USD 1,26 miliar atau turun 31 persen dibandingkan periode sebelumnya," kata Purwono dalam paparan publik, Rabu (22/11/2023).

 

 

3 dari 4 halaman

Program Restrukturisasi

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel Tardi mengatakan, kondisi keuangan perusahaan secara konsolidasi masih tertekan. Ini mengingat, terjadi insiden yang berada di luar kuasa Perseroan. 

"Kami proyeksikan kondisi keuangan di akhir 2023 tidak lebih baik dari 2022 karena HSM 1 masih kendala. Akan tetapi, kami mencoba memberi yang terbaik kepada investor," kata Tardi. 

Di samping itu, sehubungan insiden HSM, KRAS merencanakan dan menjalankan program restrukturisasi lanjutan secara menyeluruh baik operasional dan keuangan. Hal ini dilakukan menjawab hal-hal lalu di mana pabrik KRAS belum bisa diusahakan secara optimal. 

Sejalan dengan insiden HSM 1, maka KRAS perlu melakukan restrukturisasi kembali dengan kreditur. Bahkan, mereka memberi sinyal positif untuk restrukturisasi lanjutan yang dijadwalkan bisa rampung pada kuartal I 2024. 

"Dengan begitu, di 2024 kondisi keuangan KRAS kembali membaik," tutur dia. 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan usaha pada periode tersebut. 

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/11/2023), Krakatau Steel membukukan pendapatan usaha sebesar USD 1,26 miliar per kuartal III 2023. Hasil ini turun 31,52  persen year on year (YoY) dibandingkan pendapatan usaha KRAS pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni USD 1,84 miliar. 

Adapun beban pokok pendapatan KRAS turun 30,30 persen menjadi USD 1,15 miliar per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan per kuartal III 2022 senilai USD  1,65 miliar. 

Meski begitu, laba bruto 44,08 persen menjadi USD 106,79 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 190,97 juta.

Hingga akhir kuartal III 2023, KRAS mengantongi rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 61,40 juta dari laba bersih perusahaan pada kuartal III 2022 senilai USD  80,15 juta.

Total aset KRAS per akhir kuartal III 2023 berjumlah USD 2,92 miliar  turun dibandingkan total aset per akhir 2022 senilai USD 3,16 miliar .

Krakatau Steel mengalami penurunan liabilitas dari USD  2,60 miliar  pada akhir 2022 menjadi USD  2,36 miliar  per akhir kuartal III 2023. Di sisi lain, ekuitas KRAS naik dari USD  552,58 juta per akhir 2022 menjadi USD 557,24 per akhir kuartal III 2023.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 November 2023, saham KRAS menguat 1,2 persen ke posisi Rp 166 per saham. Saham KRAS dibuka naik satu poin ke posisi Rp 165 per saham. Saham KRAS berada di level tertinggi Rp 170 dan terendah Rp 163 per saham. Total frekuensi perdagangan 600 kali dengan volume perdagangan 72.176 saham, Nilai transaksi Rp 1,2 miliar.