Sukses

Jurus Bukit Asam Hadapi Penurunan Harga Batu Bara

Manajemen PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengatakan, penjualan batu bara pada 2023 sangat menantang seiring koreksi harga batu bara.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten pertambangan BUMN, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi penurunan harga batu bara. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam Farida Thamrin menuturkan, penjualan batu bara pada tahun ini sangat menantang. Sebab, harga batu bara tersebut mengalami penurunan. 

Alhasil, PTBA menjaga proporsi ekspor pada tahun ini. Mengacu pada data tahun lalu, porsi ekspor PTBA hanya sekitar 35-38 persen. 

Sedangkan, pada tahun ini porsi ekspor meningkat menjadi 42 persen dengan catatan negara-negara pembeli makin variatif. 

"Memang (pembeli) didominasi India, tahun lalu dominasi China. Tapi sekarang beberapa negara lain meningkat seperti Korea Selatan. Karena, tahun lalu pun saat harga batu bara naik, beberapa negara Eropa yang tadinya tidak tertarik, sekarang jadi tertarik," kata Farida dalam acara Public Expose Live 2023, Senin (27/11/2023). 

Ia melanjutkan, pihaknya menjaga semaksimal mungkin biaya operasi perusahaan. Sehingga, biaya tunai produksi (cash cost) bisa tetap terjaga. 

Di samping itu, PTBA melihat permintaan batu bara pada kuartal IV 2023 diperkirakan masih cukup tinggi, terutama akibat adanya peningkatan permintaan dari India seiring dengan datangnya musim dingin dan stok batu bara di beberapa PLTU  di India yang semakin menipis. 

Selain itu, ada juga potensi peningkatan permintaan yang berasal dari Jepang, Korea Selatan serta negara non-Asia. 

Berdasarkan data RTI, pada perdagangan Senin, 27 November 2023 pukul 11.50 WIB, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 0,41 persen ke posisi Rp 2.470 per saham. Harga saham PTBA berada di level tertinggi Rp 2.480 dan terendah Rp 2.460 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.875 kali dengan volume perdagangan 25.760 saham. Nilai transaksi Rp 6,4 miliar.

 

2 dari 4 halaman

Kinerja Keuangan hingga September 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih. 

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/10/2023), PT Bukit Asam Tbk membukukan pendapatan sebesar Rp 27,73  triliun per kuartal III 2023. Hasil ini berkurang 10,72 persen year on year (YoY) dibandingkan penjualan PTBA pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 31,07 triliun.

Adapun beban pokok pendapatan PTBA membengkak 26,86 persen menjadi Rp 21,81 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan per kuartal III 2022 senilai Rp 17,19 triliun.

Dengan begitu, laba usaha pun susut menjadi Rp 4,30 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 12,06 triliun. 

Hingga akhir kuartal III 2023, PTBA mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,77 triliun atau susut 62,21 persen dibandingkan laba bersih perusahaan per kuartal III 2022 senilai Rp 10 triliun.

Total aset PTBA per akhir kuartal III 2023 berjumlah Rp 36 triliun turun dibandingkan total aset emiten pelat merah ini per akhir 2022 senilai Rp 45,35 triliun.

PT Bukit Asam Tbk mengalami kenaikan liabilitas dari Rp 16,44 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp 16,57 triliun per akhir kuartal III 2023. Di sisi lain, ekuitas PTBA turun dari Rp 28,91 triliun per akhir 2022 menjadi Rp 19,42 triliun per akhir kuartal III 2023.

3 dari 4 halaman

Bukit Asam Sebut PLTU Sumsel-8 Akhirnya Beroperasi Komersial

Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 (2x660 MW) telah mencapai status Commercial Operation Date (COD) alias beroperasi secara komersial. Tanggal COD ditetapkan efektif mulai 7 Oktober 2023 oleh PLN. 

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail berharap agar PLTU Tanjung Lalang dapat membawa manfaat bagi ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat.

"Kami berharap PLTU Tanjung Lalang dapat membantu PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sumatera, serta menciptakan multiplier effect untuk pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan," kata Arsal dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/11/2023). 

Ia menjelaskan, PLTU Tanjung Lalang ini  menggunakan teknologi super critical yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, PLTU Tanjung Lalang juga menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

 

 

4 dari 4 halaman

Penuhi Kebutuhan Listrik

Adapun PLTU MT Sumsel-8 menyuplai listrik ke PLN untuk kepentingan umum dalam Sistem Kelistrikan Sumatera dan membutuhkan batu bara hingga 5,4 juta ton per tahun. Nilai investasi proyek PLTU MT Sumsel-8 mencapai USD 1,68 miliar.

PLTU MT Sumsel-8 merupakan bagian dari Program Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW berlokasi di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. 

Dikenal juga dengan nama PLTU Tanjung Lalang, pembangkit ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan, kelistrikan di Sumatera akan semakin andal dengan adanya PLTU MT Sumsel-8.

"Kebutuhan listrik di Sumatera terus meningkat. Dengan demikian PLTU MT Sumsel-8 ini memiliki peran penting untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut,” ujar Jisman.