Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 1.000 emiten pada 2024 dalam rangka menggenjot kapitalisasi pasar di Bursa. Hingga saat ini, sudah ada 93 perusahaan tercatat atau emiten di pasar modal Indonesia.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menuturkan, dengan adanya penambahan jumlah emiten diharapkan kapitalisasi pasar akan terus naik.
Baca Juga
"Target paling dekat adalah 1.000 emiten dulu ya, kapitalisasi terus akan naik, jumlah emiten yang semakin banyak, fundraise yang bisa kita dapat juga lebih banyak," kata Irvan saat ditemui di Jakarta, ditulis Rabu (3/1/2023).
Advertisement
Di samping itu, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin meminta agar Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat terobosan agar usaha kecil menengah (UKM) bisa memperoleh akses pembiayaan dari pasar modal.
Ia menegaskan, BEI tidak hanya milik korporasi besar, akan tetapi bisa juga diakses oleh UKM untuk mendapatkan pendanaan.
“Bursa tidak lagi eksklusif milik korporasi besar, tapi juga rumah pendanaan bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Untuk itu, BEI diminta tidak terjebak dalam zona nyaman, tapi membuat terobosan agar UKM bisa memperoleh akses pembiayaan dari pasar modal,” ujar dia dalam acara Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024.
Alhasil, Ma’ruf Amin mengajukan permintaan kepada BEI untuk dapat mengoptimalkan dan mengembangkan potensi pembiayaan melalui pasar modal dengan peningkatan literasi kepada masyarakat.
Di samping itu, peningkatan edukasi dan literasi kepada masyarakat seyogianya terus menjadi agenda kerja BEI dan pemangku kepentingan, baik lewat jalur pendidikan formal maupun informal.
Perluas Akses Keuangan
Pemahaman yang semakin baik terhadap investasi, berbanding lurus dengan kecakapan investor dalam pengambilan keputusan investasi, termasuk investasi di pasar modal.
Terkait peningkatan literasi keuangan, OJK berperan krusial, khususnya dalam penyiapan strategi dan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan. OJK juga diharapkan terus mendorong perluasan dan pemerataan akses keuangan, terutama produk pasar modal.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menuturkan, kapitalisasi pasar (market cap) baru mencapai 46% dari PDB dibandingkan dengan negara-negara ASEAN tertentu sudah lebih dari 100%.
"Meski menggembirakan, tapi Jika ditinjau dari potensi masih relatif kecil. Nilai market kapitalisasi pasar modal Indonesia baru 46% PDB dibandingkan negara-negara ASEAN tertentu yang sudah lebih dari 100%. Begitu juga dengan jumlah SID, varu 6,4% dari penduduk usia produktif di Indonesia," kata Mahendra.
Advertisement
Optimalkan Potensi Domestik
Untuk memaksimalkan potensi domestik, OJK mengambil langkah melalui percepatan penyelesaian pemeriksaan dan pengaturan sanksi terintegrasi untuk lembaga jasa keuangan. Hal penting lain memberikan perlindungan terhadap investor dan masyarakat diantaranya dengan pengawasan perilaku jasa keuangan atau market conduct.
“Seluruh anomali UMA, termasuk pergerakan harga saham yang tidak normal dikaji dianalisis dan dipantau ketat. Sehingga menjamin tidak terjadi pelanggaran aturan yang berlaku,” imbuhnya.
Sejak awal anggota dewan komisioner periode 3 yang ditugaskan sejak juli 2022, seluruh masalah yang terjadi di setiap bidang industri jasa keuangan dibahas dan diputuskan oleh dewan komisioner melalui proses yang terintegrasi.
"Penggalangan dana dan pembiayaan ke depan akan semakin mengandalkan kemampuan dalam negeri yang semakin besar. Yang hanya bisa terjadi bila disertai peningkatan integritas kredibilitas dan governansi pasar serta perlindungan konsumen yang dijamin," kata dia.
Semua perusahaan pelaku pasar dan industri harus mematuhi tanpa pengecualian. Semua proses yang OJK lakukan secara reguler dilaporkan ke publik sebagai bentuk keterbukaan dan akuntabilitas OJK.
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
Advertisement