Liputan6.com, Jakarta - PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) berhasil mencetak laba sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Lantas, apakah perusahaan akan membagikan dividen untuk tahun buku 2023?
Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, hingga saat ini perusahaan belum berencana memberikan dividen bagi para pemegang saham. Sebab, Energi Mega Persada masih memiliki saldo laba negatif.
Baca Juga
"Kami masih memiliki saldo laba yang negatif sehingga untuk tahun 2023 mengingat ada aturan dari undang-undang PT jadi kita belum bisa membagikan dividen,” kata Edoardus dalam paparan publik Jumat (15/12/2023).
Advertisement
Energi Mega Persada membukukan penjualan neto sebesar USD 296,39 juta per kuartal III 2023. Hasil ini turun 13,84 persen dibandingkan penjualan neto per kuartal III 2022 senilai USD 344 juta.
Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan ENRG turun 4,02 persen menjadi USD 192,13 juta per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai USD 200,19 juta.
Per kuartal III 2023, ENRG meraih laba usaha senilai USD 89,78 juta. Angka ini menyusut 31,94 persen dibandingkan laba operasional ENRG per kuartal III 2022 senilai USD 131,93 juta.
Alhasil, ENRG mengantongi laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 45,69 juta per kuartal III 2023, atau turun 3,51 persen dibandingkan realisasi per kuartal III 2023 sebesar USD 44,14 juta.
Hingga kuartal III 2023, total aset ENRG tercatat sebanyak USD 1,22 miliar atau naik dibandingkan total aset perusahaan pada akhir 2022 senilai USD 1,19 miliar.
Liabilitas ENRG per kuartal III 2023 tercatat sebesar USD 666,97 juta atau naik dibandingkan liabilitas perusahaan pada akhir tahun lalu senilai USD 679,40 juta.
Ekuitas PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik dari USD 514,92 juta pada akhir 2022 menjadi USD 559,85 juta per kuartal III 2023.
Belanja Modal
Sebelumnya diberitakan, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD 150 juta pada 2024. Ini mengingat, Energi Mega Persada masih berfokus terhadap kegiatan drilling.
Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, pihaknya menganggarkan belanja modal di kisaran USD 150 juta. Sebab, Perseroan masih berfokus untuk kegiatan drilling.
“Kegiatan drilling tersebut akan difokuskan untuk bisa menambah cadangan, menambah cadangan reserve minyak dan gas Perseroan secara menyeluruh, dan juga untuk development drilling, untuk meningkatkan produksi dari EMP secara keseluruhan,” kata dia dalam paparan publik, Jumat (15/12/2023).
Sementara itu, belanja modal pada tahun ini diperkirakan bakal menembus kisaran USD 124 juta. Ini mengingat banyak pekerjaan yang dilakukan pada 2023, seperti pengeboran sumur eksplorasi hingga kegiatan seismik.
Di samping itu, Energi Mega Persada juga berkomitmen untuk terus mengembangkan perusahaan secara organik maupun anorganik. Alhasil, Perseroan akan terus melihat peluang dan kesempatan untuk melakukan akuisisi atau merger dengan catatan aset-aset yang akan diakuisisi atau merger sesuai dengan target ataupun rencana Perseroan.
“Kami akan lakukan, tapi kembali lagi kita akan sesuaikan dengan rencana dan juga capability dari Perseroan,” imbuhnya.
Advertisement
Produksi Minyak hingga Kuartal III 2023
Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan kenaikan produksi minyak menjadi 5,699 barel per hari pada sembilan bulan pertama 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,148 barel per hari.
Wakil Direktur Utama Energi Mega Persada Edoardus Ardianto menuturkan, produksi minyak mengalami peningkatan dari kuartal III 2022 ke kuartal III 2023.
"Untuk produksi minyak, kalau dilihat kinerja year on year artinya dari sembilan bulan pertama di tahun lalu sampai dengan sembilan bulan pertama di tahun ini terjadi kenaikan produksi minyak dari 5,100 barel per hari menjadi 5,700 barel per hari,” kata Edoardus dalam paparan publik.
Alhasil, kinerja produksi minyak Perseroan dinilai cukup konsisten. Sedangkan, untuk produksi gas terjadi penurunan dari 204 juta kaki kubik gas per hari pada tahun lalu menjadi 166 juta kaki kubik gas per hari pada tahun ini.
"Ada penjelasan atas terjadinya penurunan tersebut, ini dikarenakan dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Itu ada penghentian sementara produksi gas dari aset Sengkang yang ada di Sulawesi Selatan karena adanya renegosiasi dari perpanjangan kontrak jual beli gas,” kata dia.
Meski demikian, saat ini hal tersebut sudah diselesaikan. Sehingga, produksi gas dari Sengkang sudah beroperasi kembali seperti sedia kala sejak akhir Maret.
"Artinya penghentian produksi gas dari Sengkang sekitar 3 bulan, itulah penyebab penurunan kinerja produksi gas year on year,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk total kinerja produksi perusahaan dari Januari sampai dengan September 2023 lebih dari 90 % dikontribusikan dari empat aset utama perusahaan, yaitu aset gas Bentu, aset gas Kangean, aset minyak Malacca dan aset gas Sengkang.
Anak Usaha Energi Mega Persada Gandeng Pertamina Garap Cadangan Gas di Afrika
Sebelumnya diberitakan, anak usaha PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), Buzi Hydrocarbons Pte. Ltd (BHPL) menandatangani Nota Kesepahaman yang tidak mengikat dengan PT Pertamina Internasional EP (PIEP) pada 23 Agustus 2023.
Penandatanganan nota kesepahaman sehubungan dengan pengembangan cadangan gas di Blok Buzi di Mozambik, Afrika.
"Perseroan berharap untuk dapat segera memulai kerjasama dengan PIEP di Mozambik. Cadangan gas di Buzi dapat segera dikomersialisasikan untuk memasok kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik di Mozambik dan di sekitarnya," kata Direktur Utama PT Energi Mega Persada Tbk Syailendra S. Bakrie dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (25/8/2023).
Beberapa hal yang disepakati dalam beleid itu, antara lain kajian dan analisa atas potensi kerja sama dalam mpengoperasian Blok Buzi EPCC. Kemudian pendistribusian data mengenai Blok Buzi EPCC (Buzi) untuk mempelajari lapangan-lapangan gas terkait.
Serta peninjauan atas potensi integrasi di antara aktivitas upstream, midstream, dan downstream untuk produksi gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Informasi saja, BHPL adalah pemegang 75 persen partisipasi interes dan merupakan operator di Buzi Mozambik, Afrika.
Perseroan mengaku cukup senang dapat bekerja sama dengan PIEP untuk memonetisasikan cadangan dan sumber daya gas yang cukup besar di Buzi.
"Kami percaya PIEP memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mempercepat pengembangan atas Buzi. Perseroan berharap untuk dapat segera memproduksikan gas dari aset Buzi. Hal ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah kekurangan pasokan gas untuk pembangkit listrik di Mozambik, Afrika Selatan, dan negara-negara tetangga," tutup Syailendra.
Advertisement