Sukses

BEI Ungkap Penyebab Nilai Transaksi Bursa Merosot pada 2023

Bursa Efek Indonesia (BEI) ungkap nilai transaksi turun 28,3 persen hingga November 2023. Ini alasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tren turun. Hingga November 2023, nilai transaksi di bursa tercatat sebesar Rp 10,5 triliun, turun 28,3 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu senilai Rp 14,7 persen.

Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan menyebutkan, salah satu penyebab kondisi tersebut lantaran transaksi oleh ritel juga mengalami penurunan.

"Di 2020-2022 (saat terjadi pandemi Covid-19), transaksi investor ritel lumayan mendominasi. Di 2023 sudah mulai berkurang sehingga sebabkan aktivitas transaksinya turun. Yang dulunya lebih banyak di rumah sekarang banyak aktivitas jalan-jalan, sehingga uangnya berpindah ke sektor riil," ujar Verdy dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Rabu (13/12/2023).

Selain itu, kenaikan suku bunga turut memicu penurunan nilai transaksi. Verdi menuturkan, banyak investor ritel yang menempatkan uang mereka di perbankan atau pada obligasi pemerintah ORI. Hingga November 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat berada pada posisi 7.080,74. Naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang berada pada posisi 6.850,62. Posisi IHSG saat ini menjadi salah satu yang masih mencatatkan pertumbuhan di antara bursa lain secara global.

"Indeks di angka 7000-an ini secara year to date (ytd) tumbuhnya sekitar 3,36 persen, termasuk dari sekian bursa global yang mengalami pertumbuhan," kata Verdi.

Turunnya nilai transaksi di bursa dibarengi dengan turunnya frekuensi perdagangan menjadi sebanyak 1.179 ribu kali per 30 November 2023. Turun 9,7 persen dibandingkan angka akhir 2022 sebanyak 1.306 ribu kali. Volume saham yang ditransaksikan hingga akhir November juga susut 20 persen menjadi 19,1 miliar lembar dari 23,9 miliar lembar pada akhir tahun lalu.

Sementara, kapitalisasi pasar per 30 November naik 18,3 persen menjadi Rp 11.238 triliun dari RP 9.499 triliun pada akhir 2022. Kapitalisasi pasar Indonesia ini setara USD 721,59 miliar, tertinggi di Asean. Sebagai perbandingan, kapitalisasi pasar bursa Thailand tercatat sebesar USD 490,88 miliar, Singapura USD 384,56 miliar, Malaysia USD 364,11 miliar, Vietnam USD 237,56 miliar, dan Philipina USD 222,28 miliar.

 

 

2 dari 5 halaman

BEI Siapkan Jurus Kerek Nilai Transaksi Harian Saham

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencermati rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) relatif menurun sekitar 32 persen. Sebelumnya, RNTH berada di posisi Rp14,75 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya bersama self regulatory organization (SRO) telah menyiapkan sejumlah strategi dalam rangka mendongkrak RNTH. Salah satu strateginya melalui kampanye Aku Investor Saham.

“Kemarin ada Aku Investor Saham, itu jargon yang kita gunakan, bagaimana investor kita itu confident (percaya) menjadi investor, itu supply side (sisi penawaran)," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Senin (28/8/2023).

Dia bilang, dari sisi permintaan, BEI terus menggenjot jumlah perusahaan tercatat sehingga bisa menembus 1.000 emiten. 

"Kemudian demand site tentu pada hari ini jumlah perusahaan tercatat 64 dengan total 888 nah kita menuju ke 900 menuju ke 1.000 (perusahaan)," kata dia.

Tak hanya itu, dalam rangka menggenjot RNTH, BEI pun gencar mengenalkan instrumen-instrumen investasi ke daerah-daerah. Harapannya, hal tersebut mampu meningkatkan kepercayaan dari investor. 

Di sisi lain, dengan ada peralihan kondisi pandemi COVID-19 ke endemi membuat tantangan BEI dan SRO semakin besar dalam meningkatkan rata-rata nilai transaksi harian. Sebab, pilihan investasi semakin banyak. 

“Tapi memang perlu waktu dalam kondisi saat ini dari sisi perekonomian dan kondisi kesehatan kan sudah beralih lagi dulu pandemi sekarang endemi pilihannya semakin banyak untuk investasi. Tentu ini tantangan buat kami di pasar modal untuk bekerja lebih keras untuk mengattract potensi atau opportunity dari dana yang ada untuk dapat ditransaksikan kembali masuk ke pasar modal,” imbuhnya. 

