Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI memproyeksikan laba bersih Rp 60 triliun pada 2024. Alhasil, paling tidak BRI bisa membagikan dividen sebesar 70 persen.
Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan, apabila BRI bisa memproyeksikan laba Rp 60 triliun atau berapapun angkanya. BRI berupaya untuk bisa membaikan dividen 70 persen dari laba tersebut.
Baca Juga
"2024 misalnya bisa proyeksikan laba Rp 60 triliun atau berapa, 70 persen kita bagi dividen," kata dia dalam Public Expose 2023, Kamis (30/11/2023).
Advertisement
Selain itu, BRI juga memproyeksikan pembagian dividen pada 2023 dan 2024 bisa mencapai 70 persen dari laba bersih. Sehingga teorinya adalah berapapun laba yang diraih oleh BRI memang layak dibagi dalam bentuk dividen.
Ia melanjutkan, untuk tahun ini Bank Rakyat Indonesia optimistis mencetak laba Rp 55 triliun. Bahkan, sampai dengan kuartal III 2023 sudah mencapai sekitar Rp 44 triliun.
Menurut ia, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BRI berada di level 27,47 persen dan terbilang masih aman. BRI pun berpotensi memberikan dividen dalam jumlah besar lagi kepada para pemegang saham untuk tahun buku 2023.
Akan tetapi, hingga saat ini BRI sedang menunggu persetujuan agar bisa memberikan dividen interim kepada pemegang saham. Biasanya, BRI memberikan dividen sebanyak dua kali, yakni dividen interim dan dividen final.
"Maka kami dengan senang hati akan memberikan dividen interim kepada pemegang saham, jadi paling tidak dua kali, bayar dua kali interim dulu sebelum RUPS, dan kemudian setelah RUPS kami bagikan," imbuhnya.
Laba Bersih BRI Tembus Rp 44,21 Triliun hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 44,21 triliun hingga September 2023. Angka tersebut meningkat 12,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,31 triliun.
"Total aset BRI Group Rp 1.851,97 triliun pertumbuhan aset diiringi perolehan laba selama sembilan bulan sampai September 2023 membukukan laba Rp 44,21 triliun," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja keuangan BRI kuartal III 2023, Rabu (25/10/2023).
Raihan laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga (interest income) sebesar Rp 131,89 triliun per kuartal III 2023 atau naik 14,4 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 115,252 triliun.
Meski demikian, pada periode tersebut beban bunga BRI turut meningkat menjadi Rp 30,69 triliun dari kuartal III 2022 sebesar Rp 18,74 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih senilai Rp 101,19 triliun atau naik 4,9 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 96,50 triliun.
Adapun total kredit BRI mencapai Rp 1.250,7 1 triliun hingga September 2023. Angka itu meningkat dari kuartal III 2022 sebesar Rp 1.139,07 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 1.290,29 triliun atau naik 13,21 persen dengan CASA sebesar Rp 821,14 triliun.
Advertisement
Penyaluran Kredit BRI Naik 12,53 Persen
Sebelumnya diberitakan, di tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global karena meningkatnya tensi geopolitik dunia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menjaga kinerja keuangan yang impresif hingga akhir kuartal III 2023.
Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari aset yang secara konsolidasian meningkat 9,93 persen year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp 44,21 triliun atau tumbuh 12,47 persen yoy.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI.
"Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir September 2023 BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 12,53 persen yoy menjadi Rp1.250,72 triliun. Pencapaian ini masih selaras dengan proyeksi BRI, dimana hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit berada di level 10-12 persen yoy,” kata Sunarso dalam pemaparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2023 pada Rabu (25/10/2023).
Dia bilang, seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif. Khusus penyaluran kredit UMKM juga tercatat tumbuh 11,01 persen dari semula Rp935,86 triliun di akhir kuartal III 2022 menjadi Rp1.038,90 triliun di akhir kuartal III 2023, sehingga porsi kredit UMKM BRI terhadap total kredit mencapai 83,06 persen.
Kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak positif terhadap pendapatan bunga perseroan, dimana hingga akhir September 2023 tercatat pendapatan bunga BRI telah mencapai Rp138,63 triliun atau tumbuh 13,91 persen yoy.
Penguatan ESG
Sunarso menuturkan, keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit tersebut juga diiringi dengan penguatan terhadap aspek Environmental, Social & Governance (ESG) secara komprehensif dalam kegiatan bisnis perseroan.
"Hingga akhir kuartal III 2023, kredit ESG BRI mampu tumbuh 11,89 persen menjadi sebesar Rp750,91 triliun, sehingga porsinya mencapai 66,1 persen dari total portofolio kredit. Angka tersebut semakin memperkokoh BRI sebagai bank dengan portofolio kredit berkelanjutan terbesar di Indonesia,” kata dia.
Keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit tersebut juga diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. BRI berhasil menurunkan Loan at Risk (LAR), di mana hingga akhir kuartal III 2023 LAR BRI tercatat sebesar 13,80 persen. Angka tersebut membaik atau menurun apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada September 2022 yang sebesar 18,68 persen.
"Kami optimistis di tahun depan LAR BRI dapat kembali pada kondisi pra-pandemi, yakni di kisaran 9-11 persen”, ungkapnya.
Upaya BRI dalam menjaga kualitas kredit juga berdampak terhadap Credit Cost BRI yang membaik, dari semulai 3,02 persen pada kuartal III 2022 menjadi 2,44 persen pada kuartal III 2023. Sebagai bagian dari soft landing strategy, BRI juga tetap menyediakan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir kuartal III 2023 tercatat NPL Coverage BRI mencapai sebesar 228,65 persen.
"Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21 persen yoy. Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp821,14 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Giro BRI yang tumbuh sebesar 28,12 persen yoy.
Advertisement
Strategi Perseroan
Kinerja Giro BRI tersebut tak terlepas dari strategi perseroan yang fokus pada optimalisasi value chainmelalui wholesale transaction banking dan digitalisasi wholesale transaction banking dengan platform Qlola yang mengintegrasikan berbagai fitur unggulan, yaitu Cash Management, Trade Finance, Supply Chain Management, Foreign Exchange (Forex), Investment Services, dan Financial Dashboard.
Fee-based Income (FBI) BRI Group juga tercatat tumbuh 12,19 persen yoy menjadi senilai Rp15,56 triliun. Pencapaian FBI BRI tersebut sejalan dengan volume transaksi Super Apps BRImo yang tumbuh sebesar 66,87 persen yoy atau mencapai Rp2.984 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai 29,8 juta user.
Disamping itu,pertumbuhan fee-based income BRI juga didorong meningkatnya bisnis AgenBRILink, yaitu agen layanan bank dengan model bisnis sharing economy bersama masyarakat, yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 698 ribu agen dengan total nilai transaksi yang meningkat 20,77 persen menjadi sebesar Rp1.163 triliun.
Rasio BOPO
Sunarso menambahkan, dari sisi operasional, transformasi digital yang terus dilakukan perseroan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan CIR (Cost to Income Ratio) yang secara konsisten semakin membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Rasio BOPO membaik dari semula 68,36 persen menjadi 68,07 persen dan CIR membaik dari semula 42,55 persen menjadi 41,28 persen,” imbuhnya.
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank yang terjaga dilevel 87,76 persen dan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 27,48 persen atau jauh di atas ketentuan regulator.
Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, akan semakin memperkuat kemampuan BRI dalam mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank, serta akan semakin memperkokoh pertumbuhan bisnis BRI melalui penyediaan jasa layanan keuangan, pembiayaan dan pemberdayaan UMKM.
Advertisement