Sukses

PGN Masih Alami Force Majeure Atas Pengiriman LNG ke Singapura

Sekretaris Perusahaan Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama menyampaikan, saat ini PGAS melakukan upaya terbaik untuk menyelesaikan force majeure.

Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memastikan force majeure atau keadaan kahar masih berlangsung saat ini. Hal tersebut seiring kendala pengiriman kontrak gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) ke salah satu pelanggan di Singapura, yakni Gunvor Singapore Pte Ltd (Gunvor) pada awal November 2023.

Sekretaris Perusahaan Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama menyampaikan, saat ini PGAS melakukan upaya terbaik untuk menyelesaikan force majeure, termasuk berkoordinasi dengan induk usaha PT Pertamina (Persero) terkait progres novasi LNG dari Pertamina ke PGAS.

Sampai saat ini, belum ada dampak legal atau komersial atas force majeure yang dialami oleh PGN. Dalam kondisi force majeure, sebenarnya PGAS dimungkinkan mendapat tuntutan hukum dari pihak yang dirugikan.

"Namun sampai dengan pelaporan, PGAS tidak mendapat mengkonfirmasi apakah Gunvor akan melakukan tuntutan hukum," ujar Rachmat dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu (26/11/2023).

Sejauh ini, lanjut dia, Gunvor telah menyampaikan tanggapan yang pada intinya tidak sependapat dengan klaim force majeure yang diajukan oleh PGAS. Namun, PGAS masih melakukan koordinasi dengan Gunvor untuk memutakhirkan perkembangan atas kondisi force majeure tersebut.

Lantas, PGAS belum dapat memberi gambaran dampak jangka panjang atas kondisi force majeure atas kontrak pengiriman LNG ke Gunvor.

"Kami masih berupaya mencari jalan terbaik atas penyelesaian force majeure," tandas dia.

 

2 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal III 2023

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)  mencatat pendapatan naik tipis 1,85 persen menjadi USD 2,69 miliar hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,64 miliar.

Beban pokok pendapatan naik 6,54 persen menjadi USD 2,16 miliar hingga akhir September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,03 miliar. Dengan demikian, laba bruto susut 13,83 persen menjadi USD 389,88 juta hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumya USD 480,16 juta.

Perseroan mencatat laba dari ventura bersama turun menjadi USD 49,79 juta hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 67,28 juta. Pendapatan keuangan naik menjadi USD 35,75 juta hingga akhir September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 16,26 juta. Perseroan mencatat laba selisih kurs turun menjadi USD 5,19 juta hingga September 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya, laba selisih kurs tercatat USD 20,30 juta.

Dengan demikian, laba periode berjalan turun 25,3 persen menjadi USD 273,54 juta hingga akhir September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 366,34 juta.

Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot 36,07 persen menjadi USD 198,49 juta hingga akhir September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 310,52 juta.

Laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dasar dan dilusi tercatat USD 0,0082 hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0128.

Total ekuitas tercatat USD 3,43 miliar hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 3,44 miliar. Total liabilitas tercatat merosot menjadi USD 3,25 miliar hingga akhir kuartal III 2023 dari akhir 2022 sebesar USD 3,75 miliar. Aset perseroan turun menjadi USD 6,6 miliar hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 7,19 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 1,04 miliar hingga akhir September 2023 dari Desember 2022 USD 1,44 miliar.

3 dari 4 halaman

PGN Mampu Tekan Emisi 237 Ton CO²eq, Upaya Jaga Kualitas Lingkungan dan Udara

Sebelumnya diberitakan, PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina memainkan peran dalam pemanfaatan gas bumi tidak hanya untuk kegiatan bisnis tetapi juga ikut menjawab isu lingkungan untuk kualitas udara yang lebih baik.

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan menyampaikan bahwa sampai triwulan 1 tahun 2023, PGN telah menyalurkan 976 BBTUD gas bumi.

Ada peningkatan volume penyaluran gas dibandingkan periode yang sama tahun 2022, artinya ada impact yang meningkat pula terhadap lingkungan. Lantaran gas bumi merupakan bahan bakar yang rendah emisi sehingga lebih ramah lingkungan.

"Kami sebagai Subholding Gas Pertamina berprinsip untuk turut berperan dalam mewujudkan bauran energi nasional ramah lingkungan pada masa transisi energi. Semester 1 2023, PGN Grup berhasil mencatatkan pengurangan emisi sebesar 237 Ton CO²eq. Dalam jangka panjang, PGN berkomitmen mewujudkan penggunaan energi low carbon, sehingga terus berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim yang menjadi isu global saat ini," ujar Rachmat, Sabtu (19/8/2023).

Di lingkungan perusahaan, PGN juga menerapkan penggunaan energi yang ramah lingkungan dan konsumsi energi yang efisian.

Inisiatif efisiensi konsumsi energi di PGN Group berdampak langsung pada berkurangnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan.

"Berbagai inisiatif terkait lingkungan dilakukan terutama untuk mengurangi konsumsi energi, tingkat emisi dan limbah. Upaya efisiensi energi diantaranya melalui pengaturan pola operasi Gas Turbine Compressor, pemasangan soft starter pada after cooler, hingga penggunaan AC dan lampu yang hemat energi," tambah Rachmat.

Inisiatif efisiensi konsumsi energi tersebut berdampak langsung pada berkurangnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan.

 

4 dari 4 halaman

Pengurangan Emisi

Sepanjang 2022, PGN berhasil mencatatkan pengurangan emisi (Ton CO2eq) sebesar 132.092,17 atau meningkat 32% dibandingkan tahun 2021.

Pemanfaatan gas bumi untuk berbagai kebutuhan merupakan upaya nyata PGN dalam menjaga kualitas lingkungan karena karakter gas bumi sebagai energi fosil yang paling ramah lingkungan.

"Untuk industri, PGN menyalurkan dalam jumlah besar. Selain untuk efisiensi produksi, pembakarannya lebih sempurna sehingga tidak menumbulkan asap pekat yang tidak baik untuk udara sekitar. Ini juga menarik bagi para investor yang concern terhadap sumber energi hijau," ujar Rachmat.

Video Terkini