Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) angkat bicara soal pembagian dividen bagi para pemegang saham. Ini mengingat, Perseroan masih membutuhkan modal tambahan dalam mengembangkan asetnya.
Head of Investor Relations Bank Syariah Indonesia Rizky Budinanda menuturkan, pembagian dividen telah disesuaikan dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan. Selain itu, terkait berapa besaran dividen yang akan dibagikan tentunya bergantung kewenangan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) oleh pemegang saham.
Baca Juga
Adapun kebijakan pembagian dividen yang ditetapkan Bank Syariah Indonesia adalah 25 persen dari laba bersih. Namun, hal itu tergantung kebutuhan modal perusahaan dalam rangkan menumbuhkan aset.
Advertisement
"Dividen policy kami 25 persen, tapi tergantung kebutuhan modal. Kami masih memerlukan kebutuhan modal untuk pertumbuhan aset," kata dia dalam Public Expose 2023, Rabu (28/11/2023).
Sebagaimana diketahui, BSI memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar 10 persen dari laba bersih perseroan pada 2022, atau sekitar Rp 426,01 miliar yang ekuivalen dengan Rp9,24 per lembar saham.
Kemudian, penggunaan 20 persen laba bersih perseroan untuk tahun buku 2022 disisihkan sebagai cadangan wajib perseroan. Adapun 70 persen akan dialokasikan sebagai laba ditahan.
Kaji Buka Cabang di Arab Saudi
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI sedang mengkaji soal ekspansi ke wilayah Timur Tengah, yakni Arab Saudi.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengaku, pihaknya masih melakukan kajian untuk membuka cabang baru di Arab Saudi.
"Pembukaan cabang Timur Tengah sekarang kami punya di Dubai yang sekarang menjadi cabang penuh. Harapannya, cabang ini berkembang, BSI satu-satunya bank syariah asal Indonesia yang ada di Dubai,” kata Hery dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023).
Dengan demikian, ia mengatakan, hingga saat ini BSI masih mengkaji kemungkinan untuk membuka cabang di Arab Saudi.
“Nanti ke Arab Saudi, tapi masih dikaji kemungkinannya nanti perkembangan kami sampaikan,” ujar dia.
Potensi Pembukaan Cabang di Arab Saudi
Dalam kesempatan berbeda, Hery menyebut, pihaknya masih melihat potensi terkait pembukaan cabang di Arab Saudi.
"Nanti kita lihat, kita mencoba mendalami regulasi, bagaimana caranya dan sebagainya. Dan sedang mempersiapkan visibility tadi apakah memiliki cabang di negara tadi punya potensi bisnis yang optimal tidak untuk Indonesia?," kata Hery dalam konferensi pers, dikutip Jumat, 28 April 2023.
Dia bilang, jika dilihat secara kasat mata pasar Arab Saudi memang terbilang prospektif. Ini mengingat jamaah haji setiap tahun lebih dari 200 ribu orang dan lebih dari 1 juta orang jamaah umroh berasal dari Indonesia.
"Secara kasat mata memang kelihatan tapi harus dihubungkan dengan regulator di sana untuk melihat bagaimana kita bisa punya kesempatan hadir di sana," kata dia.
Menurut ia, untuk saat ini BSI akan fokus terlebih dahulu ke Dubai. Lantaran, BSI ingin mendapatkan hasil yang optimal dari pembukaan cabang baru.
"Jadi kalau ditanya management, berikan waktu kami fokus dulu ke Dubai sampai dubai mulai kelihatan baru kita mikir ke negara lain. Percuma kita buka lagi kalau hasilnya tidak optimal, nanti akan jadi beban, kita mau rapi dulu Dubainya nanti baru ke negara lain," tandasnya.
Advertisement
Target BSI
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) optimistis laba bakal tumbuh dua digit hingga akhir 2023. Lantas, bagaimana strategi BSI dalam mengerek laba tersebut?
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi dalam rangka mencapai pertumbuhan laba hingga akhir tahun ini. Salah satunya, BSI memilih segmen prospektif agar mampu menopang pertumbuhan kinerja.
"Untuk mencapai target laba akhir tahun. Seperti yang diketahui, strategi perseroan adalah tentunya kita sudah memilih segmen yang kita ingin tumbuh, proyeksi laba akan tumbuh double digit," kata Hery dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023).
Adapun fokus pertama Bank Syariah Indonesia, yakni akan melakukan ekspansi pembiayaan pada segmen yang bisa tumbuh sehat dan berkelanjutan dengan berkisar 15-16 persen. Kemudian, melakukan perbaikan kualitas pembiayaan, BSI juga telah membuktikan dalam beberapa kuartal non performing financing (NPF) lebih baik alias NPF mengalami penurunan.
"BSI juga saat ini sedang terus fokus meningkatkan transaction banking retail maupun wholesale, tujuannya bagaimana kita dapatkan dana murah kalau nasabah transaksi lewat kanal baik cabang m-banking, atm, saldo nasabah akan bertambah besar,” kata dia.
Selain itu, dari sisi inisiatif BSI ada QRIS, smart agent atau agent banking ini akan jadi engine untuk pengumpulan dana murah. BSI juga berharap tabungan bisnis dengan target market adalah pedagang dan pengusaha dan tabungan wadiah bisa mendorong pertumbuhan laba.
BSI juga mulai mengaktifkan lagi weekend banking di wilayah yang memiliki pusat dagang. Tujuannya untuk memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk transaksi termasuk menyetor uang.
"Kami juga tingkatkan rasio tingkatan dana murah kita. Di sisi lain mendorong pendapatan melalui transaksi melalui mobile banking untuk meningkatkan fee based income,” ujarnya.
Kinerja BSI pada Semester I 2023
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah mengumumkan kinerja keuangan sepanjang semester I 2023. Melalui akselerasi strategi bisnis, perseroan mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan sebesar 32,41 persen menjadi Rp 2,82 triliun.
Salah satu pendorong pencapaian tersebut adalah pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas dan dana pihak ketiga (DPK) yang bergerak positif. Hingga Juni 2023, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp221,90 triliun atau tumbuh 16,00 persen secara year on year yang didominasi oleh segmen ritel sebesar Rp158,38 triliun.
Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, pada semester I 2023 BSI mencatatkan DPK sebesar Rp252,52 Triliun, yang didominasi oleh produk tabungan yang memberikan kontribusi sebanyak Rp110,93 triliun. Atas hal itu, porsi CASA BSI terus membaik yang didominasi dana murah sebesar 59,93 persen.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyebutkan, penerapan governance, risk, and compliance (GRC) yang kuat merupakan salah satu kunci BSI dapat menjaga kinerja positif sepanjang tahun berjalan 2023.
Dia bilang, pihaknya meyakini bahwa dengan penguatan GRC, BSI dapat terus merealisasikan pertumbuhan berkelanjutan. Sebab, penerapan GRC yang terintegrasi dapat mensinergikan aspek governance structure, risk management dan compliance, serta environment dan social perseroan.
"Alhamdulillah market share pembiayaan BSI tumbuh di perbankan nasional. Posisi Juni market share BSI 2,79 persen pembiayaan 3,26 persen dan dari sisi DPK turun 3,08 persen yang tadinya 3,15 persen,” ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023).
BSI juga terus melakukan akselerasi, mix and match bisnis sesuai prinsip syariah dan berkelanjutan dalam pengembangan ekosistem halal di Indonesia.
Advertisement