Sukses

Investor Pasar Modal Tembus 12,16 juta SID pada 2023

Partisipasi investor ritel masih memiliki porsi transaksi tertinggi pada tahun ini dengan diikuti meningkatnya partisipasi dari kalangan investor institusi.

Liputan6.com, Jakarta - Investor pasar modal masih mencatatkan pertumbuhan, meski tak setinggi saat pandemi COVID-19. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal pada 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95 persen dari 10,31 juta pada 2022 menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023.

"Jumlah tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan surat berharga lainnya sebanyak 5,25 juta, reksa dana 11,40 juta, surat berharga negara atau SBN 1 juta," ungkap Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat dalam dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).

Sedangkan dari data demografi per 27 Desember 2023, investor pasar modal masih didominasi oleh 62,03 persen laki-laki, 56,41 persen usia di bawah 30 tahun, 31,77 persen pegawai (negeri, swasta dan guru), 64,19 persen lulusan SMA, 45,80 persen berpenghasilan 10-100 juta/bulan dan 67,68 persen berdomisili di pulau Jawa.

Partisipasi investor ritel masih memiliki porsi transaksi tertinggi pada tahun ini dengan diikuti meningkatnya partisipasi dari kalangan investor institusi. Hal ini mencerminkan keyakinan investor yang masih cukup terjaga meski dihadapkan dengan berbagai tantangan serta situasi ekonomi global dan domestik.

Peningkatan jumlah investor ini merupakan hasil dari upaya yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, edukasi, sekaligus literasi kepada masyarakat.

Hingga 28 Desember 2023, di seluruh Indonesia telah berlangsung lebih dari 18 ribu kegiatan sosialisasi, edukasi, sekaligus literasi pasar modal, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 3,1 juta orang. Untuk tahun depan, Bursa menargetkan penambahan 2 juta investor baru di pasar modal. Angka itu lebih rendah dari target tahun ini sebanyak 2,6 juta investor baru, yang hanya terealisasi 1,8 juta hingga 27 Desember 2023.

2 dari 4 halaman

KSEI Harap Investor Pasar Modal Bertumbuh saat Tahun Politik

Sebelumnya diberitakan, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melihat tahun politik akan memberikan dampak bagi keberlangsungan pasar modal Indonesia pada 2024. Akan tetapi, dampaknya tidak begitu signifikan. 

Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat menilai pemilihan umum (pemilu) 2024 tidak akan begitu berdampak signifikan terhadap pasar modal Tanah Air. Ini mengingat, masyarakat atau para investor sudah bisa memberikan batasan terkait dunia bisnis dan politik. 

"Tentunya optimisme harus tetap dibangun walaupun memang akan ada tantangan ke depannya tantangan terberatnya di tahun 2024 adalah akan timbul semacam penantian terhadap kepastian siapa yang akan menjadi penyelenggara negara, siapa yang akan menjadi pemimpin negara dari siapa orangnya maupun dari partai apa," kata Samsul Hidayat dalam acara Media Gathering HUT KSEI ke-26 Tahun di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

Ia melanjutkan, pihaknya berharap agar pasar modal Indonesia dapat berkontribusi secara maksimal untuk kemajuan ekonomi domestik ke depan serta berkontribusi juga dalam meningkatan pembiayaan bagi dunia usaha maupun memberikan keuntungan terbaik bagi investor lokal atau asing. 

 

3 dari 4 halaman

Akses KSEI

"Jangan terlalu pesimis juga, kami tetap optimis bahwa dunia pasar modal akan tetap bertumbuh dengan skala mungkin agak sedikit tidak terlalu tinggi. Harapannya hanya saja pertumbuhan itu selalu menjadi target yang kami kedepankan," kata dia. 

Sementara itu, Direktur Pengembangan Infrastruktur dan Manajemen Informasi KSEI Dharma Setyadi mengatakan, jumlah investor tetap diyakini bakal terus mengalami pertumbuhan pada tahun politik. Hal ini sejalan dengan akses investasi yang semakin mudah bagi para investor. 

"Memang kalau untuk yang pertumbuhan investor ini kita tetap berharap tahun politik ke depan tetap akan bertumbuh, dan kita selalu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan investor," imbuhnya. 

Dia bilang, pihaknya menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui fungsi dan fasilitas terkait akses KSEI. Dengan demikian, nasabah bisa lebih menjadi aman, merasa aman bahwa portfolio nya itu bisa terpantau secara online di genggamannya karena bisa menggunakan akses mobile. 

 

4 dari 4 halaman

Menakar Minat Investor Asing ke Pasar Modal Indonesia pada 2024

Sebelumnya diberitakan, investor asing terpantau banyak melakukan aksi jual sepanjang tahun ini. Melansir data RTI per 19 Desember 2023, investor asing tercatat melakukan net sell Rp 10,17 triliun secara year to date (ytd).

Kendati demikian, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana mengatakan, kecenderungan asing datang dan pergi dari pasar Indonesia utamanya disulut sentimen geo politik. Secara umum, dia menilai pasar Indonesia masih menarik di antara bursa negara emerging lainnya.

“Asing banyak yang masih masuk ke saham BUMN. Kalau saya lihat trennya ke depan asing masih akan tetap masuk ke market kita, dan saya yakin itu akan lebih aktif lagi,” ujar Oki dalam Media Gathering, Selasa (19/12/2023).

Oki menambahkan, salah satu pendorong masuknya asing ke bursa Indonesia adalah sinyal penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed tahun depan. Adanya kepastian soal suku bunga diharapkan dapat menggenjot valuasi pasar saham Indonesia.

“Price to earning (PE) kita general masih rendah IHSG saat ini berada di level 13-13,5 kali. Masih lebih rendah dibanding normalnya, itu 15 kali. Once Federal Reserve menurunkan suku bunga, itu chance nya lebih besar. Beli sekarang untuk gain tahun depan itu bisa jadi harapan semua investor,” imbuh Oki.

Selain itu, hal lain yang bisa mendorong minat investor asing adalah kemungkinan emiten baru yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan kapitalisasi besar pada 2024.

Adapun sejumlah saham yang paling banyak dilepas investor asing antara lain, Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan United Tractors Tbk (UNTR) masing-masing senilai Rp 1,3 triliun.

Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp 1,2 triliun, serta Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp 1,1 triliun, dan Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) masing-masing Rp 1 triliun.