Sukses

Disalip Bos Perusahaan Teknologi, Posisi Warren Buffett Merosot dari Daftar Orang Terkaya di Dunia

Kekayaan Warren Buffett terus merosot, membawanya terjun ke peringkat ke-10 dari sebelumnya di peringkat ke-5 dalam daftar Bloomberg Billionaires Index.

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan miliarder Warren Buffett sempat mengalahkan Jeff Bezos dan berpotensi menyalip Bill Gates dalam pada awal 2023.

Namun, yang terjadi adalah kekayaan Warren Buffett terus merosot, membawanya terjun ke peringkat ke-10 dari sebelumnya di peringkat ke-5 dalam daftar Bloomberg Billionaires Index.

Warren Buffett, investor legendaris yang menjalankan Berkshire Hathaway, kekayaannya membengkak lebih dari USD 10 miliar hingga mencapai USD 120 miliar tahun ini. Hal tersebut terutama karena dia menyimpan sekitar 99 persen kekayaan di saham perusahaannya, yang telah naik 16 persen tahun ini.

Melansir Yahoo Finance, Kamis (28/12/2023), saham-saham Big Tech telah mengungguli Berkshire tahun ini, sehingga meningkatkan kekayaan pemegang saham terbesarnya.

Nilai saham Tesla meningkat lebih dari dua kali lipat, yang membantu meningkatkan kekayaan CEO Elon Musk sebesar USD 98 miliar menjadi USD 235 miliar, menurut indeks Bloomberg. Saham Amazon telah naik 83 persen, yang mendorong kenaikan kekayaan bersih Bezos sebesar USD 71 miliar.

Saham Microsoft naik 56 persen, meningkatkan kekayaan mantan CEO Steve Ballmer sebesar USD 45 miliar menjadi USD 130 miliar, dan kekayaan salah satu pendirinya Bill Gates sebesar USD 31 miliar menjadi USD 140 miliar.

CEO dan pendiri Meta Mark Zuckerberg, salah satu pendiri Alphabet Larry Page dan Sergey Brin, serta salah satu pendiri Oracle Larry Ellison juga mengalami peningkatan kekayaan yang jauh lebih besar tahun ini dibandingkan Buffett.

Selain itu, miliarder Buffet telah menyumbangkan sekitar USD 5,5 miliar kepada Bill & Melinda Gates Foundation dan empat yayasan keluarga tahun ini, setelah menyumbangkan lebih dari setengah sahamnya di Berkshire untuk tujuan amal sejak 2006.

 

2 dari 4 halaman

Lonjakan Saham Teknologi

Hasilnya, Warren Buffet harus rela bergeser dari peringkat ke-5 menjadi ke-10 sebagai orang terkaya di dunia setelah beberapa miliarder teknologi melampauinya. Lonjakan saham-saham 'Magnificent Seven' tahun ini, seperti Apple, Amazon, Microsoft, Tesla, Alphabet, Meta, dan Nvidia, mengikuti penurunan tajam mereka tahun lalu.

Buffett membuntuti Bezos dengan kekayaan lebih dari USD 90 miliar pada awal 2022, namun menyusulnya pada Desember berkat nilai saham Amazon yang berkurang separuhnya sementara saham Berkshire terbukti lebih tangguh. Dia juga hanya terpaut USD 3 miliar untuk melampaui kekayaan Gates dan menjadi orang Amerika Serikat terkaya kedua setelah Musk pada akhir tahun lalu.

Tidak mengejutkan melihat Buffett tertinggal dibandingkan rekan-rekannya di bidang teknologi pada tahun ini, mengingat tingginya desas-desus seputar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan rebound besar-besaran pada saham-saham yang sedang berkembang yang dipicu oleh melambatnya inflasi, memudarnya ketakutan akan resesi, dan prospek puncak suku bunga serta sinyal pemangkasan suku bunga The Fed tahun depan.

Meskipun saham Berkshire diuntungkan oleh hampir 6 persen atas kepemilikan sahamnya di Apple, tidak dapat disangkal bahwa konglomerat tersebut lebih tenang dibandingkan raksasa teknologi, mengingat anak perusahaannya meliputi See's Candies dan Geico, dan posisi saham terbesarnya meliputi Coca-Cola dan American Express.

 

3 dari 4 halaman

3 Saham Ini Dulang Cuan Terbanyak bagi Warren Buffett pada 2023

 Sebelumnya diberitakan, investor ulung, Warren Buffett mengantongi hampir USD 121 miliar dari investasinya. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan 12 bulan lalu berkat kenaikan solid pada saham Berkshire Hathaway pada tahun ini.

Melansir Yahoo Finance, Senin (18/12/2023), keuntungan Berkshire Hathaway sebagian besar berasal dari kinerja bagus beberapa kepemilikan ekuitasnya. Setidaknya, ada tiga saham yang telah menghasilkan uang paling banyak bagi Buffett pada 2023. Antara lain, saham Apple, American Express, dan Moody's.

1. Apple

Tahun ini, saham lain dalam portofolio Berkshire telah memberikan imbal hasil yang lebih besar dibandingkan Apple. Namun, tidak ada keraguan bahwa Apple menempati peringkat sebagai penghasil uang terbesar bagi Warren Buffett pada 2023.

Hampir setengah dari investasi ekuitas Berkshire ada di saham Apple, tepatnya 48,5 persen. Saham raksasa teknologi ini telah meroket lebih dari 50 persen tahun ini. Apple berada pada jalur yang tepat untuk menghasilkan keuntungan yang belum direalisasi (unrealized gain) sebesar lebih dari USD 65 miliar untuk Berkshire pada 2023.

Peningkatan sentimen investor memainkan peran penting dalam perolehan Apple yang mengesankan sepanjang tahun ini. Perusahaan juga mengalahkan perkiraan pendapatan Wall Street di setiap pembaruan periode kuartalan pada 2023.

2. American Express

Buffett telah memiliki saham American Express (Amex) lebih lama dibandingkan hampir semua saham lain dalam portofolio Berkshire. Perusahaan jasa keuangan itu tetap menjadi salah satu favorit Buffett. Kepemilikan 20,8 persen saham Berkshire di Amex menjadikannya kepemilikan konglomerat terbesar ketiga.

Buffet sendiri tercatat mengempit 20,8 persen saham Amex lewat Berkshire. Saham Amex telah bangkit kembali sejak akhir Oktober dan kini naik lebih dari 20 persen year to date (ytd). Kinerja tersebut cukup untuk menghasilkan keuntungan sekitar USD 4,7 miliar bagi Berkshire tahun ini.

 

4 dari 4 halaman

3. Moody's

Sejumlah saham utama Berkshire lainnya telah menurun tahun ini. Namun, lembaga pemeringkat kredit Moody's, merupakan pengecualian.

Setelah kemunduran selama beberapa bulan, saham Moody's mulai bangkit kembali dengan kuat pada Oktober. Saham perusahaan telah melonjak lebih dari 40 persen ytd. Keuntungan luar biasa ini telah membuat Berkshire cuan USD 3 miliar pada 2023.

Perusahaan melaporkan pertumbuhan pendapatan tahun-ke-tahun (yera on year/yoy) sebesar 15 persen pada kuartal III 2023 dengan laba per saham terdilusi melonjak 28 persen. "Pertumbuhan yang mengesankan ini menunjukkan ketahanan dan relevansi bisnis kami serta meningkatnya permintaan akan penelitian, data, dan solusi kami yang tak tertandingi," kata CEO Rob Fauber.

Â