Sukses

Suku Bunga Acuan BI Sentuh 6%, Ini Tanggapan BFI Finance

Direktur Bisnis BFI Finance Indonesia Sutadi menuturkan, bunga perusahaan masih terbilang stabil di tengah tren suku bunga tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) merespons keputusan Bank Indonesia (BI) kerek suku bunga acuan atau BI Rate ke level 6 persen. 

Direktur Bisnis BFI Finance Indonesia Sutadi menuturkan, bunga perusahaan masih terbilang stabil di tengah tren suku bunga tinggi. Bahkan, ia menyebut, secara keseluruhan suku bunga BFIN pada 2023 masih stabil pada pada level yang relatif rendah (average 7 persen). 

"BFI selama ini mendapatkan kepercayaan dari bank baik dalam maupun luar negeri serta pasar obligasi dan memiliki positioning yang bagus," kata Sutadi dalam hasil public expose di keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (25/11/2023). 

Menurut ia, dari sisi stabilisasi pertumbuhan ekonomi dan kondisi sosial di masyarakat menjelang pemilu terlihat lebih baik dari sebelumnya, namun yang menjadi tantangan adalah adanya perlambatan ekonomi dunia yang apabila meluas dan terjadi sentimen sosial, akan berdampak pada bisnis. 

"Namun sejauh ini kami tidak melihat adanya gangguan dari sisi ekonomi baik mikro maupun makro," kata dia.

Ia melanjutkan, diharapkan pada 2024 BFI Finance akan dapat bertumbuh di atas 10 persen dengan mengoptimalkan produk yang sudah dimiliki.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 24 November 2023, saham BFIN stagnan di posisi Rp 1.195 per saham. Saham BFIN dibuka stagnan di posisi Rp 1.195 per saham. Saham BFIN berada di level tertinggi Rp 1.215 dan terendah Rp 1.170 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.190 kali dengan volume perdagangan 335.027 saham. Nilai transaksi Rp 40,1 miliar.

2 dari 3 halaman

BFI Finance Indonesia Prediksi Pembiayaan Kembali Normal pada Kuartal IV 2023

Sebelumnya diberitakan, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) prediksi penyaluran pembiayaan akan kembali normal pada kuartal IV 2023. Selain itu, perseroan akan fokus utama pembiayaan pada kendaraan bekas dan alat berat.

Selain itu, Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk, Sudjono menuturkan, pihaknya membidik pembiayaan baru dapat mencapai Rp 20 triliun-Rp 21 triliun pada 2023. Pembiayaan baru perseroan tercatat Rp 10,3 triliun hingga semester I 2023. Pembiayaan baru itu naik 20,8 persen year on year (YoY) dibandingkan periode sama 2022.

Pada kuartal III 2023, kinerja BFI Finance Indonesia cenderung mendatar, salah satunya dipicu oleh serangan siber yang sempat terjadi pada jaringan information technology (IT) Perseroan.

“Kurang lebih flat. Karena, kami kena sedikit problem di akhir semester I 2023, kena serangan siber. Itu memengaruhi sedikit, kami mesti ngerem sedikit. Tapi, di kuartal IV 2023 akan normal kembali. Sementara ini, kami lagi berbenah, jadi waktu berbenah kami enggak berani agresif dulu,” tutur dia seperti dikutip dari Antara, ditulis Minggu (10/9/2023).

Sedangkan mengenai strategi pembiayaan, Sudjono menuturkna, perseroan akan tetap fokus pada valuasi yang benar, target konsumen yang benar, dan credit procces yang benar.

 

3 dari 3 halaman

Fokus Utama Pembiayaan

Ia mengatakan, fokus utama pembiayaan perseroan tetap pada kendaraan bekas dan alat-alat berat, seiring dengan peningkatan kinerja pada segmen itu pada 2023.

"Tahun ini pertumbuhan di alat berat lebih kencang dibandingkan dengan ritel. Pada alat berat tumbuh sekitar 40-an persen tahun ini dari sisi penyauran pembiayaan, sedangkan di ritel lebih di bawahnya,” kata dia.

Adapun BFI menjaga risiko kredit yang relatif rendah dengan tingkat pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) neto terjaga pada 0,79 persen selama semester I 2023.

Laba bersih perseroan tercatat Rp 848,4 miliar pada periode tersebut. Sedangkan total pendapatan Rp 3,2 triliun atau bertambah 30,3 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.