 

3 dari 5 halaman

Anggota Bursa Harap Normalisasi Jam Perdagangan Dongkrak Transaksi Harian Saham

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan normalisasi perdagangan Bursa mulai Senin, 3 April 2023. Perdagangan Bursa sempat mengalami relaksasi selama pandemi COVID-19. Kebijakan itu disambut baik oleh Anggota Bursa (AB) dan diharapkan dapat berdampak pada peningkatan nilai transaksi.

Direktur Retail Mandiri Sekuritas, Theodora Manik mengataan, Mandiri Sekuritas telah mempersiapkan infrastruktur back office dan IT serta tim untuk menyambut jam perdagangan yang kembali normal mulai 3 April 2023.

“Diharapkan dengan normalnya kembali jam perdagangan juga dapat meningkatkan nilai transaksi. Persiapan selain bidang IT untuk sistem, juga people (tim) agar memperlancar operasional bisnis dan layanan nasabah,” kata Dora kepada Liputan6.com, Sabtu (8/4/2023).

Senada, Direktur Utama MNC Sekuritas, Susy Meilina mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada para investor. Hal itu dimaksudkan agar investor dapat menyesuaikan strategi investasinya.

“Kami telah mensosialisasikan kebijakan normalisasi kepada seluruh investor dan frontliner kami untuk memastikan update ini telah tersampaikan dengan baik, sehingga investor dapat menyesuaikan strategi tradingnya dengan kebijakan terbaru,” kata Susy.

Meksi turut berharap normalisasi perdagangan berdampak pada pertumbuhan nilai transaksi, namun Susy mengakui ada beberapa faktor lain yang juga andil mempengaruhi perdagangan di Bursa.

“Banyak faktor-faktor lain di luar jam perdagangan yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan transaksi, misalnya kondisi market yang kondusif termasuk sentimen global maupun regional atau IHSG yang mempengaruhinya,” imbuh Susy.

 

4 dari 5 halaman

Jam Perdagangan Bursa Kembali Normal Belum Kerek Transaksi Harian, Ini Penjelasan BEI

Sebelumnya, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa Efek Indonesia (BEI) menyentuh angka Rp8,45 triliun usai jam perdagangan bursa kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, normalisasi jam perdagangan tidak memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan RNTH. Bahkan, studi Bursa sebelum normalisasi jam perdagangan memperlihatkan pola perilaku investor tinggi pada awal dan akhir perdagangan alias transaksi tinggi pada waktu tersebut.

"Kami melihat pola perilaku investor kita itu memang akan tinggi di awal dan di akhir perdagangan atau berbentuk huruf U. Jadi memang normalisasi bukan tujuan utamanya untuk RNTH," kata Jeffrey kepada awak media di Batik Kuring, Jakarta, ditulis Selasa (4/3/2023).

Namun, dalam rangka meningkatkan RNTH, BEI tengah melakukan sejumlah strategi, salah satunya melakukan diskusi maupun literasi bagi investor lokal, institusi, dan juga asing. 

"Untuk investor ritel kita lakukan edukasi, inklusi, dan aktivasi. Kepada investor institusi berbeda, kami melakukan diskusi dengan investor institusi untuk melihat bagaimana pandangan investor dan strategi investasinya tahun ini," kata dia.

 

 

5 dari 5 halaman

Lakukan Sosialisasi

Selain itu, untuk investor asing, BEI telah melakukan roadshow beberapa kali dan berdiskusi dengan counterpart di bursa regional dalam mencari produk yang bisa dikembangkan untuk bisa meningkatkan transaksi di kedua bursa. Sehingga, atktivitas transaksi investor baik lokal institusi maupun asing diharapkan bisa meningkat.

"Tentunya investor terutama investor ritel sebaiknya adalah berinvestasi secara rasional, memperhatikan fundamental, dan tidak terperangkap dalam euforia. Sehingga investasi yang dilakukan adalah investasi yang baik," imbuhnya. 

Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya berusaha meningkatkan RNTH dari sisi suplai. Bursa pun pergi ke daerah-daerah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal sebagai salah satu upaya menggenjot transaksi.

Tak hanya itu, BEI juga telah menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan dari sisi suplai Bursa."Yang kedua, relationship dengan berbagai pihak," kata Nyoman.

BEI memutuskan untuk mengembalikan jam perdagangan kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19 mulai Senin, 3 April 2023. Dengan demikian, jam perdagangan saham di BEI akan lebih lama dari sebelumnya. 

Video Terkini