Sukses

Prospek Saham Emiten Ritel saat Momen Akhir Tahun

Daya beli masyarakat yang terjaga menjadi sentimen positif bagi emiten ritel. Akan tetapi, emiten ritel juga hadapi tantangan pada akhir 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten ritel diyakini masih memiliki peluang pertumbuhan pada masa mendatang. Ini mengingat, daya beli masyarakat masih terjaga. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika Simak menuturkan, saham emiten ritel seperti MAPI dan ACES masih memiliki peluang pertumbuhan. Sebab, daya beli masyarakat menengah atas yang masih terjaga.

"Prakiraan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun ini, dan adanya kemungkinan interest rate yang lebih rendah seiring sikap dovish dari the Fed turut berkontribusi positif kepada kinerja retailers di bawah coverage kami,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (16/12/2023).

Ia melanjutkan, pihaknya mencermati kuartal IV 2023 masih menjadi momentum penjualan bagi emiten ritel seperti MAPI maupun ACES. Kinerja emiten tersebut berpotensi meningkat seiring dengan momen akhir tahun dan diskon yang diberikan. Secara historis, kuartal IV umumnya berkontribusi lebih tinggi dari kuartal yang lain.

Meski demikian, tetap saja ada sentimen yang perlu dicermati oleh para investor, yaitu depresiasi Rupiah terhadap mata uang asing seperti USD (khususnya untuk emiten yang memiliki utang dengan mata uang asing).

“SSSG perusahaan retail apakah bertumbuh atau stagnan, jumlah toko yang ada apakah akan terus berkembang ke depannya, margin dari produk yang dijual, dan bargaining power perusahaan retail terkait biaya sewa toko, dan efisiensi perusahaan itu sendiri,” kata dia. 

Bagi para investor, ia menyarankan emiten ritel dengan fundamental yang baik. Untuk sahamnya, ia memilih saham MAPI dengan target harga Rp 2.250 per saham dan saham ACES dengan target harga Rp 950 per saham. 

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi menilai prospek sektor konsumer ritel masih relatif solid hingga akhir tahun ini. Pertama, promosi besar-besaran akhir tahun dari perusahaan ritel dapat meningkatkan pengeluaran masyarakat dan mendukung pendapatan perusahaan.

 

2 dari 5 halaman

Tantangan Emiten Ritel

Kedua, potensi peningkatan realisasi anggaran bantuan sosial atau subsidi menjelang pemilihan umum (pemilu) dapat memberikan dorongan tambahan pada daya beli konsumen.

Ketiga, dukungan pemerintah melalui insentif PPN DTP, termasuk pembebasan tarif PPN untuk pembelian rumah, juga dapat merangsang pertumbuhan penjualan ritel.

"Namun tantangannya adalah efek boikot produk Israel yang sebagian besar berpotensi memiliki impact negatif terhadap kondisi kinerja penjualan,” kata Lanjar. 

Untuk investor, ia merekomendasikan saham ACES, ERAA, dan MAPI. Sebab, ketiga saham tersebut diyakini masih prospektif ke depannya. 

“ACES dengan target konsensus para institusi dan analis menurut Bloomberg dikisaran Rp 900 dalam satu tahun ke depan, ERAA target konsensus Rp500, MAPI target konsensus Rp 2.280. LPPF target konsensus Rp 2.500,” tandasnya. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

3 dari 5 halaman

Penutupan IHSG pada 15 Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Jumat (15/12/2023). Penguatan IHSG terjadi di tengah transaksi saham yang signifikan.

Dikutip dari data RTI, IHSG menguat 0,21 persen ke posisi 7.190,98. Indeks LQ45 menanjak  0,24 persen ke posisi 957,97. Indeks LQ45 bertambah 0,24 persen ke posisi 957,97. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.215,93 dan terendah 7.169,43. Sebanyak 240 saham menguat sehingga angkat IHSG. Namun, 278 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 241 saham diam di tempat.

Investor asing mencatat aksi beli saham Rp 3,87 triliun. Sepanjang 2023, investor asing jual saham Rp 10,5 triliun pada 2023. Total frekuensi perdagangan 1.013.639 kali dengan volume perdagangan 25,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 21,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.490.

Transaksi harian saham yang signifikan seiring di pasar negosiasi, transaksi saham PT Indointernet Tbk (EDGE) yang mencapai Rp 2,3 triliun. Di pasar negosiasi, saham EDGE merosot 10,36 persen ke posisi Rp 3.496. Total frekuensi perdagangan lima kali dengan volume perdagangan  6.666.825 saham.

 

4 dari 5 halaman

Sektor Saham

Di pasar regular, saham EDGE turun 0,83 persen ke posisi Rp 6.000 per saham. Saham EDGE dibuka naik 450 poin ke posisi Rp 6.500 per saham. Saham EDGE berada di level tertinggi Rp 7.000 dan terendah Rp 5.875 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.625 kali dengan nilai transaksi Rp 2,3 triliun.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) melemah dan menguat. Sektor saham energi menguat 1,59 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham basic menanjak 0,67 persen, sektor saham industri naik 0,15 persen. Selain itu, sektor saham siklikal mendaki 0,33 persen, sektor saham kesehatan naik tipis 0,01 persen dan sektor saham infrastrruktur melesat 1,47 persen.

Sementara itu, sektor saham nonsiklikal susut 0,75 persen, sektor saham keuangan turun 0,18 persen, sektor saham properti terpangkas 0,37 persen. Kemudian sektor saham teknologi melemah 2,66 persen, dan catat koreksi terbesar, sektor saham transportasi tergelincir 1,09 persen.

 

5 dari 5 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023 yang dipimpin indeks Hang Seng.

Dikutip dari CNBC, bursa saham Asia Pasifik melesat tersengat penguatan wall street. Hal ini terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga acuan dan menetapkan peta jalan untuk penurunan suku bunga pada 2024 dan seterusnya.

China merilis data pertumbuhan produksi industri, penjualan ritel, harga rumah dan investor perkotaan pada November. Yang paling menonjol, China membukukan ekspansi output industri terbesar sejak Februari 2022 pada November, meski pertumbuhan penjualan ritel tak sesuai harapan.

Indeks Hang Seng memimpin penguatan di Asia. Indeks Hang Seng melambung 2,38 persen. Indeks CSI 300 merosot 0,31 persen, dan berakhir di level terendah dalam 4 tahun ke posisi 3.341,55.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,88 persen ke posisi 7.442,7. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,87 persen ke posisi 32.970,55. Indeks Topix bertambah 0,47 persen ke posisi 2.332,28. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,76 persen ke posisi 2.563,56. Indeks Kosdaq melemah 0,27 persen ke posisi 838,31.

Video Terkini