Liputan6.com, Jakarta - PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) berencana melakukan delisting dan go private. Rencana telah mendapatkan restu dari pemegang saham independen pada RUPSLB yang diselenggarakan pada 19 Desember 2023.
Dalam RUSPLB tersebut, Nusantara Infrastructure menyepakati harga penawaran tender senilai Rp 250 per saham. Nilai itu 34 persen lebih tinggi dari rata-rata harga tertinggi perdagangan harian di bursa selama 90 hari terakhir.
Baca Juga
Head of Corporate Communication PT Nusantara Infrastructure Tbk, Indah D.P. Pertiwi mengatakan, proses tersebut akan memasuki tahap registrasi penawaran tender oleh PT Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS). Namun, hingga saat ini saham perseroan masih dalam suspensi Bursa.
Advertisement
"Perusahaan telah melakukan berbagai upaya untuk meminta pembukaan suspensi perdagangan saham ke Bursa setelah persetujuan RUPSLB diperoleh agar pemegang saham dapat memilih untuk menjual sahamnya atau menunggu penawaran Voluntary Tender Offer (VTO). Namun kami sebagai emiten harus tunduk pada seluruh aturan dan kebijakan yang berlaku, termasuk proses suspensi perdagangan saham yang saat ini masih berjalan,” kata Indah dalam keterangan resmi, Senin (1/1/2024).
Sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Bursa kepada Perusahaan melalui surat No. S-11107/BEI.PP1/12-2023 pada 21 Desember 2023, disampaikan bahwa untuk mewujudkan perdagangan yang teratur, wajar, efisien, dan perlindungan terhadap investor publik, dalam proses go private dan voluntary delisting saham yang sedang berlangsung, pihak Bursa belum dapat memfasilitasi permintaan perusahaan untuk melakukan pembukaan suspensi perdagangan saham Perusahaan.
"Kami memahami bahwa proses menuju go private ini tidak instan dan perlu waktu, untuk itu kami mohon para pemegang saham dapat mengikuti seluruh prosesnya sesuai ketentuan.” ujar Indah.
Nusantara Infrastructure Bakal Tetap Fokus pada Bisnis Jalan Tol Jika Jadi Delisting
Sebelumnya diberitakan, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) memastikan akan tetap fokus pada bisnis jalan tol sekalipun nanti emiten tersebut jadi delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Nusantara Infrastructure M. Ramdani Basri menuturkan, jalan tol sudah menjadi tulang punggung bagi kinerja META selama bertahun-tahun. Kontribusi bisnis jalan tol mencapai hampir 65 persen dari total pendapatan perusahaan.
"Komitmen kami terhadap bisnis ini dibuktikan pada tahun lalu, di mana kami mengakuisisi 40 persen saham Jalan Tol MBZ atau Jakarta-Cikampek Elevated," ujar dia dalam paparan publik, Kamis (23/11/2023).
Dia melanjutkan, META juga bakal segera menggarap proyek JORR Elevated yang terbentang dari Cikunir sampai Ulujami dengan nilai investasi jumbo yakni Rp 21 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Nusantara Infrastructure Omar Danni Hasan menyatakan, prospek bisnis jalan tol tergolong menjanjikan. META telah mengelola jalan tol hampir 15 tahun. Ruas jalan tol kelolaan META ada yang sudah mature atau menghasilkan pendapatan, ada yang berada dalam fase pembangunan, hingga ada yang masih tahap pengembangan.
Bisnis jalan tol pun dinilai bisa memberikan kontribusi pendapatan yang positif bagi META secara jangka panjang.
“Kalau dikelola dengan baik, jalan tol ini bisa menghasilkan return investasi yang menarik,” kata Danni.
Manajemen META pun memastikan akan terus mengeksplorasi berbagai peluang untuk pengembangan bisnis jalan tol pada masa depan.
Advertisement
Belum Ada Pembahasan Relisting
Sebelumnya diberitakan, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mengungkapkan pihaknya bakal mengevaluasi soal relisting atau pencatatan saham kembali di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini mengingat, Perseroan bakal segera menjadi perusahaan tercatat.
Sebelumnya, Perseroan telah menyampaikan rencana go private dan voluntary delisting kepada bursa setelah memperoleh persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan yang akan dilaksanakan pada 19 Desember 2023.
Direktur Utama Nusantara Infrastructure Ramdani Basri menuturkan, pihaknya akan mempertimbangkan kembali soal relisting usai hengkang dari BEI.
"Akan kita pikirkan dan evaluasi, ini masukkan buat manajemen. Kami pikirkan dan lihat perkembangannya," kata Ramdani dalam paparan publik, Kamis (23/11/2023).
Meski demikian, ia menjelaskan, hingga saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut dengan manajemen terkait potensi relisting.
Di samping itu, ia mengatakan, terdapat beberapa alasan perusahaan melakukan delisting. Pertama, voluntery dan force delisting karena perusahaannya tidak tumbuh alias bangkrut, tapi saat ini dalam kondisi sedang tumbuh, sehingga pihaknya menawarkan ke pemegang saham untuk melepas sahamnya, karena beberapa alasan.
Kemudian, setelah penambahan modal right issue pada 2010 dan 2018, META tidak menggalang dana dari pasar modal dan belum ada rencana.
"Kinerja keuangan kuartal III kami merugi, kita enggak kasih dividen setelah tahun buku 2018, karena banyak proyek yang dikembangkan sehingga merugikan pemegang saham karena belum bisa kasih dividen," ujar dia.
Dia bilang, ada pengembangan anak usaha jalan tol yang membutuhkan pendanaan besar dan butuh return lama, sehingga lama lagi untuk memberikan dividen.
"Ini alasan untuk delisting, dibutuhkan dana besar dan sejauh ini perusahaan sulit kasih dividen ke pemegang saham, padahal investor butuh dividen. Kita delisting supaya investor tidak rugi," tandasnya.