Sukses

Bursa Saham Asia Menguat pada Awal Sesi Perdagangan 28 November 2023

Berlawanan dengan wall street, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa, 28 November 2023.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa (28/11/2023). Penguatan bursa saham Asia Pasifik setelah berada di zona negatif pada Senin, 27 November 2023.

Dikutip dari CNBC, harga minyak turun sedikit pada awal perdagangan Selasa pekan ini setelah Qatar mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah diperpanjang dua hari lagi.

Harga minyak kontrak berjangka Brent pada Januari 2023 turun 50 sen atau 0,62 persen, diperdagangkan pada USD 80,08 barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) membukukan kenaikan 0,4 persen dan diperdagangkan pada USD 75,16 per barel.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,81 persen, menjelang pembacaan inflasi Oktober pada Rabu pekan ini. Bursa saham Jepang memulai hari ini mendekati garis mendatar. Indeks Nikkei 225 sedikit naik dan indeks Topix mendatar. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,42 persen. Sedangkan indeks saham Kosdaq menguat lebih besar 0,53 persen.

Namun, indeks Hang Seng Hong Kong berjangka di 17.517, lebih rendah dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 17.525,06.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah pada perdagangan Senin, 27 November 2023 setelah rata-rata indeks acuan mencatat kenaikan beruntun dalam empat minggu.

Saham menguat sejak imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun dari posisi 5 persen yang sempat dicapai pada akhir Oktober 2023. Indeks S&P 500 menguat 8,5 persen sepanjang bulan ini. Sedangkan indeks Dow Jones bertambah 6,9 persen dan indeks Nasdaq melonjak 10,8 persen.

Pada perdagangan saham Senin waktu setempat, indeks Dow Jones melemah 0,16 persen. Indeks S&P 500 turun 0,2 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 0,07 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 27 November 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham di Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Senin, 27 November 2023. Seiring bursa saham China anjlok karena penurunan jumlah perusahaan properti.

Selain itu, inflasi jasa Jepang melonjak ke level tertinggi dalam 45 bulan. Data menunjukkan PPI jasa Jepang naik 2,3 persen pada Oktober ke level tertinggi sejak Januari 2020 dan lebih tinggi dari angka bulan sebelumnya sebesar 2 persen.

Pada Senin, 27 November 2023, keuntungan industri China terus merosot pada November 2023. Namun, berada pada laju paling lambat dalam hampir satu tahun, menurut data yang dirilis oleh pemerintah.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia akan rilis aktivitas pabrik pada November 2023, sedangkan survei Caixin untuk metrik yang sama akan dirilis pada Jumat pekan ini.

Australia akan rilis inflasi Oktober pada Rabu pekan ini yang akan memberikan petunjuk mengenai langkah kebijakan bank sentralnya.

Produk domestik bruto (PDB) India untuk tiga bulan yang berakhir pada September yang akan dirilis pada Kamis malam. Indeks Hang Seng mengurangi sebagian besar penurunannya pada jam terakhir perdagangan menjadi turun 0,12 persen. Indeks CSI 300 terpangkas 0,74 persen menjadi 3.511,94.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,76 persen ke posisi 6.987,60. Indeks Nikkei merosot 0,53 persen ke posisi 33.447,67.  Indeks Nikkei menjauh dari level tertinggi dalam 33 ke posisi 33.753 pada 3 Juli 2023. Indeks Topix tergelincir 0,38 persen ke posisi 2.381,76.

Indeks Kospi Korea Selatan melemah tipis ke posisi 2.495,66. Indeks Kosdaq turun 0,58 persen ke posisi 810,25.

3 dari 4 halaman

Penutupan Perdagangan Wall Street pada 27 November 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Senin, 27 November 2023. Hal ini seiring pelaku pasar mengambil jeda setelah rata-rata indeks saham acuan membukukan kenaikan beruntun dalam empat minggu.

Mengutip CNBC, Selasa (28/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 56,68 poin atau 0,16 persen ke posisi 35.333,47. Indeks S&P 500 susut 0,20 persen menjadi 4.550,43. Indeks Nasdaq turun tipis 0,07 persen menjadi 14.241,02.

Wall street mengalami kinerja positif selama empat minggu berturut-turut. Hal ini seiring saham telah menguat sejak imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun melemah dari posisi 5 persen yang sempat dicapai pada akhir Oktober 2023.

Indeks S&P 500 naik 8,5 persen pada November 2023, indeks Dow Jones bertambah 6,9 persen dan indeks Nasdaq melonjak 10,8 persen.

Reli ini terjadi meskipun ada peringatan dari beberapa peritel AS kalau belanja konsumen melemah, meskipun belanja e-commerce saat Black Friday melonjak 7,5 persen dari tahun sebelumnya.

Beberapa saham e-commerce naik pada Cyber Monday bersama dengan saham Amazon dan Shopify masing-masing naik 0,7 persen dan 4,9 persen. Saham Affirm melonjak hampir 12 persen karena pembeli berbondong-bondong memakai opsi buy now, pay later untuk pembelian Cyber Monday mereka.

Data belanja yang lemah secara keseluruhan pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif kalau kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) akhirnya mulai membebani perekonomian secara luas.

“Perlambatan konsumen mungkin akan menjadi katalis bagi pasar karena akan membantu memperkuat dasar reli,” ujar Chief Global Strategist LPL Financial Quincy Krosby.

4 dari 4 halaman

Jenuh Beli

Ia menambahkan,pasar telah menerima manfaat dari landasan dan keyakinan yang kuat the Federal Reserve telah selesai menaikkan suku bunga dan akan mulai menurunkan suku bunga pada 2024.

Krosby menuturkan, pasar telah berada dalam kondisi jenuh beli dalam jangka pendek selama beberapa sesi. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun akan sangat penting untuk pergerakan pekan ini, terutama setelah komentar bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pekan ini, pembacaan data penting bagi kepercayaan konsumen dan inflasi.

Managing Partner dan Global Macro Strategist MRB Partners, Philip Colmar menuturkan, saham terus didorong oleh pasar obligasi. “Saham-saham masih sedikit overbought. Perekonomian masih cukup tangguh sehingga lebih sulit untuk membenarkan penurunan suku bunga pada masa depan,” ujar Philip.

Ia menilai ekonomi masih kuat dan sudah berada dalam fase peralihan ke obligasi. “Saat kita memasuki tahun depan, pertanyaan sebenarnya adalah, apakah obligasi bertenor 10 tahun mulai menemukan titik terendah dan bahkan mungkin menguat lagi, yang mana hal ini akan membuat pasar kembali tenang,” kata dia.

Laporan kepercayaan konsumen akan dirilis pada Selasa pekan ini, sedangkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi akan rilis pada Kamis, 30 November 2023.

Data yang dirilis Senin ini menunjukkan penjualan rumah baru lebih lambat dari perkiraan pada Oktober dan masih menunjukkan peningkatan dari tahun lalu, menurut data dari Departemen Perdagangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.