Sukses

Bank BJB Suntik Modal BPR Intan Jabar Senilai Rp 567,5 Juta

Manajemen Bank BJB telah melakukan pengefektifan penyertaan modal lanjutan terhadap anak usahanya, PT BPR Intan Jabar Material pada akhir Desember 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB memberikan penyertaan modal lanjutan (subsequent investment) kepada PT BPR Intan Jabar sebesar Rp 567,5 juta. 

Direktur Komersial & UMKM Bank BJB Nancy Adityasari menuturkan, Bank BJB telah melakukan pengefektifan penyertaan modal lanjutan terhadap anak usahanya, PT BPR Intan Jabar Material sebesar Rp 567,5 juta pada 21 Desember 2023. 

"Pada 7 November 2023, Bank BJB mendapatkan persetujuan dari OJK Kantor Regional I Jawa Barat atas penyertaan modal lanjutan (subsequent investment) kepada PT BPR Intan Jabar berdasarkan surat No. S-2/KO.12/2023 tanggal 7 November 2023," kata Nancy dalam keterbukaan informasi, ditulis Rabu (27/12/2023). 

Sementara itu, pada 20 Desember 2023, PT BPR Intan Jabar mendapatkan persetujuan dari OJK Tasikmalaya atas penambahan modal disetor dari Bank BJB.

"Berdasarkan surat OJK S-26/KO.1202/2023 tanggal 20 Desember 2023 Hal Laporan Pelaksanaan Penambahan Modal Disetor yang Tidak Menyebabkan Perubahan Pemegang Saham Pengendali - PT BPR Intan Jabar," tulisnya. 

Dengan demikian, setelah pengefektifan setoran modal lanjutan menjadi Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki 57,37% saham, Pemerintah Kabupaten Garut memiliki 29,17% saham, dan Bank BJB memiliki 13,46% saham. 

Sedangkan, sebelum pengefektifan setoran modal lanjutan adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki 57,87% saham, Pemerintah Kabupaten Garut memiliki 29,43% saham, dan Bank BJB memiliki 12,70% saham. 

"Tidak terdapat perubahan status pengendalian dimana saat ini PT BPR Intan Jabar sebagai perusahaan anak Bank BJB," jelasnya. 

Bank BJB meraup laba hingga Rp1,7 triliun hingga September 2023. Hingga 30 September 2023, kinerja Bank BJB dari sisi kredit dan pembiayaan, bertumbuh sebesar 10,2 persen atau menjadi Rp124,9 triliun.

Di tengah tumbuhnya kredit, Bank BJB juga berhasil menjaga non performing loan (NPL) di level 1,26 persen dengan coverage ratio pada level 114,7 persen. Sementara dana pihak ketiga (DPK) bank bjb mencapai Rp130,9 triliun. Pada indikator aset, tumbuh 5,3 persen secara year on year, atau menjadi Rp179,3 trilliun. 

 

 

2 dari 4 halaman

Bank BJB Proyeksikan Penyaluran Kredit Tumbuh hingga 9% pada 2024

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB memproyeksikan pertumbuhan penyaluran kredit di kisaran 8-9% pada tahun pemilihan umum (pemilu) atau 2024. 

Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau Bank BJB Yuddy Renaldi menuturkan, pihaknya prediksi pertumbuhan kredit bisa mencapai 9% di tengah kondisi pemilu 2024. Selain itu, consumer banking diyakini bakal menjadi penopang pertumbuhan kredit pada 2024.

"Kami masih (proyeksikan tumbuh) di 8-9 persen sih, (penopangnya) tetap yang sifatnya lebih ke consumer banking, retail, lalu UMKM,” kata Yuddy di sela Media Gathering Bank BJB, Senin (11/12/2023). 

Di sisi lain, ia mencermati laporan terbaru dari publikasi Badan Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini, tentang kemungkinan dari suku bunga yang lebih tinggi dan lebih lama (higher for longer), bagi sektor perbankan sehingga akan menekan sisi bisnis di berbagai negara.

IMF juga mengingatkan, berbagai risiko lain seperti risiko ketegangan geopolitik, risiko lonjakan harga minyak, risiko krisis biaya hidup, dan risiko fragmentasi atau divergensi ekonomi. 

