Sukses

Bursa Saham Asia Beragam pada 2 Januari 2024, Aktivitas Pabrik China Merosot

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2023. Investor cermati data ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan awal tahun, Selasa (2/1/2024). Pergerakan bursa saham Asia Pasifik tersebut dibayangi data resmi dari China pada akhir pekan seiring kontraksi sektor manufaktur makin dalam.

Dikutip dari CNBC, data resmi menunjukkan PMI manufaktur China mengalami kontraksi lebih lanjut pada Desember 2023 yang merupakan tanda lebih banyak dukungan terhadap kebijakan yang mungkin diperlukan untuk kembali hidupkan perekonomiannya.

Sementara itu, Jepang sedang perkirakan kerusakan akibat gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tengahnya pada tahun baru. Bursa saham Jepang tutup hingga 4 Januari 2024.

Hampir 100.000 orang diperintahkan untuk mengungsi dan sekitar satu orang dilaporkan meninggal akibat gempa berkekuatan awal 7,6 skala richter.

Indeks Nikkei 225 di Jepang menutup 2023 dengan melonjak lebih dari 28 persen, dan menjadikannya pasar dengan kinerja terbaik di Asia.

Kawasan Asia-Pasifik akan melihat survei aktivitas pabrik swasta dari S&P Global untuk China, Australia dan Korea Selatan serta pembacaan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV dari Singapura.

Indeks ASX 200 menguat 0,4 persen. Indeks Hang Seng Berjangka di Hong Kong berada di posisi 17.160, dan menunjukkan pembukaan lebih kuat dari penutupan perdagangan sebelumnya 17.047,39.Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,15 persen. Indeks Kosdaq naik 0,56 persen.

Di Amerika Serikat, bursa saham berjangka mendatar. Indeks Dow Jones berjangka sedikit berubah. Indeks S&P 500 dan Nasdaq berjangka diperdagangkan sedikit di atas posisi mendatar. Adapun bursa saham tutup pada Senin, 1 Januari 2024 untuk rayakan Tahun Baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 29 Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik melemah pada hari perdagangan terakhir Jumat, 29 Desember 2023. Sementara itu, bursa saham China menguat didukung kenaikan saham perusahaan teknologi.

Dikutip dari CNBC, perusahaan elektronik China Xiaomi merinci rencana memasuki pasar kendaraan listrik China yang sudah jenuh. Saham Xiaomi turun lebih dari 4 persen di Hong Kong.

Perusahaan berupaya bersaing dengan raksasa otomotif Tesla dan Porsche. Xiaomi akan habiskan dana USD 1,4 miliar untuk pengembangannya.

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,20 persen. Indeks CSI 300 China menguat 0,49 persen ke posisi 3.431,11.

Indeks China dan Hong Kong masing-masing menguat lebih dari 2 persen pada perdagangan sesi sebelumnya. Akan tetapi, indeks Hang Seng catat penurunan terbesar pada 2023 di antara bursa saham Asia Pasifik.

Indeks CSI 300 China merosot 11,8 persen pada 2023, sedangkan indeks Hang Seng anjlok 14 persen.

Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,22 persen ke posisi 33.464,17. Sepanjang 2023, indeks Nikkei 225 menguat lebih dari 28 persen, dan menjadikannya pasar dengan kinerja terbaik di Asia.

Indeks Topix menguat 0,19 persen ke posisi 2.366,39. Indeks Topix bertambah lebih dari 25 persen pada 2023.

Indeks Kospi melesat 18,7 persen pada 2023. Indeks Kosdaq bertambah 27,5 persen.

Indeks ASX 200 di Australia melemah 0,31 persen ke posisi 7.590,80. Indeks acuan tersebut turun setelah naik dalam dua sesi perdagangan berturut-turut. Indeks ASX 200 di Australia menguat 7,84 persen pada 2023.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 29 Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street lesu pada perdagangan terakhir 2023, tepatnya pada Jumat, 29 Desember 2023. Namun, indeks acuan di wall street mencatat kinerja positif sepanjang 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/12/2023),pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.769,83. Namun, sepanjang 2023, indeks S&P 500 mencatat penguatan 24,2 persen.

Penguatan indeks saham acuan itu didorong inflasi yang melambat, ekonomi tetap kuat dan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) isyaratkan bakal hentikan kenaikan suku bunga.

Indeks S&P 500 menguat selama sembilan minggu berturut-turut pada 2023. Ini merupakan rekor kemenangan beruntun terbaiknya sejak 2004. Saham-saham teknologi kapitalisasi besar angkat indeks Nasdaq ke pencapaian terbaik sejak 2020 karena antusiasme kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Sementara itu, indeks Dow Jones melemah 20,56 poin atau 0,05 persen ke posisi 37.689,54 pada Jumat pekan ini. Indeks Dow Jones melesat 13,7 persen pada 2023 dan mencatat rekor baru.

Indeks Nasdaq turun tipis 0,56 persen ke posisi 15.011,35 pada perdagangan Jumat pekan ini. Akan tetapi, sepanjang 2023, indeks Nasdaq melambung 43,4 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak 2020.

"Momentum tetap menguntungkan menjelang akhir tahun. Ini merupakan perjalanan yang sangat fenomenal,” ujar Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan.

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Indeks Saham

Selama sepekan ini, indeks S&P 500 menguat 0,3 persen pada pekan ini. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing naik 0,8 persen dan 0,1 persen, dan mencatat kenaikan mingguan terbaik sejak 2019.

Adapun saham-saham kembali bangkit pada 2023 setelah 2022 merupakan tahun yang sulit. Hal tersebut didukung euforia kecerdasan buatan yang memicu kenaikan saham magnificent 7 antara lain saham Nvidia dan Microsoft.

Antusiasme tersebut memperkuat indeks bahkan ketika rata-rata saham mengalami kesulitan di tengah kenaikan suku bunga dan memicu kinerja lebih baik dari indeks Nasdaq.

Namun, dengan ada sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) kemungkinan kenaikan suku bunga akan berakhir, dan bahkan dapat menurunkan suku bunga beberapa kali pada 2024.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.