Sukses

Harga Komoditas Bakal Stabil, Energi Mega Persada Optimistis Kinerja Moncer pada 2024

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) memperkirakan produksi naik 10 persen pada 2024.

Liputan6.com, Jakarta - PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) memperkirakan harga komoditas stabil pada 2024. Ini mengingat kondisi geopolitik maupun ekonomi diharapkan bisa lebih pada tahun yang akan datang. 

Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, pihaknya memprediksi harga komoditas stabil pada tahun depan. Alhasil, Perseroan pun optimistis pendapatan dan laba bisa tumbuh lebih baik ke depannya. 

"Jadi harga minyak kami harapkan bisa lebih stabil untuk target laba pendapatan dan produksi kami menganggarkan ada kenaikan mungkin ke sekitar 10-15% untuk produksi,” kata dia dalam paparan publik, Jumat (15/12/2023). 

Sehingga, dengan adanya rencana pengembangan dari blok-blok perusahan, baik yang sudah ada, yang sudah produksi, ataupun yang sudah siap akan produksi, ataupun dalam tahap eksplorasi, diharapkan dapat memberikan tambahan cadangan, tambahan reserve, dan juga tambahan produksi, sehingga bisa meningkatkan kinerja keuangan perusahaaan secara keseluruhan. 

Sementara itu, Energi Mega Persada juga menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD 150 juta pada 2024. Ini mengingat, Energi Mega Persada masih berfokus terhadap kegiatan drilling. 

Dia bilang, pihaknya menganggarkan belanja modal di kisaran USD 150 juta. Sebab, Perseroan masih berfokus untuk kegiatan drilling.

"Kegiatan drilling tersebut akan difokuskan untuk bisa menambah cadangan, menambah cadangan reserve minyak dan gas Perseroan secara menyeluruh, dan juga untuk development drilling, untuk meningkatkan produksi dari EMP secara keseluruhan,” imbuhnya. 

 

 

2 dari 3 halaman

Belanja Modal

Sebelumnya diberitakan, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD 150 juta pada 2024. Ini mengingat, Energi Mega Persada masih berfokus terhadap kegiatan drilling. 

Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, pihaknya menganggarkan belanja modal di kisaran USD 150 juta. Sebab, Perseroan masih berfokus untuk kegiatan drilling.

"Kegiatan drilling tersebut akan difokuskan untuk bisa menambah cadangan, menambah cadangan reserve minyak dan gas Perseroan secara menyeluruh, dan juga untuk development drilling, untuk meningkatkan produksi dari EMP secara keseluruhan,” kata dia dalam paparan publik, Jumat (15/12/2023). 

Sementara itu, belanja modal pada tahun ini diperkirakan bakal menembus kisaran USD 124 juta. Ini mengingat banyak pekerjaan yang dilakukan pada 2023, seperti pengeboran sumur eksplorasi hingga kegiatan seismik. 

Di samping itu, Energi Mega Persada juga berkomitmen untuk terus mengembangkan perusahaan secara organik maupun anorganik. Alhasil, Perseroan akan terus melihat peluang dan kesempatan untuk melakukan akuisisi atau merger dengan catatan aset-aset yang akan diakuisisi atau merger sesuai dengan target ataupun rencana Perseroan.

"Kami akan lakukan, tapi kembali lagi kita akan sesuaikan dengan rencana dan juga capability dari Perseroan,” imbuhnya. 

 

3 dari 3 halaman

Produksi Minyak

Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan kenaikan produksi minyak menjadi 5,699 barel per hari pada sembilan bulan pertama 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,148 barel per hari. 

Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, produksi minyak mengalami peningkatan dari kuartal III 2022 ke kuartal III 2023. 

"Untuk produksi minyak, kalau dilihat kinerja year on year artinya dari sembilan bulan pertama di tahun lalu sampai dengan sembilan bulan pertama di tahun ini terjadi kenaikan produksi minyak dari 5,100 barel per hari menjadi 5,700 barel per hari,” kata Edoardus dalam paparan publik.

Alhasil, kinerja produksi minyak Perseroan dinilai cukup konsisten. Sedangkan, untuk produksi gas terjadi penurunan dari 204 juta kaki kubik gas per hari pada tahun lalu menjadi 166 juta kaki kubik gas per hari pada tahun ini.

"Ada penjelasan atas terjadinya penurunan tersebut, ini dikarenakan dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Itu ada penghentian sementara produksi gas dari aset Sengkang yang ada di Sulawesi Selatan karena adanya renegosiasi dari perpanjangan kontrak jual beli gas,” kata dia. 

Meski demikian, saat ini hal tersebut sudah diselesaikan. Sehingga, produksi gas dari Sengkang sudah beroperasi kembali seperti sedia kala sejak akhir Maret. 

"Artinya penghentian produksi gas dari Sengkang sekitar 3 bulan, itulah penyebab penurunan kinerja produksi gas year on year,” imbuhnya. 

Sementara itu, untuk total kinerja produksi perusahaan dari Januari sampai dengan September 2023 lebih dari 90 % dikontribusikan dari empat aset utama perusahaan, yaitu aset gas Bentu, aset gas Kangean, aset minyak Malacca dan aset gas Sengkang.

Video Terkini