Sukses

Bursa Saham Asia Koreksi, Investor Cermati Data Perdagangan China hingga Australia

Bursa saham Asia Pasifik loyo pada perdagangan Kamis, 7 Desember 2023 mengikuti wall street. Investor cermati data perdagangan dari China dan Australia.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis, (7/12/2023). Koreksi bursa saham Asia Pasifik mencerminkan pergerakan di wall street dan investor menilai data perdagangan dari China dan Australia.

Dikutip dari CNBC, Kamis (7/12/2023), ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi ekspor China pada November 2023 akan turun 1,1 persen year on year (YoY) dengan impor naik 3,3 persen pada periode yang sama.

Surplus perdagangan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini akan meningkat menjadi USD 58 miliar, naik dari USD 56,53 miliar pada Oktober 2023.

Sementara itu, harga minyak telah mencapai level terendah sejak Juni 2023. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Januari turun USD 2,94 atau 4,07 persen menjadi USD 69,38 per barel. Harga minyak Brent pada Februari 2023 turun USD 2,90 atau 3,76 persen menjadi USD 74,30 per barel.

Di Australia, indeks ASX 200 mendatar setelah surplus perdagangan pada Oktober menjadi 7,13 miliar dolar Australia. Akan tetapi,realisasi surplus itu meleset dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 7,5 miliar dolar Australia.

Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,91 persen setelah memimpin kenaikan di bursa saham Asia. Indeks Topix melemah 0,84 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,14 persen dan indeks Kosdaq merosot 0,29 persen.

Akan tetapi, indeks Hang Seng Hong Kong berada di posisi 16.479 menunjukkan pembukaan lebih kuat dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya 16.463,26.

Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan melemah pada perdagangan Rabu pekan ini seiring investor menilai data yang menunjukkan penurunan inflasi sambil menanti laporan pekerjaan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 0,19 persen. Indeks S&P 500 susut 0,39 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 0,58 persen. Ini adalah hari ketiga penurunan bagi indeks Dow Jones dan S&P 500 yang pertama sejak Oktober untuk dua indeks saham acuan tersebut.

Penutupan Bursa Saham Asia Rabu 6 Desember 2023

Bursa saham Asia pada Rabu, 6 Desember 2023 antara lain, indeks Nikkei menguat 670,09 poin atau 2,04 persen ke 33.445,89, indeks Hang Seng menguat 135,39 poin atau 0,83 persen ke 16.463,26, indeks Shanghai melemah 3,37 poin atau 0,11 persen ke 2.968,93 indeks Strait Times menguat 10,08 poin atau 0,33 persen ke 3.087,24.

2 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 6 Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023. Investor menilai data yang menunjukkan penurunan inflasi dan laporan pekerjaan yang semakin dekat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (7/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 70,13 poin atau 0,19 persen ke posisi 36.054,43. Indeks S&P 500 tergelincir 0,39 persen ke posisi 4.549,34. Indeks Nasdaq susut 0,58 persen ke posisi 14.146,71. Ini ada hari ketiga penurunan bagi indeks Dow Jones dan S&P 500, yang pertama sejak Oktober untuk kedua indeks saham acuan tersebut.

Tiga indeks acuan di wall street melepaskan kenaikan sebelumnya, dengan indeks Dow Jones naik hampir 170 poin pada sesi tertingginya. Ketiga indeks acuan itu diperdagangkan masing-masing di atas dan bawah garis datar pada sesi yang bergejolak.

Pasar awalnya mendapatkan dorongan pada perdagangan Rabu pagi setelah data ekonomi. Penurunan biaya tenaga kerja merupakan pertanda positif terhadap jalur inflasi, sementara lonjakan produktivitas menandakan potensi perekonomian untuk hindari resesi.

Data penggajian swasta pada November dari ADP memberikan indikasi terbaru pasar tenaga kerja yang telah lama dianggap sebagai titik lemah bagi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang sedang mengalami pelonggaran.

“Data penggajian ADP menunjukkan kebijakan anti-inflasi the Fed kini benar-benar mulai berlaku,ujar Global Head of Market Strategy TradeStation, David Russell.

Ia menambahkan, angka-angka tersebut menunjukkan soft landing. Akan tetapi, investor mungkin mulai khawatir terhadap resesi jika kebijakan tetap terlalu hawkish.

Namun, laporan tenaga kerja versi Automatic Data Purchasing (ADP) pada Rabu pekan ini hanyalah salah satu dari serangkaian rilis data yang fokus pada tenaga kerja yang dipertimbangkan oleh pelaku pasar selama sepekan ini.

3 dari 4 halaman

Data Ekonomi

Pada Selasa, 5 Desember 2023, Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan lowongan pekerjaan pada Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021. Investor akan memantau klaim pengangguran pada Kamis pekan ini sebelum mengalihkan perhatian ke data nonfarm payrolls pada November 2023, upah, dan tingkat pengganguran, yang rilis Jumat pekan ini.

“Tidak dapat disangkal data pada akhir pekan adalah data yang ditunggu-tunggu oleh semua orang,” ujar Analis Senior Oanda, Craig Erlam.

Biaya tenaga kerja juga turun lebih besar dari perkiraan ekonom. Sementara itu, produktivitas meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirkaan, demikian ditunjukkan data terbaru pemerintah.

Pada Rabu pekan ini menandai sesi penurunan ketiga berturut-turut untuk indeks Dow Jones dan S&P 500. Penurunan tersebut menimbulkan pertanyaan seputar apakah reli pada akhir 2023 terhenti atau apakah pasar telah naik terlalu jauh dan cepat. Namun, tiga indeks acuan telah siap untuk akhiri kuartal IV dan tahun kalender dengan lebih tinggi.

4 dari 4 halaman

Gerak Saham

Sementara itu, saham perusahaan cloud Box anjlok lebih dari 10 persen setelah melaporkan hasil kuartal III yang berada di bawah harapan analis. Di sisi lain, saham Toll Brothers menguat hampir 2 persen setelah melebihi harapan kinerja baik pendapatan dan laba.

Sementara itu, saham Starbucks menguat, dan mengakhiri penurunan beruntun terpanjang yang pernah ada. Saham Starbucks naik 1,5 persen. Jika hal ini, saham Starbucks akan mematahkan rekor negatif selama 12 hari berturut-turut, rekor terpanjang yang pernah dialami saham itu dalam lebih dari tiga dekade di pasar saham.

Koreksi saham Starbucks ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kinerja di China dan kondisi konsumen di AS. Hal ini juga menandai kemunduran menyusul reli yang didukung oleh kinerja laba pada kuartal IV pada bulan lalu. Saham Starbucks turun lebih dari 2 persen pada 2023.

CEO Laxman Narasimhan menuturkan, rantai jaringan tidak pulih sebanyak yang diprediksi sebelumnya di China yang merupakan pasar terbesar kedua perusahaan. Namun, ia menekankan keyakinan terhadap China dalam jangka panjang.

Video Terkini