Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten menara telekomunikasi telah mengumumkan kinerja keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2023. Jika dilihat, kinerja keuangan emiten-emiten menara telekomunikasi bervariasi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Salah satunya adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Sarana Menara Nusantara berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 7,53 persen year on year (YoY) menjadi Rp 8,71 triliun per kuartal III 2023. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan TOWR tercatat sebesar Rp 8,10 triliun.
Baca Juga
Sedangkan, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TOWR berkurang 5,09 persen menjadi Rp 2,42 triliun per akhir kuartal III 2023. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih TOWR berada di level Rp 2,55 triliun.
Advertisement
Selanjutnya, ada emiten anak usaha BUMN, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11,9% dari Rp5,6 triliun pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi Rp6,3 triliun pada sembilan bulan pertama 2023 (year on year/yoy). Adapun raihan laba bersih Mitratel menjadi Rp1,43 triliun atau melonjak 16,6% hingga kuartal III 2023 dari periode yang sama tahun lalu.
Lalu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatat pendapatan sebesar Rp 4,95 triliun pada periode yang berakhir pada 30 September 2023. Angka itu naik 0,60 persen dari pendapatan kuartal III 2022 sebesar Rp 4,92 triliun.
Kemudian, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Tower Bersama Infrastructureturun 9,01 persen menjadi Rp 1,11 triliun per akhir kuartal III 2023. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih TBIG senilai Rp 1,22 triliun.
Menelisik Prospek Emiten Menara Telekomunikasi hingga Akhir 2023
Sebelumnya diberitakan, upaya pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan jaringan digital diyakini akan mempengaruhi prospek kinerja emiten menara telekomunikasi ke depan.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mencermati prospek emiten menara telekomunikasi masih cukup positif di tengah sentimen pemerintah yang berupaya mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan jaringan digital.
"Di antara yang menarik dan memiliki keunggulan kompetitif adalah MTEL, selain itu rasio utang nya juga sangat rendah di antara pesaingnya. Apalagi era suku bunga tinggi masih berpotensi berlangsung hingga 2024," kata Fajar kepada Liputan6.com, Selasa (12/9/2023).
Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengaku paling suka dengan emiten Mitratel. Sebab, MTEL ini memiliki tower paling banyak di antara industri menara telekomunikasi.
Sektor ini juga mendapatkan angin segar dari potensi penurunan suku bunga pada 2024 yang dapat mengurangi cost of fund sektor tersebut. Dengan demikian, Michael merekomendasikan saham MTEL untuk dipertimbangkan oleh para investor.
"Valuasi lebih murah dibandingkan peers, potensi pertumbuhan collocation paling tinggi," kata dia.
Advertisement
Sarana Menara Nusantara Gandeng Anak Usaha Surya Semesta Bangun Infrastruktur Telekomunikasi
Sebelumnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia menggandeng PT Surya Subang Smartpolitan, anak perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk untuk pembangunan tower dan jaringan fiber optik di kota mandiri Subang Smartpolitan.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Selasa (6/12/2022), Protelindo dan iForte telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Subang Smartpolitan, untuk pembangunan tower dan jaringan fiber optik di kota mandiri Subang Smartpolitan.
Sekretaris Perusahaan Sarana Menara Nusantara, Monalisa Irawan mengatakan, melalui kerjasama ini, Protelindo akan menjadi penyedia tower dan iForte akan menjadi penyedia jaringan fiber optik untuk seluruh kawasan Subang Smartpolitan.
"Dengan pengalaman dan didukung tim manajemen dan operasional yang handal, Protelindo dan iForte mampu memberikan layanan infrastruktur telekomunikasi yang handal kepada para pelaku bisnis dan masyarakat yang bekerja dan tinggal di Subang Smartpolitan,” kata Monalisa, dikutip Selasa (6/12/2022).
Hingga saat ini, Protelindo telah memiliki hampir 30.000 tower dengan sekitar 55.000 tenant, sedangkan iForte memiliki lebih dari 120.000 km jaringan fiber optik dan menyediakan layanan konektivitas internet dan komunikasi data kepada lebih dari 2.300 klien korporasi dan operator telekomunikasi di seluruh Indonesia
Subang Smartpolitan berada di dalam wilayah Rebana Metropolitan, sebuah proyek yang dirancang Pemerintah Jawa Barat untuk mendorong peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi serta menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru di Jawa Barat.
Kota mandiri terintegrasi dengan luas 2.717 hektar ini didesain dan dibangun dengan konsep "Smart & Sustainable" di mana fasilitas serta infrastruktur kawasan dibuat dengan pemanfaatan IoT (Internet of Things) sedari awal.
"Informasi atau fakta material yang diungkapkan tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha Perseroan,” tulisnya.
Tower Bersama Infrastructure Tawarkan 102,04 Juta Saham Treasuri
Sebelumnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana melakukan pengalihan 102.046.000 lembar saham treasuri hasil pembelian kembali (buyback) kepada Bersama Digital Infrastructure Asia Lte Ltd.
Calon pihak penerima merupakan perusahaan induk investasi (investment holding company) dan jasa konsultasi manajemen (management consultancy services), yang tak lain adalah pengendali perseroan.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (16/8/2023), saham treasuri yang dialihkan itu berasal dari pembelian kembali atau buyback yang dilakukan perseroan pada 4 Mei 2023 sampai dengan 3 Agustus 2023.
Pada periode tersebut, perseroan melakukan pembelian kembali 102.046.000 lembar saham. Penjualan saham treasuri dilakukan di luar bursa efek melalui pasar negosiasi. Jangka waktu pelaksanaan penjualan saham hasil pembelian kembali akan dilakukan dalam beberapa tahap.
Dimulai pada 30 Agustus 2023, dan akan berlangsung sampai dengan tanggal yang tidak lebih lama dari 31 Maret 2023. Harga pelaksanaan saham hasil buyback mengacu pada pasal 13 huruf (a) POJK nomor 2/POJK.04/2023.
Harga pengalihan saham hasil buyback tidak boleh lebih rendah dari mana yang lebih tinggi di antara harga penutupan perdagangan hari di Bursa Efek satu hari sebelum tanggal penjualan saham hasil buyback, atau harga rata-rata penutupan perdagangan harian bursa efek selama 90 hari terakhir sebelum tanggal penjualan saham hasil buyback. Belum lama ini, Tower Bersama Infrastructureberencana melakukan perpanjangan periode buyback hingga November 2023.
Namun, belum lama rencana diumumkan, perseroan berubah pikiran dan membatalkan perpanjangan buyback. Rencana perpanjangan periode pembelian kembali saham saat itu sehubungan dengan berakhirnya periode pembelian kembali saham perseroan pada 3 Agustus 2023.
Sementara masih terdapat sejumlah saham yang dapat dibeukemblai oleh perseroan dari rencana pembelian sebanyak banyaknya 1.132.849.900 saham. Sampai dengan 3 Agustus 2023, perseroan telah membeli kembali sebanyak 102.046.000 saham.
Advertisement