Melihat proyeksi IMF tersebut, manajemen Bank BJB akan mengedepankan sikap untuk lebih berhati-hati dan semakin selektif dalam memilih segmen pertumbuhan bisnis pada tahun depan. 

Harapannya, langkah dan strategi tersebut dapat lebih mengantisipasi kebijakan periode suku bunga tinggi dan juga tantangan ekonomi yang semakin pelik, BJB senantiasa mengedepankan langkah bisnis perbankan dengan prudent dan hati-hati dengan selalu melihat potensi peluang yang tersedia di pasar. 

Langkah lain yang dilakukan bank bjb, dengan terus-menerus melakukan evaluasi bisnis guna lebih adaptif di tengah risiko kenaikan suku bunga acuan dan risiko geopolitik di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang berpotensi untuk terjadinya penyesuaian berbagai kebijakan di bidang ekonomi.

 

 

3 dari 4 halaman

Kinerja Industri Perbankan

Di tengah era suku bunga global yang bertahan tinggi dan diperkirakan masih berlangsung cukup lama (higher for longer), berdasarkan data Bank Indonesia, perbankan di Indonesia tetap solid ditandai tingkat permodalan (capital adequacy ratio/CAR) yang tinggi di level 27,41% atau jauh di atas rata-rata CAR negara lain yang berada di bawah 20%.

Kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96% year on year (yoy) menjadi Rp 6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19% yoy.  

Di sisi lain, simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat tumbuh 6,54% yo menjadi Rp8.147,17 triliun. Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 9,84% yoy. 

Kualitas kredit juga terlihat tetap terjaga baik dengan NPL net sebesar 0,77% dan NPL gross sebesar 2,43%. Seiring terjaganya perekonomian nasional yang tumbuh secara tahunan berkisar 5%, nilai kredit terdampak COVID-19 yang direstrukturisasi konsisten menurun sebesar Rp9,17 triliun menjadi Rp316,98 triliun.  

Ia melanjutkan, meskipun secara fundamental kondisi perbankan nasional tetap solid, bank bjb berkomitmen untuk terus memperkuat bisnis dan mengelola berbagai risiko dengan prudent. 

Yuddy menjelaskan, berkat strategi bisnis yang tepat, pendekatan yang prudent di berbagai segmen bisnis, juga kemampuan menjaga efisiensi dalam pengelolaan aset dan liabilitas membuat tekanan terhadap cost of fund dapat lebih terkendali, alhasil kinerja Bank BJB terus tumbuh positif.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Jurus Bank BJB Jaga Pertumbuhan Bisnis Secara Berkelanjutan

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB telah menyiapkan strategi dalam menjaga pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan. 

Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau Bank BJB Yuddy Renaldi menuturkan, salah satu langkah strategis yang dilakukan guna menjaga pertumbuhan bisnis, yaitu melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB) sebagai konsolidasi perbankan khususnya BPD. Di mana Bank BJB anchor BPD, Bank BJB akan menjadi induk usaha dan terkonsolidasi.   

"Paling anyar, Bank Jambi menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) ke-4 yang berproses menjalin komitmen sinergi KUB dengan Bank BJB, menyusul Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut. Seluruh BPD tersebut berkinerja baik dan akan memberikan nilai tambah secara grup,” kata Yuddy, Senin (11/12/2023).

Berdasarkan POJK 12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, BPD wajib meningkatkan modal intinya minimal Rp3 triliun paling lambat 31 Desember 2024, atau cukup memiliki Rp1 triliun sepanjang BPD tersebut efektif tergabung menjadi anggota dari KLUB. Apabila tidak dapat terpenuhi maka BPD tersebut wajib menyesuaikan bentuk usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 

Dengan demikian, BPD yang memiliki modal inti di bawah Rp3 triliun tersebut akan berpacu dengan waktu karena waktu pemenuhannya kurang lebih tersisa 13 bulan lagi.

"Bank BJB memiliki berbagai pengalaman dan pemahaman yang mendalam mulai dari proses ber-KUB karena saat ini sudah ada bank bjb syariah sebagai anggota KUB pertama, pengalaman IPO, rights issue, penerbitan surat berharga, sampai dengan bagaimana bertransformasi dari bisnis model BPD yang konvensional menjadi lebih advanced sesuai perkembangan terkini," kata dia.