Liputan6.com, Jakarta - Ukuran inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menjadi hambatan utama bagi pasar saham.
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Senin (27/11/2023), indeks pengeluaran konsumsi pribadi atau the Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Oktober akan rilis Kamis pekan ini. Ekonom prediksi inflasi PCE atau inflasi inti yang menjadi ukuran pilihan the Fed naik 3,5 persen pada bulan lalu.
Baca Juga
Kalender ekonomi juga akan menghadirkan sejumlah informasi mengenai aktivitas manufaktur, kepercayaan konsumen dan harga rumah.
Advertisement
Dari korporasi, ada laporan kuartalan dari Salesforce, Snowflake, Okta, Dollar Tree, Foot Locker, Kroger dan Ulta Beauty.
Laporan keuangan terbaru OpenAI dan Nivida telah menarik sebagian besar perhatian investor. Saham menguat di tengah perdagangan yang singkat. Rata-rata tiga indeks saham acuan naik 1 persen pekan lalu.
Inflasi Jadi Fokus
Pada pekan ini akan beri ujian bagi pasar saat ini karena saham-saham berakhir pada Jumat pekan ini menuju kenaikan bulanan terbaik dalam setahun.
Pembacaa inflasi pada Kamis 30 November 2023 akan memberikan peluang terakhir bagi data ekonomi untuk menggagalkan narasi yang mendukung saham-saham saat ini kalau ekonomi Amerika Serikat mungkin menuju “soft landing”. Hal ini berarti inflasi turun ke target bank sentrla 2 persen tanpa penurunan ekonomi yang parah.
Data ekonomi baru-baru ini tidak sejalan dengan jalur tersebut menyebabkan pasar saham seperti saham kapitalisasi kecil dan saham meme menjadi reli.
Data ini juga telah melampaui harapan terhadap the Fed dengan pasar sekarang prediksi hanya 12 persen kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga lagi, menurut data dari CME Group.
Ekonom prediksi inflasi tahunan menurut ukuran inflasi pilihan the Fed, PCE inti mencapai 3,5 persen pada Oktober. Selama bulan sebelumnya, ekonom prediksi PCE inti naik 0,2 persen.
Kebijakan Lebih Longgar The Fed Tak Mudah
Dalam catatannya kepada klien bulan ini, Ekonom JPMorgan Michael Feroli mencatat kenaikan bulanan sebesar 0,2 persen akan membuat kenaikan tahunan dalam jangka waktu 3 dan 6 bulan masing-masing 2,5 persen dan 2,6 persen. Ini lebih mendekati target the Fed 2 persen ketimbang pada posisi Oktober.
“Kenaikan tersebut cukup dekat dengan sasaran inflasi 2 persen yang ditetapkan the Fed sehingga sebagian besar anggota FOMC cenderung puas dengan kebijakannya dan membiarkan aktivitas pasar tenaga kerja yang melambat menyelesaikan tugasnya untuk mengembalikan inflasi ke targetnya,” Feroli menambahkan.
“Kami terus berpikir bahwa langkah selanjutnya dari the Fed adalah menuju kebijakan yang lebih longgar, tetapi hal ini tidak terjadi hingga kuartal III 2024,” ujar dia.
Awal bulan ini, saham dan obligasi menguat yang membawa imbal hasil rendah setelah Indeks Harga Konsumen pada Oktober menunjukkan inflasi terus melambat pada bulan lalu.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 24 November 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 24 November 2023. Indeks saham acuan Dow Jones menguat dalam empat minggu berturut-turut.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (25/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 117,12 poin atau 0,33 persen menjadi 35.390,15. Indeks S&P 500 mendaki 0,06 persen ke posisi 4.559,34. Indeks Nasdaq melemah tipis 0,11 persen ke posisi 14.250,85.
Saham ritel sedikit naik saat Black Friday dimulai. Saham Walmart dan Target masing-masing naik 0,9 persen dan 0,74 persen. Saham Amazon menguat tipis 0,02 persen.
“Kami perkirakan tren trafik belanja mendatar pada Black Friday ini karena konsumen yang sadar anggaran mundur dan memprioritaskan hadiah untuk orang lain dibandingkan untuk diri sendiri,” tulis Analis Ritel TD Cowen, Oliver Chen.
Selama sepekan, indeks Dow Jones menguat 1,27 persen. Indeks S&P 500 mendaki 1 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,89 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat dalam empat minggu berturut-turut dan terpanjang bagi dua indeks saham acuan sejak Juni. Indeks Dow Jones belum mencatatkan pergerakan mingguan selama ini sejak April 2023.
Pergerakan wall street terjadi ketika imbal hasil obligasi mencapai posisi terendah dalam beberapa bulan di tengah harapan inflasi akan mereda dan the Federal Reserve (the Fed) mungkin akan menaikkan suku bunga. Imbal hasil obligasi naik 6 basis poin menjadi 4,476 persen pada Jumat pekan ini.
Pada perdagangan Rabu, 22 November 2023, wall street melonjak setelah imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun ke level yang belum pernah terlihat sejak September 2023.
Gerak Saham di Wall Street
“Ekspektasi pasar terhadap volatilitas suku bunga terus menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar pada akhirnya akan menerima suku bunga 4-5 persen adalah tingkat yang tepat paada 2024 yang dapat ditangani pasar saham,” ujar Chief Investment Horizon Investments Scott Ladner.
Wall street ditutup pada jam 1 siang waktu setempat.
Saham Nvdia melemah 1,7 persen. Menurut sumber Reuters, Nvidia memberikan informasi kepada klien di China kalau akan menunda hingga 2024 pembuatan chip kecerdasan buatan baru untuk mematuhi pembatasan ekspor AS. Saham Fiskermelonjak 5 persen. Pada Rabu, perseroan mengumumkan ajukan laporan triwulan yang tertunda. Selain itu, perseroan juga umumkan perubahan pada tim keuangannya.
Saham First Solar turun 3 persen, sedangkan saham SolarEdge susut 1 persen. InvescoSolar ETF susut lebih dari 1 persen, seiring imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menguat. Saham energi terbarukan telah merosot pada kuartal ini karena suku bunga lebih tinggi telah meningkatkan pembiayaan proyek.
Advertisement